Pertemuan Sherpa Presidensi G20 Indonesia Ketiga di Yogyakarta Bahas Isu Cost-of-Living Crisis

Sherpa G20 Ketiga ini dihadiri oleh 39 Negara yang hasil pertemuan dikumpulkan semuanya yang nantinya dijadikan dokumen Leader’s Declaration.

oleh Tira Santia diperbarui 27 Sep 2022, 13:30 WIB
Diterbitkan 27 Sep 2022, 13:30 WIB
Delegasi Pertemuan ke-3 Sherpa G20 di Yogyakarta, dijamu dalam sebuah acara Welcoming Reception oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X di Keraton Yogyakarta. (Dok ekon.go.id)
Delegasi Pertemuan ke-3 Sherpa G20 di Yogyakarta, dijamu dalam sebuah acara Welcoming Reception oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X di Keraton Yogyakarta. (Dok ekon.go.id)

Liputan6.com, Jakarta - Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Sesmenko) Susiwijono Moegiarso menjelaskan, pertemuan Sherpa Presidensi G20 Indonesia ketiga yang saat ini tengah berlangsung di Yogyakarta akan membahas isu Cost-of-Living Crisis. Isu ini muncul di tengah krisis pangan, krisis energi, hingga keuangan.

“Forum ini akan dinamis sekali, dan akan berdebat panjang karena ada unsur-unsur di luar isu ekonomi dan keuangan. Sekarang dunia tidak mudah, kita menghadapi global krisis, ada krisis pangan, energi, keuangan, dan beberapa negara menyebutnya Cost-of-Living Crisis, biaya hidup mereka menjadi tinggi sekali, dan beberapa negara rakyatnya sudah menderita karena krisis cost of living ini,” kata Susiwijono dalam Media Briefing Sherpa Meeting Ke-3, Selasa (27/9/2022).

Menurutnya, saat ini dunia sedang tidak baik-baik saja, banyak tantangan yang luar biasa, dan tentu dinamika juga akan sama luar biasa. Oleh karena itu, diperlukan pembahasan lebih lanjut dalam forum Sherpa G20 ke-3 yang akan berlangsung di Yogyakarta pada tanggal 27-29 September 2022.

Sherpa G20 Ketiga ini akan dihadiri oleh 39 Negara dan Organisasi Internasional. Dimana hasil pertemuan grup-grup minister meeting, dan rapat-rapat tingkat Menteri akan dikumpulkan semuanya di Sherpa ini, yang nantinya dijadikan dokumen Leader’s Declaration.

Leaders declaration ini yang akan dibahas dan diadopsi pada saat KTT G20, pada saat seluruh kepala negara dari 39 nanti hadir di Bali November nanti. Jadi, substansinya materinya di forum inilah yang memutuskan,” ujarnya.

 

Puncak 15 November 2022

Delegasi Pertemuan ke-3 Sherpa G20 di Yogyakarta, dijamu dalam sebuah acara Welcoming Reception oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X di Keraton Yogyakarta. (Dok ekon.go.id)
Delegasi Pertemuan ke-3 Sherpa G20 di Yogyakarta, dijamu dalam sebuah acara Welcoming Reception oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X di Keraton Yogyakarta. (Dok ekon.go.id)

Dia menjelaskan, Indonesia sendiri sudah memulai rangkaian Presidensi G20 sejak 1 Desember 2021 hingga nanti puncaknya pada KTT tanggal 15-16 November 2022. Dalam setahun ini, kata Susiwijono, sudah terdaftar 437 event atau pertemuan, yang terdiri dari 184 pertemuan resmi di berbagai level dan 253 pertemuan side event G20.

“Nah dari level-level pertemuan tadi itu sherpa membawahi yang namanya working group dan engagement. ada 12 working group dan 10 Engagement Group. Intinya semua sektor dibahas di Sherpa kecuali urusan keuangan,” ujarnya.

Dalam pelaksanaan Sherpa G20 ketiga ini, ketuanya adalah Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, dan didampingi oleh Menteri Luar Negeri. Karena sebagian besar isunya membahas mengenai ekonomi, maka Menko Perekonomian lah yang mengkoordinasikan 22 working grup tersebut (12 working group dan 10 Engagement Group). Sementara, sektor keuangan yang mengkoordinasikan adalah Menteri Keuangan Menteri Keuangan dan Gubernur BI.

 

Pertemuan ke-3 Sherpa G20 di Yogyakarta, Menko Airlangga: Kota yang Melambangkan Keberanian

Delegasi Pertemuan ke-3 Sherpa G20 di Yogyakarta, dijamu dalam sebuah acara Welcoming Reception oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X di Keraton Yogyakarta. (Dok ekon.go.id)
Delegasi Pertemuan ke-3 Sherpa G20 di Yogyakarta, dijamu dalam sebuah acara Welcoming Reception oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X di Keraton Yogyakarta. (Dok ekon.go.id)

Sebelumnya, Sri Sultan Hamengku Buwono X menjamu para Delegasi Pertemuan ke-3 Sherpa G20, yang berlangsung tanggal 26 – 30 September 2022 di Keraton Yogyakarta. Gelaran acara budaya di Keraton ini dilaksanakan dengan tetap mematuhi adat budaya Keraton Yogyakarta, di mana seluruh Delegasi juga memakai pakaian baju batik, yang merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang sudah dikenal dunia.

Melalui berbagai rangkaian acara Presidensi G20 Indonesia 2022, Indonesia ingin lebih mendorong dan mengenalkan berbagai warisan budaya lokal ke kancah global.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyambut hangat para Delegasi Sherpa G20, dengan memberikan welcoming speech secara virtual. “Selamat datang di Yogyakarta yang indah, di mana nilai-nilai dedikasi, ketulusan dan solidaritas tertanam dalam sejarahnya,” ujar Menko Airlangga dalam keterangan tertulis, Selasa (27/9/2022).

Menko Airlangga juga meminta para Delegasi untuk dapat meluangkan waktu setelah pertemuan Sherpa, untuk menikmati kekayaan budaya di Yogyakarta, kehangatan dan keramahan masyarakat, serta merasakan kelezatan berbagai masakan khas Yogyakarta.

“Semoga kehangatan sambutan kami dan masyarakat Yogya tersampaikan sepenuhnya kepada Anda, dan mendukung kesuksesan pertemuan Sherpa yang lebih produktif,” kata Menko Airlangga.

Menko Airlangga menyampaikan bahwa pada masa perjuangan, Yogyakarta mendukung sepenuhnya perjuangan kemerdekaan Indonesia, dan pernah menjadi Ibukota Indonesia. Hal tersebut menjadikan provinsi ini menerima hak istimewa sebagai daerah khusus, bahkan terus mempertahankan tradisi Kesultanan dalam administrasi pemerintahannya.

Menko Airlangga menuturkan, Yogyakarta adalah kota yang melambangkan keberanian dalam menghadapi kesulitan.

"Untuk itulah kami memilih kota ini sebagai tempat Pertemuan ke-3 Sherpa G20. Kami berharap para Sherpa yang terhormat dapat berkumpul dalam semangat yang sama, untuk merumuskan solusi dalam mengatasi krisis yang sangat kompleks yang dihadapi dunia saat ini.” Menko Airlangga

Ia juga menyampaikan sebuah pepatah Jawa “Urip iku Urup” atau “Hidup adalah Menghidupkan”, yang artinya bahwa hidup harus dijalani secara harmonis dengan semua makhluk hidup, baik melalui perlindungan lingkungan sekitar maupun pelestarian hubungan dengan sesama.

 

Transformasi Sosial

Delegasi Pertemuan ke-3 Sherpa G20 di Yogyakarta, dijamu dalam sebuah acara Welcoming Reception oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X di Keraton Yogyakarta. (Dok ekon.go.id)
Delegasi Pertemuan ke-3 Sherpa G20 di Yogyakarta, dijamu dalam sebuah acara Welcoming Reception oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X di Keraton Yogyakarta. (Dok ekon.go.id)

Saat ini, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sedang mengalami transformasi sosial yang cepat dari sektor agraris menuju semi-industrial, terutama industri kreatif.

Sri Sultan Hamengku Buwono X, yang juga menjabat sebagai Gubernur Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, berharap Pertemuan Sherpa ke-3 ini dapat membawa pada orkestrasi peradaban dunia sehingga “no one left behind”.

“Selamat Datang di Yogyakarta. Momentum ini kian bermakna, karena menjadi agenda penting bagi Sherpa G20 untuk memandu sekaligus membuka jalan menuju Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20. Semoga Sherpa mendapatkan berbagai inspirasi menyongsong pelaksanaan KTT G20, dengan memasukkan dunia dalam bingkai persahabatan, inklusivitas, dan perdamaian global,” tutur Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X.

Transformasi Sosial

Saat ini, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sedang mengalami transformasi sosial yang cepat dari sektor agraris menuju semi-industrial, terutama industri kreatif.

Sri Sultan Hamengku Buwono X, yang juga menjabat sebagai Gubernur Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, berharap Pertemuan Sherpa ke-3 ini dapat membawa pada orkestrasi peradaban dunia sehingga “no one left behind”.

“Selamat Datang di Yogyakarta. Momentum ini kian bermakna, karena menjadi agenda penting bagi Sherpa G20 untuk memandu sekaligus membuka jalan menuju Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20. Semoga Sherpa mendapatkan berbagai inspirasi menyongsong pelaksanaan KTT G20, dengan memasukkan dunia dalam bingkai persahabatan, inklusivitas, dan perdamaian global,” tutur Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X.

Sajian makan malam diawali dengan bir jawa yang terbuat dari berbagai rempah dan menjadi salah satu minuman khas Yogyakarta. Makanan utama yang disajikan adalah bistik keraton dan ikan dengan bumbu mangut yang merupakan cita rasa khas Yogyakarta. Dengan ini, semua Delegasi diharapkan dapat menikmati masakan nusantara yang disajikan dalam suasana Keraton Yogyakarta.

Sembari menikmati hidangan nusantara, para Sherpa G20 juga dihibur oleh persembahan tarian Beksan Punggawa. Tarian tersebut adalah tari klasik yang berfokus pada perkembanan ragam gerak, pola lantai, tata urutan, dan struktur dramatisasi. Tarian ini berisikan tiga bagian, yaitu bagian awal, maju gendhing; bagian isi, enjeran (adu kesaktian) sebelum dan saat berperang; serta bagian akhir, mundur gendhing.

 

  

Infografis Pro-Kontra Rencana Kehadiran Putin di KTT G20 Bali. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Pro-Kontra Rencana Kehadiran Putin di KTT G20 Bali. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya