Baru 13 Persen, Kontribusi EBT ke Pembangkit Listrik Masih Minim

Kontribusi energi baru terbarukan (EBT) terhadap sektor kelistrikan masih terlampau kecil

oleh Maulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 01 Mar 2023, 16:40 WIB
Diterbitkan 01 Mar 2023, 16:40 WIB
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP)
PT Pertamina Gothermal Energy (PGE) menambah satu Wilayah Kerja (WK) Geothermal dalam rangka meningkatkan kapasitas terpasang Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) sehingga saat ini PGE mengoperasikan 15 WK. Dok Pertamina

Liputan6.com, Jakarta Pengamat Pasar Modal dan CEO Finvesol Consulting Fendy Susianto menilai, posisi PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) yang bermain di bidang eksplorasi dan eksploitasi panas bumi untuk pembangkit listrik masih sulit.

Pasalnya, kontribusi energi baru terbarukan (EBT) terhadap sektor kelistrikan masih terlampau kecil.

"Kontribusi energi EBT sendiri dalam penggunaan bahan bakar pembangkit listrik masih sangat minim, yakni sekitar 13 persen per Desember 2022," ujar Fendy, Rabu (1/3/2023).

Menurut dia, itu turut menjadi salah satu faktor ketidaksiapan Subholding Pertamina Power & New Renewable Energy (PNRE) ini untuk melantai di bursa saham.

Belum lagi struktur investor perseroan yang lebih banyak dari institusional sponsorship. "Porsi ritel relatif kecil dan itu mengakibatkan perdagangan sahamnya tidak terlalu atraktif," kata Fendy.

Di lain sisi, ia menyebut perseroan merupakan entitas dengan tipikal intensive capital, yang menyiratkan kebutuhan modal sangat tinggi dalam menjalankan bisnisnya. "Hal ini membuat PGE tergolong pada high risk stock investment atau saham dengan risiko tinggi.

Sementara, para investor mengharapkan imbal hasil (return) yang tinggi pada saham-saham dengan risiko yang tinggi pula," ungkapnya.

Sehingga, Fendy menilai para investor dengan profil agresif dihadapkan oleh banyak pilihan saham risiko tinggi dengan imbal hasil yang lebih menjanjikan.

"Hal ini membuat saham PGE agak sulit masuk radar investor karena pilihan yang menarik lebih banyak," pungkasnya.

Kepincut Geothermal Indonesia, Jepang Jajaki Proyek Hidrogen Hijau Bareng PGE

Energi Panas Bumi.
Energi Panas Bumi.

PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGE, IDX: PGEO), anak usaha PT Pertamina Power Indonesia (Pertamina NRE) yang merupakan bagian dari PT Pertamina (Persero) dikunjungi oleh Duta Besar Jepang untuk Indonesia sekaligus membawa New Energy and Industrial Technology Development Organization (NEDO) dan Tokyo Electric Power Company Holdings, Incorporated (TEPCO HD) untuk studi bersama pengembangan Hidrogen Hijau pada Minggu (26/02) di Kantor PGE Area Lahendong di Kota Tomohon, Sulawesi Utara.

Kunjungan ke PGE Area Lahendong dihadiri oleh Duta Besar Jepang untuk Indonesia Kanasugi Kenji, Executive Vice President & Chief Innovation Officer (CIO) TEPCO Chikara Kojima, Chief Representative NEDO Jakarta Yamashita Naoto, Chief Executive Officer (CEO) Pertamina NRE Dannif Danusaputro, dan Direktur Utama PGE Ahmad Yuniarto.

Pertamina NRE dan TEPCO HD akan menggabungkan teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) milik PGE dan teknologi produksi hidrogen milik TEPCO HD untuk mengembangkan teknologi operasional yang optimal dan mencapai produksi serta transportasi hidrogen hijau yang hemat biaya melalui studi bersama ini dan akan di support pengembangannya oleh NEDO.

Pada kesempatan yang sama Duta Besar Jepang untuk Indonesia menyampaikan Jepang dan Indonesia sepakat dalam mewujudkan konsep Asia Zero Emission Community (AZEC).

“Indonesia memiliki potensi geothermal yang sangat besar yaitu terbesar kedua di dunia, Jepang dan Indonesia memiliki tujuan yang sama untuk memperkuat kerja sama transisi energi, Hal ini juga merupakan kesepakatan kedua kepala negara antara Presiden Joko Widodo dengan Perdana Menteri (PM) Jepang Fumio Kishida dalam pertemuan bilateral pada saat KonferensiTingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali,” ucap Duta Besar Jepang Untuk Indonesia, Kanasugi Kenji.

Produksi hidrogen merupakan salah satu area bisnis geothermal Pertamina NRE ke depan. Pihaknya sedang mengembangkan pilot project untuk hidrogen hijau di area geothermal PGE dengan target produksi 100 kg per hari.

"Dengan potensi yang dimiliki, kami yakin dapat menjadi pionir dalam menghasilkan hidrogen hijau dan berkontribusi untuk pengurangan emisi karbon. Kami antusias agar dapat bekerja sama dengan TEPCO HD dalam pengembangan ini juga dengan NEDO,” ungkap Chief Executive Officer Pertamina NRE, Dannif Danusaputro.

Geothermal Terbesar di Dunia

Energi Panas Bumi. Dok: Pertamina
Energi Panas Bumi. Dok: Pertamina

Direktur Utama PGE, Ahmad Yuniarto menjelaskan, PGE memiliki visi untuk menjadi perusahaan energi hijau kelas dunia dengan kapasitas geothermal terbesar di dunia dengan didukung oleh tiga pilar strategis yaitu mengoptimalkan area operasi yang sudah ada, memperluas geothermal value chain, dan mengembangkan area geothermal baru.

"Dengan kunjungan ini kami berharap dapat bekerja sama untuk menambah value pada energi geothermal,” ujar dia.

PGE dalam menjalankan bisnis terus berkomitmen untuk pengembangan panas bumi dan memastikan implementasi Environment, Social, and Governance (ESG) menjadi bagian terintegrasi dari bisnis panas bumi PGE.

Penerapan aspek-aspek ESG ini merupakan upaya dalam memberikan nilai tambah serta dukungan PGE pada program pemerintah terkait pemanfaatan energi baru terbarukan yang ramah lingkungan khususnya panas bumi.

Komitmen PGE dalam pengembangan energi panas bumi dapat berkontribusi dalam mencapai target pembangunan berkelanjutan goals ke 7 (energi bersih dan terjangkau), goals 12 (konstruksi dan produksi yang bertanggungjawab), goals 13 (penanganan perubahan iklim), dan goals 15 (ekosistem darat) pada SDGs (Sustainable Development Goals).

PGE saat ini mengelola 13 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) dengan kapasitas terpasang sebesar +1,8GW, dimana 672 MW dioperasikan dan dikelola langsung oleh PGE dan 1.205 MW dikelola dengan skenario Kontrak Operasi Bersama.

Kapasitas terpasang panas bumi di wilayah kerja PGE berkonstribusi sebesar sekitar 82 persen dari total kapasitas terpasang panas bumi di Indonesia, dengan potensi pengurangan emisi CO2 sebesar sekitar 9,7 juta ton CO2 per tahun. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya