Peternak Sapi Kini Bisa Konsultasi Online soal Wabah PMK, Begini Caranya

Kementerian Pertanian telah menyatakan wabah Penyakit Mulut dan Kuku yang terjadi di Jawa Timur dan Aceh sejak tanggal 5 Mei 2022 dan berkembang menjadi 17 provinsi hingga saat ini.

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Jun 2022, 21:51 WIB
Diterbitkan 02 Jun 2022, 21:47 WIB
Produksi Susu Sapi Perah di Jakarta Tidak Terpengaruh PMK
Sejumlah sapi terlihat di salah satu peternakan sapi perah kawasan Duren Tiga, Jakarta, Rabu (25/5/2022). Menurut pekerja, isu wabah Penyakit Kuku dan Mulut (PMK) akhir-akhir ini tidak berpengaruh terhadap penjualan susu sapi. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Pertanian telah menyatakan wabah Penyakit Mulut dan Kuku yang terjadi di Jawa Timur dan Aceh sejak tanggal 5 Mei 2022 dan berkembang menjadi 17 provinsi hingga saat ini. PMK pada sapi adalah salah satu penyakit hewan menular paling berbahaya pada sapi yang memiliki daya tular yang sangat cepat dan luas.

Menurut Drh. Deddy F Kurniawan, Founder dan CEO SAPIMOO, PMK pada sapi berdampak sangat besar pada kerugian ekonomi peternak dimana kerugian berasal dari penurunan produktifitas susu, penurunan berat badan, biaya pengobatan, kematian hingga jumlah sapi yang harus di afkir untuk menghindari kerugian secara nilai ekonomi lebih lanjut.

"Indonesia tercatat mempunyai 17 juta ekor sapi dan saat ini masih mempunyai ketergantungan tinggi terhadap daging dan susu impor. Gangguan terhadap nilai ekonomi ini akan menyebabkan ancaman terhadap mata pencaharian peternak khususnya peternak mikro," ungkapnya, Kamis (2/6/2022).

Menurut Deddy, yang juga menjabat sebagai Ketua Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Jatim, salah satu permasalahan utama dalam penanganan kasus PMK pada sapi adalah masih minimnya pemahaman peternak tentang penyakit ini sehingga seringkali deteksi dan laporan tidak bisa dilakukan secara lebih dini dan tentu saja akan mengurangi kecepatan penyembuhan.

"Layanan konsultasi secara daring dengan menghubungkan peternak dengan petugas kesehatan hewan yang mumpuni diharapkan dapat menjembatani masalah gap komunikasi yang ada. Pengalaman telemedicine dalam penanganan pandemi Covid-19 telah dirasakan oleh masyarakat dan praktisi kesehatan," tambahnya.

 

Kebutuhan Informasi

Terus Bertambah, Ratusan Sapi Perah di Kuningan Terinfeksi PMK
Sapi perah di Blok Cigeureung Kabupaten Kuningan yang terinfeksi wabah PMK. Foto (Liputan6.com / Panji Prayitno)

Ini disampakan oleh Dr. Ivan Sini, tokoh praktisi kesehatan dan Komisaris Utama PT Bundamedik, Tbk. (BMHS), bahwa pandemi ini membuktikan bahwa kebutuhan informasi kesehatan yang mudah diakses menjadi trend-shifter dalam komunikasi penyuluhan maupun deteksi dini penyakit pada manusia.

SAPIMOO adalah platform digital berbasis mahadata dan kecerdasan buatan yang didirikan oleh para ahli dibidang ternak sapi dengan reputasi sangat baik di Indonesia dan Internasional. SAPIMOO menawarkan solusi interaktif layanan kesehatan hewan dan reproduksi dengan menitikberatkan pada pencatatan tanda dan gejala gangguan kesehatan dan reproduksi pada sapi untuk meningkatkan nilai ekonomi masyarakat.

Analisa dan rekomendasi diberikan secara daring kepada pengguna aktif aplikasi SAPIMOO. Diharapkan SAPIMOO dapat berkontribusi dengan menjadi bagian dari solusi untuk membantu produktifitas peternak Indonesia.

Layanan konsultasi gratis ini dilakukan secara daring melalui akun aktif masing-masing pengguna. Informasi lebih lengkap dapat ditemukan di situs www.sapimoo.com dan peternak dapat mendaftarkan diri serta menggunakan nomor hotline 0811 960 074 (whatsapp).

Atasi Wabah PMK, Kementan Gelar Pengobatan Sapi Gejala Klinis PMK di Malang

Ratusan Ekor Ternak Sapi di Kota Malang dan Batu Terjangkit PMK
Ratusan ternak sapi di Kota Malang dan Kota Batu terjangkit penyakit mulut dan kuku (PMK). Para peternak diimbau menjaga kesehatan hewan ternaknya dan kebersihan kandang agar wabah tak meluas (Liputan6.com/Zainul Arifin)

Dalam rangka menekan tingkat penyebaran wabah PMK, Kementerian Pertanian (Kementan) menggelar pengobatan sapi bergejala klinis PMK di Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur pada Senin, 30 Mei 2022. Ini merupakan rangkaian kerja Kementan dalam menangani penyebaran wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) terhadap hewan di Jawa Timur.

Direktur Kesehatan Hewan Kementan, Nuryani Zainuddin mengatakan bahwa Sapi-sapi yang ada di Jawa Timur jumlahnya mencapai 12.990 yang terdiri dari 340 sapi perah dan 12.643 sapi potong. Dari sekian banyak sapi tersebut, 63 ekor diantaranya terindikasi memiliki gejala klinis PMK.

 "Sapi-sapi yang memiliki gejala ada di 3 desa, Masing-masing Desa Baturetno, Desa Dengkol dan Desa Ardimulyo. Semua kami obati dengan obat simptomatis, antibiotik dan pemberian vitamin," ujar Nuryani, Selasa sore.

Menurut Nuryani, berdasarkan pengamatan di lapangan banyak hewan ternak yang mulai menunjukan kesembuhan. Diketahui, kegiatan ini juga dilakukan serentak di semua kabupaten dan kota se Indonesia.

"Selain pengobatan massal kami juga memberikan sosialisasi kepada peternak dan masyarakat agar rajin-rajin membersihkan kandang dengan air bersih dan disinfektan," katanya.

Nuryani mengatakan, semua kegiatan dilakukan bersama dinas terkait, unsur Polri, TNI, dan para dokter kesehatan hewan yang berasal dari Puskeswan. Nuryani optimis kegiatan ini dapat memberikan dampak besar terhadap kesehatan hewan Indonesia.

"Yang terpenting masyarakat jangan panik karena kita semua ada di lapangan. Kami terus bekerja dan siap siaga," katanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya