Ilmuwan Inggris Kembangkan Vaksin Kurangi Produksi Metana pada Kentut Sapi

Ilmuwan di Inggris sedang mengembangkan vaksin inovatif untuk mengurangi emisi metana dari sapi, yang berkontribusi besar terhadap pemanasan global.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 10 Feb 2025, 20:10 WIB
Diterbitkan 10 Feb 2025, 20:10 WIB
Ilustrasi hewan ternak sapi (Istimewa)
Ilustrasi hewan ternak sapi (Istimewa)... Selengkapnya

Liputan6.com, London - Sapi memiliki kemampuan luar biasa untuk bertahan hidup hanya dengan memakan rumput. Namun, proses fermentasi rumput menghasilkan metana, gas rumah kaca yang 28 kali lebih kuat dibandingkan karbon dioksida dalam memerangkap panas, meskipun lebih cepat terurai di atmosfer.

Dikutip dari laman CNN, Senin (10/2/2025), rata-rata, seekor sapi dapat menghasilkan sekitar 90 kg metana per tahun melalui sendawa dan buang gas. Ditambah dengan emisi dari kotorannya, ternak menyumbang sekitar sepertiga dari total emisi metana akibat aktivitas manusia, yang berkontribusi terhadap 30 persen pemanasan global.

Saat ini, beberapa peternakan telah menggunakan tambahan pakan untuk mengurangi produksi metana di dalam rumen. Namun, efektivitasnya bervariasi dan sulit diterapkan pada sapi yang dibiarkan bebas merumput.

Sebagai alternatif, The Pirbright Institute di Inggris sedang memimpin studi tiga tahun untuk mengembangkan vaksin yang dapat mengurangi emisi metana pada sapi. Proyek ini mendapat dukungan dana sebesar USD 9,4 juta dari Bezos Earth Fund milik bos Amazon Jeff Bezos dan melibatkan Royal Veterinary College Inggris serta AgResearch Selandia Baru.

Menurut John Hammond, Direktur Riset di Pirbright Institute, vaksin memiliki daya tarik karena sistem vaksinasi sudah dikenal luas dan mudah diterapkan.

"Skenario terbaiknya, vaksin ini cukup diberikan sekali saat sapi masih muda dan mampu mengurangi emisi metana minimal 30 persen," ujarnya.

 

Tantangan Ilmiah

Ilustrasi sapi di Banyuwangi terpapar PMK  (Istimewa)
Ilustrasi sapi di Banyuwangi terpapar PMK (Istimewa)... Selengkapnya

Gagasan tentang "vaksin kentut sapi" sebenarnya telah diteliti selama lebih dari satu dekade. Namun, belum ada hasil konkret yang membuktikan efektivitasnya.

Untuk berhasil, vaksin ini harus menghasilkan antibodi yang dapat mengikat bakteri penghasil metana di rumen dan mencegahnya menghasilkan gas tersebut. Namun, menurut Hammond, ini adalah tantangan besar karena antibodi tidak diketahui bekerja dengan baik di rumen.

Selain itu, ada kekhawatiran mengenai kesejahteraan hewan dan potensi dampak pada penyerapan pakan. Jika vaksin menghambat fungsi rumen, sapi mungkin membutuhkan lebih banyak makanan, yang berpotensi meningkatkan biaya bagi peternak.

Tujuan utama studi ini adalah untuk menjawab tantangan ilmiah ini dan mengembangkan konsep vaksin yang dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi produk nyata.

Ancaman Misinformasi

Ilustrasi hewan ternak, sapi
Ilustrasi hewan ternak, sapi. (Photo created by wirestock on www.freepik.com)... Selengkapnya

Jika vaksin ini berhasil dikembangkan, tantangan berikutnya adalah penerimaan masyarakat.

Menurut Joseph McFadden, profesor Biologi Ternak di Cornell University, vaksin ini bisa menjadi "cawan suci" dalam upaya mengurangi emisi metana, karena dapat memberikan efek jangka panjang dengan satu dosis saja. Namun, ia menegaskan bahwa pengembangannya membutuhkan waktu lama dan banyak uji coba sebelum bisa diproduksi secara massal.

Ia juga menyoroti bagaimana misinformasi dapat menjadi kendala besar, seperti yang terjadi pada Bovaer, suplemen pakan berbasis nitrat yang sempat menjadi kontroversi di Inggris meskipun telah disetujui untuk digunakan dan dinyatakan aman.

Dirk Werling, profesor Imunologi Molekuler di Royal Veterinary College yang juga terlibat dalam pengembangan vaksin ini, mengatakan bahwa komunikasi yang objektif dan transparan sangat penting dalam menghadapi misinformasi.

"Sejak pandemi, banyak isu yang dibahas secara hitam-putih. Apa pun hasil yang kami temukan, akan selalu ada yang mendukung dan ada yang mengkritik. Tetapi jika penelitian ini bisa membantu mengurangi dampak pemanasan global, bagi saya itu sudah cukup," katanya.

Infografis: Perjalanan Wabah dan Vaksinnya (Liputan6.com / Abdillah)
Infografis: Perjalanan Wabah dan Vaksinnya (Liputan6.com / Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Live dan Produksi VOD

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya