Liputan6.com, Jakarta - Pembangunan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) hingga awal November telah mencapai 80 persen. Proyek ini ditargetkan beroperasi akhir 2022.
Kereta Cepat Jakarta-Bandung memiliki panjang lintasan 142,3 kilometer dan semula direncanakan untuk berangkat dari Stasiun Halim di Jakarta, singgah di Stasiun Karawang, lalu Stasiun Walini di Bandung Barat, dan berakhir di Stasiun Tegalluar Kabupaten Bandung.
Namun, belakangan Stasiun Walini ditunda dan Kereta Cepat akan transit di Stasiun Padalarang sebagai penghubung menuju kota Bandung sebelum akhirnya sampai di Stasiun Tegalluar Kabupaten Bandung.
Advertisement
Country Manager Rumah.com Marine Novita menjelaskan, keputusan KCJB menjadikan Stasiun Padalarang sebagai stasiun penghubung karena pertimbangan demografi, komersial, dan infrastruktur area Padalarang yang memadai serta untuk menyasar penumpang yang berasal dari Bandung bagian barat.
"Keputusan ini dapat mengembangkan kawasan sekitar, dimana lokasi tersebut berada di wilayah Kabupaten Bandung Barat (KBB) yang tengah berkembang pesat," jelas dia dalam keterangan tertulis, Selasa (15/11/2021).
Kabupaten Bandung Barat sebagai wilayah yang secara resmi berdiri pada tahun 2007 kini tengah menggeliat dan berkembang sangat cepat. Kabupaten ini memiliki wilayah seluas 1.305,77 kilometer persegi dengan pusat pemerintahan di Kecamatan Ngamprah yang terletak di jalur Bandung-Jakarta.
Perkembangan pesat wilayah Kabupaten Bandung Barat mulai terasa sejak 2000, dengan pengembangan Kota Baru Parahyangan (KBP) sebagai proyek hunian kota satelit seluas 1.250 hektar yang menjadi komplek hunian terbesar di wilayah Bandung Raya.
"Beberapa komplek hunian lain juga muncul di lokasi yang berdekatan. Beberapa titik di wilayah Kabupaten Bandung Barat yang mengalami perkembangan paling cepat adalah Padalarang, Lembang, dan Ngamprah,” katanya.
Marine menjelaskan bahwa data-data menunjukkan potensi investasi maupun hunian pribadi di Kabupaten Bandung Barat. Salah satu indikatornya, Rumah.com Indonesia Property Market Index (RIPMI) untuk indeks harga rumah di Bandung Barat belum merangkak naik.
Baca Juga
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pasokan Naik
Pada kuartal III 2021, indeks harga rumah di Bandung Barat mengalami penurunan sebesar 3,2 persen (quarter-to-quarter). Sedangkan secara tahunan, indeks harga rumah di Bandung Barat juga turun cukup signifikan sebanyak 9 persen (year-on-year).
“Kendati demikian, penurunan dari sisi indeks harga tidak terjadi untuk indeks suplai yang justru meningkat tajam. Pada kuartal III 2021 indeks suplai rumah mengalami kenaikan sebesar 23,5 persen secara kuartalan dibandingkan kuartal II 2021. Bahkan yang lebih menarik adalah indeks suplai rumah di Bandung Barat berhasil meningkat sebanyak 111,2 persen secara tahunan,” terang Marine.
Data Rumah.com Indonesia Property Market Index (RIPMI) tersebut memiliki akurasi yang cukup tinggi untuk mengetahui dinamika yang terjadi di pasar properti di Indonesia, karena merupakan hasil analisis dari 600.000 listing properti dijual dan disewa dari seluruh Indonesia, dengan lebih dari 17 juta halaman yang dikunjungi setiap bulan dan diakses oleh lebih dari 5,5 juta pencari properti setiap bulannya.
Advertisement