Liputan6.com, Jakarta Demi mewujudkan pelayanan terbaik untuk para pasien yang sudah mempercayakan kesehatannya, RS EMC Alam Sutera & Tangerang tengah melakukan persiapan akreditasi Joint Commission International (JCI). Akreditasi tersebut juga memastikan bahwa RS EMC sudah mematuhi standar lokal serta internasional yang ketat.
Sebagai informasi, JCI didirikan pada 1994 oleh The Joint Commission, suatu badan akreditasi internasional yang bertujuan memberikan penghargaan atau pengakuan kepada institusi rumah sakit atas peningkatan kualitas dan keamanan layanan kesehatan bertaraf internasional.
Baca Juga
JCI juga merupakan organisasi nirlaba yang sebagian besar pendapatannya digunakan untuk meningkatkan kinerja sebagai akreditor layanan kesehatan.Â
Advertisement
Lembaga yang berbasis di Amerika Serikat tersebut telah menstandarisasi ratusan penyedia layanan kesehatan (dari klinik hingga rumah sakit) di hampir seluruh negara.
RS EMC Selangkah Lebih Maju
Rumah Sakit EMC melakukan akreditasi JCI bukan tanpa alasan. Pasalnya, hal tersebut selaras dengan visi dan misi yang didorong oleh EMC Healthcare.
EMC Healthcare memiliki visi untuk menjadi penyedia layanan kesehatan yang unggul dan terpercaya bagi seluruh lapisan masyarakat guna memajukan mutu layanan kesehatan di Indonesia.
Tak hanya itu, misi yang terus didorong oleh RS EMC mencakup tiga aspek, yaitu memprioritaskan kebutuhan dan keselamatan pasien, menggalakkan budaya pembelajaran, inovasi, dan perbaikan yang berkesinambungan, serta membangun pusat-pusat layanan kesehatan unggul yang bertaraf internasional.
Berangkat dari hal tersebut, Konsultan Senior International dan CEO Health Strategic Solution , LLC, serta mantan Konsultan Utama Wilayah Asia Pasifik untuk JCI, Dr Tom Kozlowski menilai bahwa RS EMC memiliki banyak elemen penting sesuai dengan prioritas rumah sakit dan tujuan strategis yang telah dikembangkan, yaitu untuk mendapatkan akreditasi internasional berdasarkan Standar Akreaditasi JCI Edisi 7 dimana RS mendorong hasil layanan yang aman dan berkualitas.
"Well, I think they're going for accreditation basically because their belief, their leadership and their concepts believe in patient, safety and excellence across, all their services, and in also, it's like other hospitals," ungkapnya saat ditemui secara langsung oleh tim Liputan6.com di RS EMC Alam Sutera, Senin (16/1/2023).
Ia juga memandang bahwa RS EMC benar-benar selangkah lebih maju dibanding dengan beberapa layanan kesehatan lainnya.Â
"And I think that's where EMC is basically really a step ahead of many places because that is part of their mission statement and many times when I work with organizations, sometimes they have to encourage them to put it in their mission," tambah Dr Tom.
Advertisement
JCI Memiliki Surveyor Berpengalaman
Dalam melakukan akreditasi terhadap suatu institusi kesehatan, JCI memiliki surveyor yang ahli dan berpengalaman, spesifik pada pelayanan kesehatan.Â
"JCI has experienced surveyors. So, to become a surveyor of JCI, the healthcare professional needs to have held a senior leadership position, you can't be a junior. They come from a variety of settings around the globe, academic medical centers, specialty hospitals, private and government hospitals and many other settings," tutur Dr Tom.
Ia pun menjelaskan bahwa surveyor tersebut harus mengikuti pelatihan awal yang sangat ketat dan dapat diadakan selama dua minggu.Â
"Once the new surveyor completes their initial training, there is annual yearly update training. In addition, there are quarterly tests and lectures that must be attended," kata Dr Tom.Â
"There's quarterly tests and lectures that you have to listen to. So it's almost like having a full-time part-time job. It's not like you can come in and just do one survey a year," jelasnya.
Bahkan, setelah menjadi surveyor pun harus mengikuti pelatihan tahunan. Selain itu, ada pula tes yang dilangsungkan secara triwulan dan pembekalan yang harus diikuti.
"There's quarterly tests and lectures that you have to listen to. So it's almost like having a full-time part-time job. It's not like you can come in and just do one survey a year," lanjut Dr Tom.
Dr Tom juga mengungkapkan bahwa butuh waktu setidaknya 18 bulan untuk rumah sakit dalam mempersiapkan akreditasi JCI.Â
Rumah sakit yang ingin mengikuti akreditasi JCI pun harus berfokus pada standar yang diterapkan JCI dan memastikan kepatuhan melalui pengembangan kebijakan dan prosedur.
"A lot of the hospitals and clinics today. I think for them, it's able, they may take them about 24 months versus 18 months, because they don't have the infrastructure or the staff ready to do it," ungkap Dr Tom.
Kepercayaan Masyarakat Bertambah
Proses akreditasi yang dilakukan oleh JCI memakan waktu yang cukup kompleks. Pasalnya, terdapat lebih dari 1200 elemen yang diukur dan dinilai dari sebuah rumah sakit yang mengikuti proses tersebut. Dr Tom juga mengatakan bahwa waktu survei akan memakan waktu empat sampai lima hari.
"Depending on the size of the hospital there are usually three surveyors (Doctor, Nurse and Administrator)," kata Dr Tom.
"There are just over 1000 hospitals worldwide that are accredited. In Indonesia alone, there are about 28 hospitals that have been accredited by JCI." lanjutnya.
Dr Tom pun mengungkapkan bahwa setelah rumah sakit terakreditasi, jumlah pasien bisa meningkat sebesar 15 persen. Hal tersebut terjadi karena kepercayaan masyarakat semakin tinggi terhadap rumah sakit tersebut.
"But it also I've seen people who tell me that after they got accredited, there they're increased of patient flow increased by anywhere from 10 to 15% more patients than they had before and then it's accountant continuing because you build you build trust within the community," paparnya.Â
Advertisement
Program Pelatihan untuk RS EMC
Program edukasi RS EMC berlangsung secara tatap muka selama tujuh hari. Selama tujuh hari ini, Dr. Tom membahas standar yang terkandung dalam Standar Akreditasi JCI Edisi 7.Â
Program edukasi tersebut memberikan pelatihan tentang bagaimana standar itu berlaku untuk pelayanan sehari-hari RS EMC saat ini dan menghubungkannya dengan kebijakan mereka saat ini serta praktik dan contoh penerapannya.
"We are doing a 7 days education program across all the standards. One day will be spent on data management. To ensure staff know how to collect, analyze and monitor data to track improvements in patient care etc," kata Dr Tom.
Ia juga akan melakukan beberapa telusur dengan melacak setiap proses yang akan dialami oleh pasien saat menerima perawatan di rumah sakit dan akan bertemu dengan dokter yang memiliki peran penting untuk mendorong keterlibatan mereka dalam proses tersebut.
Dr Tom juga mengungkapkan bahwa pelatihan tersebut bertujuan untuk menyelaraskan visi dan misi rumah sakit agar dapat diterapkan dalam kegiatan sehari-hari.
"I have submitted all my training slides already and they have translated them. So people will be able to see it in their own language and be able to understand it and then hopefully be able to use these train slides later on after the seven days," jelasnya.
Â
(*)