Ada Pertamax Green, Konsumsi Minyak Mentah Bakal Turun

Menteri ESDM Arifin Tasrif memandang penggunaan Pertamax Green nantinya bisa mengurangi ketergantungan pada minyak mentah.

oleh Ilyas Istianur PradityaArief Rahman H diperbarui 15 Jul 2023, 16:00 WIB
Diterbitkan 15 Jul 2023, 16:00 WIB
Penyediaan Penggantian dan Battery Swapping Station di SPBU
Menteri ESDM Arifin Tasrif memandang penggunaan Pertamax Green nantinya bisa mengurangi ketergantungan pada minyak mentah.. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta Menteri ESDM Arifin Tasrif memandang penggunaan Pertamax Green nantinya bisa mengurangi ketergantungan pada minyak mentah. Pasalnya, ada campuran antara minyak bumi dan bioetanol yang berasal dari tumbuhan dalam Pertamax Green.

Diketahui, Pertamax Green 95 nantinya adalah produk hasil kawin dari Pertamax dan Bioetanol dengan kadar 5 persen. Produk baru yang akan dirilis dalam waktu dekat ini digadang jadi salah satu produk yang ramah lingkungan.

"Bioetanol itu kan bisa naikan oktan number, bisa dicampur Pertamax bisa naikkan oktan. Tinggal dilihat aja nanti keekonomiannya apa. Tapi yang penting adanya itu bisa substitusi kebutuhan minyak mentah. Bisa kita turunin," kata Arifin saat ditemui di Kementerian ESDM ditulis Sabtu (15/7/2023).

Dia menilai, dengan adanya implementasi Pertamax Green ini, mampu menggerakkan ekonomi masyarakat kecil. Sebut saja bahan baku pokok untuk bioetanol berasal dari tebu dimana kebunnya dari masyarakat.

Kendati masih akan melalui tahap uji coba, Arifin tak menutup kemungkinan kalau produksi bioetanol dan Pertamax Green ini bisa ditingkartkan. Hanya saja, menurutnya, masih perlu mengacu pada proses uji coba nanti.

"Itu dia. Nanti kita sekalian pilot, makanya jika di skala besar kita bangun industrinya. Itu takes time. Tapi kita harus menuju ke sana karena kita masih punya lahan yang luas," kata dia.

Jadi Pilihan

Sebelumnya, Wakil Menteri BUMN I Pahala Nugraha Mansury menerangkan tujuan dari diluncurkan nya Pertamax Green. Dia berharap, ini bisa menjadi pilihan bahan bakar di masyarakar.

"Nantinya akan memiliki nilai oktan itu 95 dan 5 persen dari fuel yang digunakan itu akan menggunakan biofuel, ini tentunya kita harapkan menjadi upaya untuk opsi bagi masyarkaat yang akan menggunakan bahan bakar," kata dia.

Dengan demikian, serapan menggunaan bahan bakar nabati di Indonesia menjadi semakin tinggi. Menyusul adanya penggunaan minyak sawit sebagai campuran dengan solar untuk menjadi Biosolar dalam program B35.

"sehingga nanti sudah mulai akan lebih banyak lagi, bukan hanya Indonesia saat ini dikategorikan negara yang berhasil untuk menurunkan emisi lewat B35 atau biodiesel, tapi kita harapkan untuk gasoline pun indonesia sudah bisa memulai menggunakan biofuel sebagai bentuk komitmen kita bersama untuk bisa mendukung hal tersebut," jelasnya.

 

Dijual Rp 13.200 per Liter

FOTO: Antrean Kendaraan di SPBU Jelang Kenaikan Harga Pertamax
Petugas mengisi bahan bakar minyak (BBM) ke dalam kendaraan di sebuah SPBU di Jakarta, Kamis (31/3/2022). PT Pertamina (Persero) akan memberlakukan tarif baru BBM jenis Pertamax menjadi Rp 12.500 pada 1 April 2022. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Diberitakan sebelumnya, Wakil Menteri BUMN I Pahala Nugraha Mansury mengungkap bocoran harga dari BBM campur bioetanol yang akan dijual Pertamina. BBM yang disebut Pertamax Green 95 ini akan dijual Rp 13.200 per liter.

Diketahui, Pertamina akan mulai menjual Pertamax Green pada Juli 2023 ini. Ini digadang menjadi bahan bakar minyak dengan kadar RON diatas Pertamax biasanya dan disebut lebih ramah lingkungan karena ada campuran bioetanol.

"Di kisaran Rp 13.200 (per liter), insyaallah dikisaran segitu," ujar Pahala, di Jakarta, Senin (3/7/2023).

Setelah dimulai di dua kota itu, kemungkinan akan diperluas ke daerah lain. Namun, Pahala menyebut, untuk saat ini akan difokuskan lebih dulu di Surabaya dan Jakarta.

 

Perluas Penjualan

20170105-BBM-Naik-AY1
Papan petunjuk BBM yang berada di SPBU, Jakarta, Kamis (5/1). Penetapan harga BBM Umum jenis Pertamax, Pertamax Plus, Pertamax Turbo, Pertamina Dex, Dexlite dan Pertalite merupakan kebijakan korporasi Pertamina. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Mengingat suplai bioetanol sendiri yang masih terbatas yang diproduksi oleh PT Energi Agro Nusantara sebagai anak usaha dari PT Perkebunan Nusantara. Jika hasil uji coba awal memuaskan, dia tak menutup kemungkinan untuk meningkatkan produksi bioetanol.

"Kita akan lakukan penjajakan pasar dulu di dua kota ini, sekarang ada keterbatasan dari jumlah bioetanol yg tersedia, selama ini diproduksi oleh Enero anak usaha PTPN," kata dia.

"Tapi nanti kalau misalnya kita lihat Pertamax Green Pertamina ini sukses kita akan kembangkan juga untuk menambah kapasitas produksi bioetanol," sambungnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya