Liputan6.com, Jakarta - Impor baja melonjak pada Januari-Agustus 2021. Lonjakan impor ini dinilai sebagai tanda jika industri nasional kembali bergeliat di tengah pandemi Covid-19.
Pengamat Kebijakan Publik Fernando Emas mengatakan, baja merupakan bahan baku berbagai produk konsumsi, baik yang berada dalam lingkup produk turunan baja itu sendiri, maupun produk-produk lain yang lebih kompleks seperti otomotif, elektronika, hingga kemasan makanan.
"Jangan dilihat impornya saja, mari kita lihat juga bahwa ekspor produk baja meningkat tajam dibanding periode tersebut, mencapai lebih dari 1.500 persen. Angka itu belum memperhitungkan nilai tambah yang diperoleh sektor industri penggunanya, juga substitusi impor pada produk turunannya. Ini yang seharusnya dianalisis.”, ujar Fernando dikutip Senin (20/9/2021).
Advertisement
Fernando menerangkan di tengah masa pandemi covid-19, ketika perekonomian nasional masih berangsur pulih, sektor industri logam justru mengalami pertumbuhan yang signifikan.
Pada semester I 2021 sektor industri logam ini berhasil mencatatkan pertumbuhan sebesar 18,3 persen, jauh di atas pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya tercatat sebesar 7,01 persen.
Tingginya laju pertumbuhan sektor industri logam tersebut didorong oleh meningkatnya utillisasi produksi dari 51,2 persen pada Januari 2021 menjadi 79,9 persen pada Juli 2021. Selain itu masuknya investasi baru baik dari dalam maupun luar negeri turut mendukung laju pertumbuhan tersebut, terangnya.
Berdasarkan data yang dilansir BKPM, pertumbuhan investasi sektor industri logam pada Triwulan II tahun 2021 sebesar 31,35 persen atau senilai USD 1,78 miliar dan Rp 1,67 triliun. Dukungan kebijakan pemerintah saat ini sangat tepat terutama pada pengembangan industri logam seperti supply demand yang terukur merupakan faktor kunci tingginya laju pertumbuhan tersebut.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pasokan dan Kebutuhan Baja Nasional
Kalangan pengusaha memandang bahwa kebijakan pemerintah dalam menjaga keseimbangan pasok dan kebutuhan baja nasional saat ini sudah tepat untuk menjaga laju pertumbuhan dan berharap agar kebijakan tersebut dapat terus dilakukan secara konsisten pada masa mendatang.
Di tengah fenomena kenaikan impor baja yang terjadi pada paruh pertama tahun 2021, neraca perdagangan besi dan baja nasional justru mengalami surplus sebesar USD 2,7 miliar. Hal ini mengindikasikan bahwa impor dilakukan untuk menciptakan nilai tambah produk besi dan baja, sela Fernando.
Fernando melihat bahwa persoalan impor baja ini adalah bentuk kegagalan industri dalam negeri yang tidak mampu menyediakan bahan baku baja di dalam negeri, walaupun sudah menghabiskan dana investasi yang besar.
Advertisement