BERANI BERUBAH: Perjuangan Perempuan Sumba Penjaga Hutan

Rambu Dai hanya seorang ibu rumah tangga yang memiliki hati yang tergerak ingin mewariskan kelestarian hutan pada anak cucunya.

oleh Liputan6.com diperbarui 06 Okt 2022, 17:20 WIB
Diterbitkan 27 Sep 2022, 07:56 WIB
Rambu Dai Mami adalah seorang perempuan yang tergerak untuk berjuang mempertahankan tanah dan hutan Sumba. Ia ingin mewariskan kelestarian hutan pada anak cucunya.
Rambu Dai Mami adalah seorang perempuan yang tergerak untuk berjuang mempertahankan tanah dan hutan Sumba. Ia ingin mewariskan kelestarian hutan pada anak cucunya.

Liputan6.com, Jakarta Tanah dan hutan adalah milik generasi mendatang. Ini pemikiran yang mendasari perempuan asal Sumba, Nusa Tenggara Timur  (NTT) bernama Rambu Dai Mami yang memilih ikut berjuang melestarikan hutan dan tanah di daerahnya.

Rambu Dai hanya seorang ibu rumah tangga yang memiliki hati yang tergerak ingin mewariskan kelestarian hutan pada anak cucunya.

"Selain sebagai ibu rumah tangga saya juga seorang perempuan suka melakukan beberapa hal diantaranya melakukan aktivitas pendampingan lapangan," jelas dia kepada Tim Berani Berubah.

Perjuangannya dimulai melalui satu komunitas yang dibentuk sejak 2018 bernama Sabana Sumba. Ini terbentuk dari perjuangan dalam mempertahankan tanah masyarakat adat yang sempat bermasalah kala itu.

"Cakupan Sabana Sumba secara luasan yang dipermasalahkan yang lalu itu, 52 ribu hektar tidak hanya hutan tapi tanah ladang penggembalaan," jelas dia.

Keberadaan hutan di Tanah Sumba Timur merupakan satu hal keajaiban. Di tengah kondisi tanah yang kering, masyarakat masih bisa menemukan sumber air dan kehidupan alam yang asri.

Karena itu bersama masyarakat adat, Rambu Dai bahu membahu memastikan  hutan yang merupakan satu keajaiban selalu terjaga. Mereka memegang prinsip jika tanah dan hutan bukan semata milik generasi saat ini tetapi menjadi hak generasi mendatang.

Upaya lain yang dilakukan Rambu Dai dengan mendampingi masyarakat anggota kelompok tenun agar kembali memakai bahan baku yang ramah lingkungan, seperti pewarna dari alam.

"Cara saya menyadarkan masyarakat untuk tetap menjaga alam dengan memakai pewarna alam. Banyak yang menggunakan pewarna kimia atau benang sintesis dan kita ingin kembalikan," jelas dia.

Dia pun ikut membantu penjualan hasil tenun masyarakat melalui penjualan langsung hingga media sosial. Tujuannya, agar hasil tenun masyarakat Sumba kian dikenal luas.

Pastinya cerita ini menjadi kisah inspiratif. Yuk, ikuti kisah ini maupun yang lainnya dalam Program Berani Berubah, hasil kolaborasi antara SCTV, Indosiar bersama media digital Liputan6.com dan Merdeka.com.

Program ini tayang di Stasiun Televisi SCTV setiap Senin di Program Liputan6 Pagi pukul 04.30 WIB, dan tayang di Liputan6.com serta Merdeka.com.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya