Erick Thohir Gabungkan Holding BUMN Farmasi dan Rumah Sakit Tahun Ini

Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir mengungkap rencana penggabungan holding BUMN Farmasi dibawah Bio Farma dan holding rumah sakit (IHC)

oleh Arief Rahman H diperbarui 22 Agu 2022, 19:00 WIB
Diterbitkan 22 Agu 2022, 19:00 WIB
FOTO: 6 Jenis Vaksin COVID-19 yang Ditetapkan Pemerintah Indonesia
Pekerja memproduksi vaksin COVID-19 di perusahaan Bio Farma, Bandung, Jawa Barat, 12 Agustus 2020. Pemerintah melalui Bio Farma berupaya untuk memenuhi kebutuhan domestik dengan mempersiapkan sebanyak 15 juta bulk vaksin COVID-19 untuk tahap pertama. (BAY ISMOYO/AFP)

Liputan6.com, Jakarta Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir mengungkap rencana penggabungan holding BUMN Farmasi dibawah Bio Farma dan holding rumah sakit (IHC). Ia berharap proses penggabungan itu bisa dilakukan tahun ini.

Honesti mengungkap saat ini holding farmasi telah melengkapi ekosistem dari hulu ke hilir. Mulai dari produksi obat, hingga distribusinya, sehingga dengan adanya holding rumah sakit, akan melengkapi ekosistem dengan adanya pengelolaan layanan yang terintegrasi lebih luas.

"Pengennya tahun ini (gabung dengan Holding Farmasi)," kata dia usai acara Ngopi BUMN, di Kementerian BUMN, Senin (22/8/2022).

"IHC itu jadi grup dibawahnya Bio Farma. sekarang kan Bio Farma itu ada Kimia Farma, ada Indofarma, nah belum ada IHC nih, nanti IHC masuk se grup-grupnya ke Bio Farma," terang dia.

Honesti menerangkan, holding farmasi saat ini memiliki kelengkapan di sisi suplai. Baik mengenai obat-obatan, vaksin, hingga peralatan medis.

"Tapi di layanan, kita harus perkuat layanan nih, nanti rumah sakit atau klinik. Kita sudah punya klinik pratama dan utama, tapi rumah sakit kita perlu. Sehingga ini yang bergabungnya nanti rumah sakit BUMN itu kan ada sekitar 60-70 an," bebernya.

Ia menyebut, tujuan adanya rumah sakit di beberapa BUMN seperti milik PT Perkebunan Nusantara dan Pertamina untuk efisiensi biaya. Namun, imbasnya kini bisnisnya tak terlal fokus.

"Sekarang nanti kan ada holding farmasi dan akan gabung holding rumah sakit BUMN, portofolio BUMN itu jadi fokus," ujarnya.

 

Dioperasikan Bio Farma

Produksi vaksin Bio Farma
Produksi vaksin Bio Farma

Lebih lanjut, Honesti menyebut, nantinya rumah sakit dalam holding tersebut, akan dikelola oleh Bio Farma sebagai induk. Namun, penggabungan bukan berarti ada langkah inbreng saham sebagaimana merger.

"Masuk tuh dalam artian gini, saya tak mengatakan akan di inbreng, setidaknya nanti ada manajmen operasi, setidaknya operated by group kita," kata dia.

"Toh mereka (pemilik rumah sakit) juga punya keinginan untuk mengefisienkan claim cost kan biaya karyawan, tapi karena itu bukan kompetisi mereka, mungkin nanti akan dikelola," jabarnya.

Kendati begitu, ia belum memastikan nama dari holding rumah sakit kedepannya. Ada kemungkinan namanya akan menjadi holding Indonesia Health Care (IHC).

"Sekarang namanya ada holding farmasi, ada holding rumah sakit, nanti mungkin namanya holding healthcare, saya gak tau namanya nanti apa," tukasnya.

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Vaksin BUMN

Kasus Virus Corona Bertambah, Bio Farma Kebut Penemuan Vaksin Anti Covid-19
Ilustrasi Foto Vaksin (iStockphoto)

Di sisi lain, Direktur Utama PT PT Bio Farma (Persero) Honesti Basyir mengungkap tujuan penggunaan vaksin BUMN Indovac untuk vaksinasi booster dan vaksinasi anak baik primer maupun booster. Alasannya, jumlah suntikan kedua jenis ini masih minim dibandingkan dengan vaksin primer untuk dewasa.

Ia menyatakan, Indovac nantinya akan menjadi prioritas pemenuhan program pemerintah. Namun, untuk jumlahnya, ia belum memastikan banyaknya produksi vaksin Indovac ini.

"Untuk booster itu diutamakan untuk program pemerintah, dan nanti untuk vaksin booster dan vaksin akan, karena kan memang langka nih. Karena anak (dosis) primary ini juga masih sedikit, apalagi untuk yang booster," kata dia dalam Ngopi Bareng BUMN, di Kementerian BUMN, Senin (22/8/2022).

Dengan tujuan itu, Bio Farma masih menunggu penerbitan izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Setelah itu, pihaknya akan memulai uji klinis untuk vaksinasi anak, baik primer maupun booster.

"Manajemen dosisnya sama, 2 dosis kalau utnuk primernya, sama kaya Sinovac, sama kaya Pfizer gitu, tapi kalau yang booster cukup 1 (dosis) saja," bebernya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya