Kisah Orang Terkaya Indonesia Low Tuck Kwong, Kontraktor Bangunan Singapura Jadi Raja Tambang

Raja batu bara Low Tuck Kwong menjadi orang terkaya Indonesia, menggeser Hartono bersaudara dalam peringkat miliarder Forbes.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 27 Des 2022, 12:00 WIB
Diterbitkan 27 Des 2022, 12:00 WIB
Secara simbolis, bantuan diberikan oleh CEO dan pendiri Bayan Resources, Dato Dr Low Tuck Kwong kepada Kepala Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Doni Monardo di Grahan BNPB, Jakarta. (Istimewa)
Orang Terkaya Indonesia Dato Dr Low Tuck Kwong. (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Low Tuck Kwong menjadi orang terkaya di Indonesia setelah kekayaannya melampaui R Budi Hartono dan Michael Hartono (Hartono bersaudara) dalam Real-Time Billionaires List Forbes. 

Lantas, seberapa besar kekayaan Low Tuck Kwong setelah menduduki peringkat teratas miliarder Indonesia?

Melansir data Real-Time Billionaires List Forbes pada Selasa (26/12/2022), Low Tuck Kwong menjadi orang terkaya Indonesia setelah kekayaannya naik 19,36 persen atau USD 4,9 miliar, sekitar Rp. 76,6 triliun.

Kenaikan tersebut membuat harta miliarder batu bara itu kini sebanyak USD 30,1 miliar atau Rp. 470,8 triliun (asumsi kurs Rp. 15.600 per dolar AS). Perlu dicatat, angka tersebut bisa berubah setiap waktu karena data Real-Time Billionaires List Forbes terus bergerak. 

Diketahui bahwa Low Tuck Kwong dikenal sebagai raja batu bara. Miliarder kelahiran Singapura itu merupakan pendiri Bayan Resources, perusahaan tambang di Indonesia.

Dia juga mengendalikan perusahaan di industri energi baru terbarukan di Singapura, Metis Energy yang sebelumnya dikenal Manhattan Resources, dan memiliki kepentingan di The Farrer Park Company, Samindo Resources, dan Voksel Electric.

Adapun peran lainnya sebagai pendukung utama SEAX Global untuk membangun sistem kabel laut bawah laut untuk konektivitas internet yang menghubungkan Singapura, Indonesia, dan Malaysia.

Low Tuck Kwong memulai perjalanan karirnya di usia remaja, ketika ia bekerja untuk perusahaan konstruksi ayahnya di Singapura. Kemudian Low Tuck Kwong memutuskan untuk pindah ke Indonesia pada tahun 1972 dengan harapan mendapat kesempatan yang lebih besar.

Kwong memulai bisnisnya sebagai kontraktor bangunan. Hingga pada tahun 1997, ia berhasil mendapatkan jackpot setelah membeli tambang pertamanya.

Bayan Group, Perusahaan Batu Bara Milik Low Tuck Kwong

FOTO: Aktivitas Bongkar Muat Batu Bara Setelah Indonesia Longgarkan Larangan Ekspor
Gambar udara menunjukkan seorang pekerja berdiri di atas truk bermuatan batu bara di Pelabuhan Karya Citra Nusantara (KCN) Marunda, Jakarta, 17 Januari 2022. Indonesia melonggarkan larangan ekspor batu bara. (ADEK BERRY/AFP)

Dikutip dari laman resmi Bayan Resources,  Low Tuck Kwong memulai bisnisnya di Indonesia pada tahun 1973 ketika ia mendirikan PT. Jaya Sumpiles Indonesia (JSI) yakni kontraktor pekerjaan tanah, pekerjaan sipil dan struktur kelautan.

Perusahaan itu dengan cepat menjadi pelopor dalam pekerjaan pondasi tiang pancang yang kompleks, dan kontraktor terkemuka di Indonesia pada tahun 1980-an dan 1990-an.

Pada tahun 1988, JSI memasuki kontrak penambangan batu bara dan merupakan kontraktor tambang terkemuka hingga tahun 1998 ketika Low Tuck Kwong mengakuisisi PT. Gunung Bayan Pratamacoal (GBP) dan PT. Dermaga Perkasapratama (DPP).

Pada saat GBP belum memulai penambangan dan Terminal Batubara Balikpapan (di bawah DPP) memiliki kapasitas pengenal 2,5 juta ton per tahun.

Bayan Group di Bawah Kepemimpinan Low Tuck Kwong

Proses muat batu bara ke tongkang di Pelabuhan Musi 2 yang dikelola PT RMK Energy Tbk. RMKE memiliki kapasitas muat batu bara ke tongkang hingga 25 juta ton per tahun. (Dok RMKE)
Proses muat batu bara ke tongkang di Pelabuhan Musi 2 yang dikelola PT RMK Energy Tbk. RMKE memiliki kapasitas muat batu bara ke tongkang hingga 25 juta ton per tahun. (Dok RMKE)

Di bawah Low Tuck Kwong, Bayan Group bertransformasi menjadi perusahaan tambang batu bara, demikian profil perusahaan tersebut.

Bayan Group dibentuk melalui sejumlah akuisisi strategis di sektor batu bara.

Perusahaan itu mengungkapkan, proyek Tabang/Pakar dalam beberapa tahun terakhir telah mengalami perkembangan yang signifikan. Dari hanya operasi tambang skala kecil yang memproduksi 1,9 juta ton pada 2014 menjadi sekitar 22,7 ton di tahun 2018.

Hal itu menempatkan perusahaan di posisi 5 besar produsen batu bara Indonesia. Selain it, pertumbuhan juga diramal meningkat dari tahun ke tahun dengan target untuk proyek tersebut menjadi produksi 50 juta ton per tahun.

Bayan Group juga memiliki infrastruktur batu bara dengan kepemilikan di Terminal Batu Bara Balikpapan, Dermaga Perkasa dan Wahana dan dua Floating Transfer Barges (KFT).

Dengan fasilitas tersebut, perusahaan membongkar hingga memasukkan muatan ke kapal dengan kecepatan 3.000-8.000 ton per jam. Perusahaan itu juga mengatakan akan terus berinvestasi untuk memperluas fasilitas jika diperlukan.

Mengenal Sosok Kakek Terkaya di Indonesia, Hartanya Tembus Rp 17,5 Triliun

Ilustrasi miliarder (iStock)
Ilustrasi miliarder (iStock)

Malajah finansial asal Amerika Serikat, Forbes beberapa waktu lalu merilis daftar 50 Orang Terkaya di Indonesia edisi tahun 2022. Dalam daftar tersebut ada sosok menarik yang menjadi salah satu miliarder terkaya di Indonesia dengan usia paling tua.

Miliarder ini adalah Lim Hariyanto Wijaya Sarwono, yang memiliki mayoritas saham perusahaan produsen minyak sawit yang terdaftar di Singapura, Bumitama Agri.

Dilansir dari laman Forbes, Selasa (20/12/2022) Lim Hariyanto Wijaya Sarwono, yang kini berusia 94 tahun berada di urutan ke-36 dalam daftar Orang Terkaya di Indonesia 2022.

Selain itu, Lim Hariyanto juga berada di urutan 2448 dalam daftar miliarder terkaya di dunia versi Forbes.

Kekayaan bersihnya tercatat sebesar USD 1,12 miliar atau sekitar Rp 17,5 triliun sebagian besar dikumpulkan dari industri minyak sawit dan tambang nikel.

Forbes mencatat, Lim dan keluarganya memiliki saham mayoritas di produsen minyak sawit Bumitama Agri. Meski terdaftar di Singapura, perkebunan kelapa sawit milik perusahaan itu masih berlokasi di Indonesia.

Perusahaan milik Lim Hariyanto keluarganya yaitu Harita Group juga memiliki mayoritas saham di perusahaan tambang bauksit, Cita Mineral Investindo.

Majalah itu menyebut, sang miliarder memiliki 7 anak, di mana dua di antaranya memegang peran penting di beberapa perusahaan milik Lim.

Salah satu putra Lim, yakni Lim Gunawan Hariyanto merupakan CEO Bumitama Agri. Adapun salah satu putrinya, yakni Christina yang menjabat sebagai presiden komisaris perusahaan sekuritas, Harita Kencana Sekuritas.

infografis miliarder dunia
Pendatang baru miliarder dunia
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya