Liputan6.com, Jakarta Pedagang pasar tradisional mengaku sejak awal tak meminta aturam harga eceran tertinggi (HET) untuk minyak goreng. Sebaliknya, pedagang meminta stok diperbanyak di pasar-pasar tradisional.
Dengan demikian, dengan asumsi stok membanjiri pasar, harapannya kestabilan harga, dan terjangkaunya harga bisa tercipta.
Di sisi lain, HET dinilai sulit berlaku di pasar rakyat karena ada skema tawar menawar.
Advertisement
"Begitu HET dicabut tentu karena HET sendiri enggak dapat berlaku di pasar. Kita melihat pasar tradisional inikan ada sistem tawar menawar, ada interaksi antara pedagang dan pembeli hingga terjadi kesepakatan harga," kata Sekjen Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) Reynaldi Sarijowan saat dihubungi, Jumat (18/3/2022).
"Sejak awal kami menyampaikan per 1 februari bahkan Ikappi mengatakan memang HET ini sulit diimplementasikan tinggal gimana caranya untuk normalisasi ini semua implementasinya seperti apa di lapangan," paparnya.
Â
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Stok Minyak Goreng
Reynaldi menyebut, alih-alih HET ditetapkan pemerintah, stok minyak goreng perlu diguyur ke pasaran. Apalagi, sebentar lagi masuk bulan ramadan. Biasanya, terjadi kenaikan permintaan yang berimbas juga kepada harga jual.
"Ketika ketersediaannya ada dan bagaimana sekarang solusinya untuk melakukan pendisribusian ke pasar-pasar. Tentu hal ini akan terjadi permintaan yang tinggi mengingat bulan puasa sebentar lagi kurang lebih dua minggu ya, untuk itu kita coba memastikan bahwa minyak goreng ini perlu dibanjiri di pasar-pasar," katanya.
"Kalau tidak harganya terus melonjak menjelang bulan Ramadan," tambahnya.
Â
Â
Â
Â
Advertisement