Mendag Inggris Ultimatum AS soal Tarif Impor Baja

Menteri Perdagangan Inggris, Jonathan Reynolds mengungkapkan bahwa tarif impor pada baja yang dikenakan Amerika Serikat akan berdampak negatif bagi kedua negara.

oleh Natasha Khairunisa Amani Diperbarui 19 Feb 2025, 14:20 WIB
Diterbitkan 19 Feb 2025, 14:20 WIB
Ilustrasi Bendera Inggris
Adanya Kesenjangan Sosial dan Ekonomi di Inggris. (dok. A Perry/Unsplash)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Menteri Perdagangan Inggris, Jonathan Reynolds mengungkapkan bahwa tarif impor pada baja yang dikenakan Amerika Serikat akan berdampak negatif bagi kedua negara.

Melansir BBC, Rabu (19/2/2025) Reynolds mengatakan bahwa Inggris dan AS memiliki kepentingan bersama dalam merundingkan pengecualian dari rencana Presiden Donald Trump untuk pajak impor baja sebesar 25%.

Ia mengatakan bahwa Inggris berada dalam posisi perdagangan yang berbeda dengan negara lain dan dapat menawarkan ekspor baja dan aluminium yang sangat khusus yang dibutuhkan AS, seperti casing kapal selam Angkatan Laut yang dibuat di Sheffield.

“Mengenakan tarif pada baja Inggris akan berdampak negatif bagi kami, dan juga akan berdampak negatif bagi AS,” ujar Reynolds.

“(Kami) telah melakukan beberapa percakapan yang sangat konstruktif dengan orang-orang penting dalam pemerintahan Trump yang mengakui bahwa hubungan kita berbeda (termasuk utusan khusus AS untuk Inggris),” bebernya.

“Saya menghargai bahwa mereka memiliki mandat untuk mengubah pendekatan isu perdagangan, tetapi kami memiliki argumen yang berbeda, cerita yang berbeda untuk diceritakan, kepada UE atau kepada China terkait hubungan perdagangan kami,” tambahnya.

Komentar Reynolds muncul setelah pemerintah menjanjikan Inggris dukungan hingga £2,5 miliar untuk industri baja negara tersebut.

Pemerintah Inggris sebelumnya mengatakan tidak akan segera membalas tarif impor yang diumumkan oleh Trump.

Di sisi lain, UK Steel, yang mewakili industri tersebut mengatakan bahwa tarif impor terbaru akan menjadi pukulan telak yang bersiko merusak kontribusi sektor baha sebesar 400 juta poundsterling per tahun untuk perdagangan Inggris-AS.

Bukan Pemasok Utama

Inggris bukanlah pemasok baja yang besar bagi AS, dengan negara tersebut menyumbang sekitar 10% dari ekspor.

Namun, ada kekhawatiran dalam industri bahwa tarif tersebut tidak hanya akan menghambat ekspor ke AS, tetapi juga menyebabkan kelebihan pasokan.

Hal ini dapat terjadi jika negara lain yang tidak lagi mengekspor ke AS memutuskan untuk menjual baja dengan harga yang lebih murah, yang berpotensi menyebabkan bisnis pembuatan baja di Inggris terpuruk.

 

Jerman Ketar Ketir Ada Tarif Impor AS: Ekonomi Kami Bisa Ambles

Maersk Meluncurkan Kapal Berbahan Bakar Metanol Pertama di Dunia
Ilustrasi Kapal Kontainer Maersk (Photo by Bernd Dittrich/Unsplash)... Selengkapnya

Diwartakan sebelumnya, Jerman mengungkapkan bahwa serangkaian tarif dagang baru yang dikenakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, berisiko menimbulkan dampak yang signifikan pada negara ekonomi terbesar di Eropa itu.

Mengutip BBC, Presiden Bank Sentral Jerman Bundesbank, Joachim Nagel, memperingatkan bahwa tarif dagang AS lmenimbulkan risiko signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi negaranya.

Berbicara di Speaker's Luncheon Union International Club di Frankfurt, Nagel menekankan bahwa sebagai ekonomi yang digerakkan oleh ekspor, Jerman berisiko menderita kerugian besar imbas perubahan kebijakan perdagangan AS.

Mengacu pada pengenaan tarif 25 persen oleh AS pada baja dan aluminium, Nagel mencatat bahwa langkah ini akan berdampak khusus pada Jerman, menimbulkan ancaman terhadap prospek ekonominya.

Nagel juga mengutip perkiraan Bundesbank yang menunjukkan bahwa meningkatnya ketegangan perdagangan transatlantik dapat menyebabkan output ekonomi Jerman pada tahun 2027 menjadi 1,5 poin persentase lebih rendah dari yang diharapkan.

 

Risiko pada Inflasi

Kapal kontainer Dali di antara reruntuhan Jembatan Francis Scott Key di Baltimore, Maryland, Amerika Serikat (AS), pada Selasa (26/3/2024).
Kapal kontainer Dali di antara reruntuhan Jembatan Francis Scott Key di Baltimore, Maryland, Amerika Serikat (AS), pada Selasa (26/3/2024). (Dok. AP Photo/Matt Rourke)... Selengkapnya

Nagel juga memperingatkan inflasi dapat meningkat, meskipun dampak pastinya masih belum diketahui secara pasti.

"Terkikisnya daya beli dan lonjakan biaya input akan jauh lebih besar daripada potensi keunggulan kompetitif bagi industri AS," katanya.

"Tingkat inflasi akan meningkat tajam dan dapat meningkat lebih tinggi lagi tanpa pengetatan kebijakan moneter yang signifikan,” jelas Nagel.

Bertentangan dengan klaim pemerintah AS, Nagel juga menilai tarif dagang dapat menimbulkan konsekuensi negatif bagi AS.

"Proteksionisme menyebabkan kerugian kesejahteraan di semua negara yang terkena dampak. Tidak ada pemenang,” tuturnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya