Liputan6.com, Jakarta - Harga emas turun pada perdagangan hari Senin disebabkan penguatan dolar Amerika Serikat (AS) yang mencapai level tertinggi dalam lebih dari dua minggu. Sementara investor mengamati sikap Presiden AS Donald Trump yang lebih berhati-hati untuk mengenakan tarif kepada mitra dagang.
Mengutip CNBC, Selasa (26/3/2025), harga emas di pasar spot turun 0,6% menjadi USD 3.006,84 per ons. Harga emas berjangka AS ditutup 0,2% lebih rendah pada USD 3.015,60.
Baca Juga
“Kita telah mencapai rekor demi rekor dan sekarang, pasar hanya mengonsolidasikan keuntungan ini dan ini ditegakkan oleh dolar AS yang agak lebih tinggi,” kata kepala analis TD Securities Bart Melek.
Advertisement
Emas, yang secara tradisional dipandang sebagai lindung nilai terhadap ketidakpastian geopolitik dan ekonomi dan sering berkembang pesat dalam lingkungan suku bunga rendah, telah mencapai 16 rekor tertinggi tahun ini dan mencapai puncak sepanjang masa di USD 3.057,21 per ons pada minggu lalu.
Dolar AS naik 0,2%, mencapai level tertinggi dalam dua minggu terakhir dan membuat emas batangan yang dihargakan dalam dolar AS lebih mahal bagi pembeli luar negeri.
Perang Tarif
Donald Trump mengisyaratkan pada hari Jumat bahwa akan ada beberapa fleksibilitas terkait tarif timbal balik yang akan mulai berlaku pada tanggal 2 April dan diperkirakan akan mendorong inflasi dan menghambat pertumbuhan ekonomi.
Presiden Federal Reserve Chicago Austan Goolsbee dan Presiden Fed New York John Williams mengatakan pada hari Jumat bahwa masih terlalu dini untuk mengukur dampak ekonomi dari tindakan tarif Trump.
Minggu lalu, Fed mempertahankan suku bunga acuannya tetap stabil dan mengindikasikan dua kali pemotongan suku bunga sebesar seperempat poin persentase tahun ini.
Investor sekarang menunggu data Pengeluaran Konsumsi Pribadi AS yang akan dirilis pada hari Jumat, ukuran inflasi yang disukai Fed.
Konflik Ukraina dan Rusia
Sementara itu, pejabat AS dan Rusia mengadakan pembicaraan di Arab Saudi yang bertujuan untuk membuat kemajuan menuju gencatan senjata di Ukraina.
"Jika selama seminggu perundingan di Arab Saudi benar-benar terwujud dan terjadi penurunan harga emas berdasarkan hal itu, saya perkirakan harga emas akan naik cukup cepat," kata analis senior RJO Futures Bob Haberkorn.
Prediksi Harga Emas Jelang Lebaran, Bakal Naik Terus Atau Terkoreksi?
Pasar emas masih bertahan di atas USD3.000 per ons, tetapi mengalami aksi ambil untung menjelang akhir pekan setelah harga emas gagal mempertahankan posisi di atas USD3.057 per ons.
Meskipun emas masih berpotensi naik, beberapa analis mengatakan bahwa konsolidasi di level saat ini akan sehat untuk tren jangka panjangnya. Harga emas spot terakhir diperdagangkan di USD3.014,20 per ons, turun hampir 1% dalam sehari, tetapi masih naik 1% dibandingkan Jumat (21/3) lalu.
Dikutip dari laman Kitco.com Senin (24/3/2025), Kepala Strategi Emas di State Street Global Advisors George Milling Stanley, memperkirakan bahwa harga emas bisa tetap di sekitar USD3.000 selama beberapa bulan ke depan seiring investor beradaptasi dengan level baru ini.
"Saya akan lebih yakin bahwa harga emas bisa bertahan di atas USD3.000 jika butuh waktu beberapa bulan untuk benar-benar melewati level ini," ujar Stanley.
Meskipun ia tidak memperkirakan rekor harga baru dalam waktu dekat, ia juga tidak melihat faktor besar yang dapat menekan harga emas secara signifikan.
Advertisement
Kemungkinan Koreksi
Kemudian, Kepala Strategi Komoditas di Saxo Bank Ole Hansen, mengatakan bahwa emas bisa turun USD100 tanpa mengganggu tren kenaikan saat ini.
"Jika Anda seorang manajer aset yang ingin mengalokasikan dana ke emas dari saham karena khawatir tentang stagflasi, Anda mungkin akan menyambut baik koreksi USD100 ini," ujarnya.
Hansen menyebutkan bahwa level support utama pertama yang ia pantau adalah USD2.955, yang merupakan level tertinggi bulan lalu sebelum terjadi kenaikan pekan lalu.
Analis Senior di Trade Nation, David Morrison, juga akan mengamati apakah emas bisa bertahan di USD3.000.
"Emas memang sedikit turun dari level tertingginya, tetapi tidak signifikan," katanya.
Morrison menilai, indikator teknikal emas masih menunjukkan tren kuat, tetapi koreksi lebih dalam bisa membantu membentuk dasar untuk kenaikan berikutnya. Uji coba di level USD3.000 sebagai support masih sangat mungkin terjadi.
Inflasi Bisa Menahan Kenaikan Emas
Dalam sebuah catatan pada hari Jumat, Thu Lan Nguyen, Kepala Riset di Commerzbank, mengatakan bahwa kekhawatiran inflasi bisa menahan kenaikan emas.
Pada hari Rabu, setelah mempertahankan suku bunga tetap, Federal Reserve memperbarui proyeksi inflasinya dan memperkirakan harga konsumen naik 2,8% tahun ini, lebih tinggi dari perkiraan Desember sebesar 2,5%.
Meskipun Ketua Federal Reserve Jerome Powell meremehkan ancaman inflasi, Nguyen mengatakan investor tetap berhati-hati.
"Federal Reserve sebelumnya juga menganggap lonjakan inflasi 2021/22 hanya sementara, tetapi akhirnya harus mengambil tindakan agresif karena kenaikan harga yang tajam. Jika skenario serupa terjadi, itu bisa menjadi berita buruk bagi emas," katanya.
Namun, Nguyen menambahkan bahwa setiap koreksi harga emas kemungkinan besar akan menjadi peluang beli."Emas semakin diminati sebagai aset safe haven, terutama karena ketegangan geopolitik. Selama faktor ini masih berperan, potensi penurunan harga emas akan tetap terbatas," ujarnya.
Advertisement
Fokus Pasar Minggu Ini: Data Inflasi AS
Meskipun momentum teknikal telah mendorong harga emas di atas USD3.000, beberapa analis memperkirakan harga emas masih bisa dipengaruhi oleh data ekonomi—terutama inflasi yang lebih tinggi dan aktivitas ekonomi yang melemah, yang dapat meningkatkan risiko stagflasi.
Data utama yang perlu diperhatikan minggu depan adalah Indeks Pengeluaran Konsumsi Pribadi Inti (Core PCE), yang tidak termasuk harga energi dan makanan, serta merupakan indikator inflasi pilihan Federal Reserve.
Pasar juga akan memantau bagaimana daya beli konsumen AS bertahan di tengah ketidakpastian ekonomi yang meningkat.
