Stok BBM Pertalite dan Solar Cukup Hingga Akhir 2022

PT Pertamina (Persero) melalui anak usaha Pertamina Patra Niaga memastikan stok Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi jenis Pertalite mencukupi hingga akhir tahun 2022.

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Nov 2022, 12:50 WIB
Diterbitkan 09 Nov 2022, 12:50 WIB
Uji Coba Beli Pertalite Pakai MyPertamina
Petugas melakukan pengisian bahan bakar pertalite di SPBU Pertamina Abdul Muis, Jakarta, Kamis (30/6/2022). PT Pertamina (Persero) melalui anak usahanya, PT Pertamina Patra Niaga, akan melakukan uji coba pembelian bahan bakar minyak (BBM) subsidi, Pertalite dan Solar, secara terbatas bagi pengguna yang sudah terdaftar pada sistem MyPertamina, mulai 1 Juli mendatang. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta PT Pertamina (Persero) melalui anak usaha Pertamina Patra Niaga memastikan stok Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi jenis Pertalite mencukupi hingga akhir tahun 2022. Kepastian kecukupan cadangan ini juga berlaku untuk BBM subsidi jenis Solar.

Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga Irto Ginting mencatat, penyaluran BBM Pertalite hingga bulan Oktober mencapai 24,5 juta kiloliter (KL) dari total kuota 29,9 juta KL. Sehingga, sisa stok BBM dengan kandungan RON 90 tersebut mencapai 5,4 juta KL.

"Penyaluran pertalite hingga bulan oktober sudah mencapai 24,5 juta KL dari kuota 29,9 juta KL," kata Irto kepada Merdeka.com di Jakarta, Rabu (9/11).

Sementara itu, realisasi penyaluran Solar hingga bulan Oktober sudah mencapai 14,4 juta KL. Adapun, total kuota yang ditetapkan sebesar 17,8 juta KL.

"Penyaluran Solar hingga bulan Oktober sudah mencapai 14,4 juta KL dari kuota yang ditetapkan sebesar 17,8 juta KL," ujarnya.

Dengan capaian ini, Pertamina memastikan stok BBM jenis Pertalite maupun Solar masih dalam posisi aman dan mencukupi hingga akhir tahun ini. "Diharapkan (stok) aman dan mencukupi," ucapnya.

Kronologi Kadar Oktan Pertalite Lebih Rendah dari Revvo 89 Dibongkar DPR

Uji Coba Beli Pertalite Pakai MyPertamina
Petugas melakukan pengisian bahan bakar pertalite di SPBU Pertamina Abdul Muis, Jakarta, Kamis (30/6/2022). PT Pertamina (Persero) melalui anak usahanya, PT Pertamina Patra Niaga, akan melakukan uji coba pembelian bahan bakar minyak (BBM) subsidi, Pertalite dan Solar, secara terbatas bagi pengguna yang sudah terdaftar pada sistem MyPertamina, mulai 1 Juli mendatang. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Hasil uji yang dilakukan mandiri oleh Mulyanto beserta tim akhirnya keluar pada 29 Oktober 2022. Dari situ, ia menemukan spesifikasi Pertalite sudah sesuai ketentuan (RON 90,3).

Tapi yang mengejutkan, Revvo 89 spesifikasinya justru tidak sesuai nama merek, dan lebih tinggi dari Pertalite (RON 90,7).

Mulyanto lantas memberikan sejumlah catatan analisis data, antara lain; Kandungan logam berat timbal (Pb) masih ada baik pada Pertalite maupun Revvo 89. Pengukuran RON Revvo 89, cukup baik, bahkan sedikit di atas 90. Parameter lainnya yang diuji, secara umum masuk dalam standar. Dari data yang diuji, tidak ditemukan indikasi yg menyimpang (untuk Pertalite).

"Secara umum dalam pengujian ini tidak ditemukan indikasi penyebab Pertalite boros atau akselerasinya lamban. Untuk pengujian lebih lanjut perlu dilakukan uji performa. Namun, untuk keperluan kita, maka cukup dengan uji ini," ungkapnya.

"Cukup menarik: RON Revvo-89 ini yang angka hasil ujinya sedikit lebih baik dari Pertalite," pungkas Mulyanto.

Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto buka-bukaan soal produk BBM jenis Pertalite (RON 90), yang ternyata punya nilai oktan atau research octane number (RON) lebih rendah dari Revvo 89 (RON 89), produk BBM keluaran Vivo Energy Indonesia.

Menurut hasil uji yang dilakukan Lemigas, anggota fraksi PKS tersebut memaparkan, Revvo 89 punya kadar RON 90,7, sementara Pertalite RON 90,3.

Bandingkan Kualitas Pertalite dan Revvo 89

SPBU VIVO
Sebuah angkutan umum keluar usai melakukan pengisian BBM di SPBU Vivo di kawasan Cilangkap, Jakarta, Kamis (26/10). SPBU tersebut akan menyalurkan BBM bensin Research Octane Number (RON) 89, 90, dan 92 dengan merk Revvo. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Lantas, atas dasar apa Mulyanto sampai mau mengerahkan tenaga untuk membandingkan kualitas Pertalite dan Revvo 89?

Bila ditelusuri lebih jauh, ide ini bermula ketika Pertalite terkena penyesuaian harga, dari Rp 7.500 per liter menjadi Rp 10.000 per liter pada 3 September 2022 silam. Di saat kenaikan harga BBM tersebut, Mulyanto juga menerima banyak masukan kurang mengenakkan dari pihak konsumen.

Mengutip cuitannya melalui akun @pakmul63, Kamis (3/11/2022), ia mengaku menerima banyak keluhan dari pengendara motor maupun mobil di berbagai kota, bahwa kualitas Pertalite malah turun saat harga naik. Itu menyebabkan pemakaiannya dinilai boros dan tarikannya lemah.

"Pemerintah harus memeriksa dan menguji kualitas pertalite ini secara obyektif. Keluhan sudah banyak. Sudah harga naik, kualitas malah turun. Kok bisa…," pinta Mulyanto.

Mulyanto lantas berkomitmen untuk memeriksa secara mandiri, kandungan kimia Pertalite dan Revvo 89 dan membandingkannya dengan standar mutu Kementerian ESDM. Berkebalikan dengan Pertalite, harga Revvo 89 di awal September 2022 sempat terpangkas jadi Rp 8.900 per liter.

BBM Nonsubsidi

Detik-Detik Kenaikan Harga BBM Bersubsidi di SPBU
Antrean kendaraan sesaat jelang kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Bersubsidi di SPBU Kawasan Jalan Siliwangi, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Sabtu (3/9/2022). Pemerintah resmi menaikkan harga BBM Bersubsidi pada Sabtu (3/9) pukul 14.30 WIB. Harga BBM Subsidi jenis Pertalite naik dari Rp 7650 ke Rp 10.000,- dan Pertamax dari Rp 12.500 ke Rp 14.500,-(Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Dia semakin meradang saat sejumlah produk BBM non-subsidi secara kompak turun per 1 Oktober 2022. Bukan hanya di SPBU Pertamina, pemangkasan harga juga dilakukan oleh badan usaha swasta semisal Vivo, BP-AKR, dan Shell Indonesia.

"Harga BBM swasta kompak turun, karena merosotnya harga minyak dunia. Eheem… Ada yang pura-pura ngak tau nih… Kapan pertalite dan solar turun?" tulisnya pada 2 Oktober 2022.

Di saat yang sama, harga minyak dunia pun terus merosot jauh di bawah USD 100 per barel. Bahkan per 4 Oktober harganya sempat menyentuh USD 86 per barel. Di sisi lain, ia meminta pemerintah peka terhadap keluha masyarakat terkait kualitas Pertalite.

"Pemerintah harus menelusuri, menganalisis dan mencari penyebab dugaan penurunan kualitas Pertalite tersebut secara komprehensif. Agar masyarakat dapat memahami," serunya.

  

Infografis Subsidi BBM Bengkak hingga Rp 502 Triliun, Jokowi Harus Bagaimana? (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Subsidi BBM Bengkak hingga Rp 502 Triliun, Jokowi Harus Bagaimana? (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya