Resesi 2023 Mengancam, Investor Masih Punya Peluang Raih Cuan

Masyarakat tengah hangat membicarakan kemungkinan terjadinya resesi global dan perlambatan ekonomi berkepanjangan di seluruh dunia pada tahun 2023.

oleh Liputan6.com diperbarui 29 Okt 2022, 15:19 WIB
Diterbitkan 29 Okt 2022, 15:15 WIB
Resesi
Ilustrasi Grafik Resesi. Masyarakat tengah hangat membicarakan kemungkinan terjadinya resesi global dan perlambatan ekonomi berkepanjangan di seluruh dunia pada tahun 2023. Credit: pexels.com/Burka

Liputan6.com, Jakarta Masyarakat tengah hangat membicarakan kemungkinan terjadinya resesi global dan perlambatan ekonomi berkepanjangan di seluruh dunia pada tahun 2023. Sebuah peristiwa ekonomi akan selalu memberikan wawasan dan pembelajaran. 

Menanggapi kemungkinan resesi menghapiri Indonesia, Pengamat Pasar Keuangan Ariston Tjendra masih optimis dengan perekonomian dalam negeri.

“Indonesia belum tentu terkena resesi ya, melihat pertumbuhan ekonominya masih relatif lebih tinggi dibandingkan perekonomian negara lain,” tukasnya di Jakarta, dikutip Sabtu (29/10/2022).

Menanggapi perkembangan pasar keuangan, terutama di bursa berjangka, dia menyebut, dari sisi transaksi, resesi bisa mendorong turun harga-harga aset yang ditransaksikan.

“Tapi ini bukan halangan untuk trading karena di perdagangan berjangka, nasabah bisa melakukan transaksi dua arah. Bukan hanya membeli, tapi juga membuka posisi jual terlebih dahulu mengikuti arah tren turun untuk mendapatkan potensi profit,” tuturnya.

Melihat peluang yang masih terbuka untuk mencari cuan, saatnya bagi masyarakat untuk  secara  konstan  menciptakan peluang-peluang  dengan memanfaatkan  selisih nilai dari kenaikan/penurunan (fluktuasi) komoditas Gold, Index Saham, dan mata uang  dengan melakukan sejumlah aktivitas perdagangan di Bursa Berjangka Jakarta. Salah satunya bisa dilakukan melalui TPFx Indonesia. 

Saat ini TPFx Indonesia telah bekerja sama dengan Trading Central,  pemimpin di bidang  inovasi  teknologi keuangan global terbaik  dan penyedia riset keuangan terkemuka dunia.

 

Volume Transaksi

Pengertian Resesi
Ilustrasi Grafik Resesi Ekonomi Credit: pexels.com/energepic.com

Data statistik publik yang dikeluarkan PT Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) atau Jakarta Futures Exchange (JFX)  dan PT Kliring Berjangka Indonesia (KBI) berhasil menorehkan  pencapaian volume transaksi pada tahun 2021 sebesar 9.566.181 lot, melebihi atas pencapaian tahun 2020 dengan pertumbuhan sebesar 1,41 persen.

"Kami optimis dengan hadirnya Trading Central yang didukung oleh teknologi TC Alpha Generation mampu memberikan  kemudahan dalam perdagangan derivatif dan komoditi sebagai bentuk pelayanan kami untuk seluruh nasabah TPFx Indonesia” sesuai dengan tagline kami ‘Trading semakin Pede’,” kata Direktur utama TPFx Indonesia, Rizal T Hutasoit.

Selanjutnya hal  penting yang di sampaikan oleh Rizal T Hutasoit “TPFx Indonesia merupakan Pialang Berjangka pertama di Indonesia yang menghadirkan fasilitas premium Trading Central Alpha Generation.

“Kami bangga bermitra dengan TPFx Indonesia untuk mengembangkan teknologi penelitian dan analisa melalui TC Alpha Generation pada platform TPFx MT4 klien yang memberi wawasan dan pandangan pasar secara holistik pada nasabah - nasabah  TPFx Indonesia” ujar Vladimir Livshits selaku Direktur Regional Trading Central untuk wilayah Australia, New Zealand dan Asia tenggara.

Teknologi TC Alpha Generation dilengkapi dengan fasilitas economic insight dan technical view yang diharapkan menjadi sarana membuat keputusan perdagangan terbaik bagi nasabah TPFx Indonesia.

Ekonomi Indonesia Masih Kuat Lawan Resesi, Masyarakat Jangan Panik!

Ilustrasi resesi, ekonomi
Ilustrasi resesi, ekonomi. (Gambar oleh Gerd Altmann dari Pixabay)

Masyarakat perlu melakukan perencanaan keuangan yang baik guna mengantisipasi dampak dari ancaman gejolak ekonomi, menyusul adanya prediksi World Bank yang menyebutkan sejumlah negara mengalami resesi 2023.

Ancaman resesi muncul setelah bank sentral di sejumlah negara dikabarkan akan menaikkan suku bunga acuan guna menekan laju inflasi yang tidak sejalan dengan pertumbuhan ekonomi.

Research Director Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah, mendorong masyarakat untuk tetap melakukan perencanaan keuangan dengan baik dan tidak merespon semua informasi secara berlebihan, terlebih sampai menimbulkan kepanikan seperti yang terjadi pada krisis moneter tahun1997-1998 di mana terjadi rush money karena masyarakat menarik uang secara besar-besaran.

“Perencanaan keuangan adalah hal penting. Namun, saya yakin ekonomi Indonesia masih kuat menghadapi ancaman resesi yang terjadi di negara lain. Jadi yang paling penting adalah peran dari regulator, ekonom dan pihak terkait menjelaskan bagaimana sebenarnya kondisi perekonomian Indonesia,” jelas Piter dikutip Kamis (27/10/2022).

Dia mendorong masyarakat tetap melakukan aktivitas ekonomi dan melakukan perencanaan keuangan yang tepat, baik melalui perbankan maupun instrumen investasi lainnya.

Perencanaan keuangan dapat dilakukan dengan mengenali profil risiko masing-masing dan melihat ketersediaan pendanaan yang ada serta memperhatikan faktor risiko yang muncul seperti kerugian, kerusakan hingga kehilangan.

Penggunaan jasa perbankan, selain aman dapat mendorong pertumbuhan ekonomi melalui pemerataan penyaluran kredit, sehingga peran dana masyarakat di bank dalam memperkuat ketahanan nasional menghadapi ancaman resesi juga semakin besar.

Risiko Gagal Bayar Bank

Ilustrasi Bank
Ilustrasi Bank

Sedangkan terkait risiko gagal bayar bank, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) telah menjamin dan mengawasinya. LPS memiliki kewenangan untuk menjamin simpanan nasabah, sehingga aset masyarakat terjamin keamanannya.

Dia mengatakan semakin tinggi tingkat literasi, kemampuan masyarakat menyusun perencanaan keuangan melalui sejumlah instrumen investasi akan semakin baik karena ada pemahaman terhadap risiko dari produk investasi.

“Jadi edukasi dan literasi keuangan itu harus terus dilakukan semaksimal mungkin agar masyarakat bisa lebih memanfaatkan jasa sektor keuangan bagi dirinya, dan secara umum bermanfaat bagi perekonomian,” jelasnya di Jakarta, pekan ini.

Di sisi lain, sebagai regulator dan pengawas sektor jasa keuangan, Piter menilai OJK cukup baik dalam mendorong literasi keuangan, sehingga diharapkan dapat meminimalisir kesalahan masyarakat dalam perencanaan keuangan.

Berdasarkan hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun 2019, tingkat literasi keuangan dan inklusi keuangan 2019 masing-masing mencapai 38,03 persen dan 76,19 persen.

Angka tersebut di atas target yang telah ditetapkan pemerintah dalam Peraturan Presiden No. 82 tahun 2016 tentang Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI) sebesar 75 persen untuk tingkat inklusi keuangan. Target tingkat literasi keuangan yang ditetapkan dalam Peraturan Presiden No. 50 tahun 2017 tentang Strategi Nasional Perlindungan Konsumen sebesar 35 persen juga telah terlampaui.

“Dengan program yang sudah terencana dengan baik dan tepat sasaran, OJK akan dapat mencapai target inklusi keuangan sebesar 90 persen tahun 2024, sesuai dengan yang diamanatkan dalam Perpres Nomor 114 Tahun 2020 tentang Strategi Nasional Keuangan Inklusif,” jelasnya.

Infografis Sinyal Resesi dan Antisipasi Indonesia. (Liputan6.com/Triyasni)
Infografis Sinyal Resesi dan Antisipasi Indonesia. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya