Pak Mendag, Harga Cabai Masih Mahal Rp 100 Ribu per Kg

Harga cabai rawit merah masih bertahan di Rp 100.000 per kilogram (kg) dari normal berkisar Rp40.000 per kg.

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Jul 2022, 13:00 WIB
Diterbitkan 24 Jul 2022, 13:00 WIB
Harga Cabai Semakin Melambung Tinggi
Pedagang kebutuhan pokok khususnya cabai merapikan di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta, Rabu, (13/7/2022). Untuk harga setengah kilogramnya kisaran Rp 70.000, untuk harga cabai rawit Rp 120.000 per kilogram. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Harga cabai di Pasar PSPT Tebet, Jakarta Selatan terpantau masih mahal hingga Minggu, (24/7/2022). Untuk komoditas cabai rawit merah masih bertahan di Rp 100.000 per kilogram (kg) dari normal berkisar Rp40.000 per kg.

"Cabai masih mahal, cabai rawit masih Rp 100 ribu ya per kg," ujar salah seorang pedagang Lina kepada Merdeka.com.

Lina melanjutkan, harga cabai merah keriting juga masih tinggi mencapai Rp100.000 per kg dari harga normal Rp30.000 per kg. Bahkan, harga cabai merah besar atau TW dijual Rp120.000 per kg.

"Cabai semua mahal mas, masih. TW naik sampai Rp. 120 ribu ya," bebernya.

Atas kondisi tersebut, Lina mengaku kerap mendapati keluhan dari pelanggan akibat mahalnya harga cabai. "Karena, mungkin kenaikkan harga cabai juga sudah lama terjadi ya," ungkapnya.

Dia pun berharap pemerintah agar segera turun tangan untuk menekan harga jual cabai yang masih mahal. Mengingat, kenaikan harga cabai ini juga dinilai telah memberatkan konsumen.

"Harapannya cepet turun ya, kasian yang beli kalau cabai ini masih mahal," pungkasnya.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com


Inflasi Dunia Menggila, Pemda Wajib Waspada

Mengenal Konsep Inflasi dalam Ekonomi
Ilustrasi Konsep Inflasi Credit: pexels.com/pixabay

Menteri Investasi, Bahlil Lahadalia mengatakan kondisi ekonomi global saat ini tengah dilanda ketidakpastian yang tinggi. Hal ini tak terlepas dari akibat perang Rusia-Ukraina sejak Februari 2022 lalu. Akibatnya di dunia terjadi krisis pangan dan energi.

"Kondisi ekonomi global dan dunia ini tidak menentu karena perang Ukraina dan Rusia menimbulkan ketidakpastian," kata Bahlil dalam acara Pemberian NIB Pelaku UMKM Perseorangan di Medan, Sumatera Utara, Kamis (21/7).

Gejolak kenaikan inflasi di berbagai negara juga menjadi tantangan lain kondisi ekonomi global. Bahlil menyebut, inflasi di Amerika Serikat sudah mendekati 2 digit atau 9,1 persen. Tingkat inflasi tertinggi sejak tahun 1960-an di negeri Paman Sam.

Harga minyak dunia juga sudah lebih dari USD 100 per barrel. Padahal dalam APBN 2022, harga minyak dunia diasumsikan sekitar USD 70 dolar per barel.

Lonjakan harga minyak tersebut membuat penggunaan APBN tahun ini terkuras untuk membayar subsidi dan kompensasi. "Setahun kita subsidi ini bisa sampai Rp 400 triliun," kata dia.

 

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS


Waspada

FOTO: Inflasi Indonesia Diklaim Terendah di Dunia
Pedagangan menata cabai di Pasar Senin, Jakarta, Rabu (22/6/2022). Inflasi Indonesia disebut masih termasuk paling rendah di dunia, karena ada 20 negara lebih yang memboikot, tidak boleh jual pangannya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Untuk itu dia meminta para kepala daerah dan pemerintah daerah mencermati kondisi global yang sedang terjadi. Ancaman krisis pangan menanti di depan mata.

"Hati-hati dengan kondisi ini, saya minta teman-teman dan pemda, perhatikan tentang pangan agar tidak ada krisis pangan," kata dia.

Meski begitu Bahlil masih optimis Indonesia tidak akan kekurangan bahan pangan. Lantaran masih banyak produk pangan lokal yang diproduksi di dalam negeri.

"Tapi tentang pangan kita punya bahan-bahan lokal banyak," pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya