Sederet Alasan Target Investasi Rp 1.200 T di 2022 Bakal Tercapai

BKPM optimistis target investasi Rp 1.200 triliun di 2022 bisa tercapai.

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Des 2021, 19:45 WIB
Diterbitkan 28 Des 2021, 19:45 WIB
20151113-Ilustrasi Investasi
lustrasi Investasi Penanaman Uang atau Modal (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Staf Ahli Bidang Ekonomi Makro Kementerian Investasi/BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal), Indra Darmawan, optimistis target investasi Rp 1.200 triliun di 2022 bisa tercapai.

"Ada peningkatan target, dari Rp 900 triliun tahun ini meningkat jadi Rp 1.200 triliun tahun depan. Apakah optimis bisa mencapai itu? Jawaban saya optimis," ujarnya dalam sesi webinar, Selasa (28/12/2021).

Indra mengatakan, ada beberapa alasan yang membuatnya optimistis target itu bisa tercapai. Salah satunya proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan, yang diperkirakan naik meski pertumbuhan ekonomi global turun.

"Meskipun pertumbuhan ekonomi global diperkirakan akan turun dari level 5 persenan ke level 4 persenan, tapi proyeksi untuk Indonesia justru naik dari 4 persenan ke 5 persenan. Tahun depan diperkirakan 4,5-5,5 persen range-nya" bebernya.

Diperkirakan Indra juga, Indonesia akan bisa mendapat berkah dari masih tingginya harga komoditas di pasar dunia. Ini akan berimbas juga di bidang shipping, dimana harga-harga logistik dunia masih belum akan turun di 2022.

"Jadi harga-harga tarif untuk pengangkutan barang lintas negara secara global diperkirakan masih akan tetap tinggi sampai ada beberapa analis yang memperkirakan, bahkan the whole 2022 masih tetap tinggi, bahkan sampai 2023," tuturnya.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Disrupsi Perdagangan

[Fimela] Investasi
Ilustrasi investasi | unsplash.com/@precondo

Sebabnya, Indra menambahkan, disrupsi perdagangan dan kegiatan ekonomi masih terjadi di belahan dunia. Apalagi jika Covid-19 varian baru omicron makin memberikan dampak terhadap mobilitas ekonomi.

"Ini akan makin menekan mobilitas, makin menurunkan ekonomi dunia, dan juga makin meningkatkan atau masih menjadikan harga-harga logistik itu semakin tinggi," pungkas Indra.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya