Impor Minyak Indonesia Melesat 83,36 Persen per Juli 2023

BPS mencatat impor minyak mentah yang naik sebesar 83,36 persen per Juli 2023

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 15 Agu 2023, 12:30 WIB
Diterbitkan 15 Agu 2023, 12:30 WIB
Harga Minyak Dunia. Foto: Freepik/Atlascompany
BPS mencatat impor minyak mentah yang naik sebesar 83,36 persen per Juli 2023 Foto: Freepik/Atlascompany

Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, Indonesia membukukan nilai impor sebesar USD 19,57 miliar pada Juli 2023. Pengeluaran melalui angka impor tersebut lebih besar dibandingkan bulan sebelumnya.

"Pada Juli 2023, nilai impor mencapai USD 19,57 miliar, atau naik 14,1 persen dibandingkan Juni 2023," ujar Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti, Selasa (15/8/2023).

Amalia mengatakan, pengeluaran impor Juli 2023 didominasi oleh impor migas senilai USD 3,13 miliar. Angka itu naik 40,94 persen dibandingkan Juni 2023.

 

"Peningkatan impor migas tersebut disebabkan karena meningkatnya impor minyak mentah yang naik sebesar 83,36 persen," ungkap dia.

Impor Non Migas

Kenaikan juga terjadi untuk impor non migas Juli 2023 senilai USD 16,44 miliar, atau meningkat 10,1 persen secara bulanan dibandingkan Juni 2023.

Peningkatan impor non migas sebesar 10,1 persen ini dipengaruhi komoditas atau produk mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya naik 17,33 persen. Kemudian ada juga kenaikan produk mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya yang baik 12,99 persen, serta impor kendaraan dan bagiannya yang turun 13,25 persen.

Meski naik di segala sisi, Amalia melanjutkan, impor Juli 2023 secara tahunan kembali mengalami penurunan sebesar 8,32 persen dibandingkan Juli 2022. Jika dirinci, impor migas Juli 2023 turun 29,70 persen dibandingkan Juli 2022. Sementara impor non migas turun 2,69 persen secara tahunan.

"Impor Juli 2023 ini melanjutkan tren penurunan setelah sempat meningkat pada Mei 2023," pungkas dia.

Neraca Perdagangan Indonesia Surplus 39 Bulan Berturut-turut, di Juli 2023 Capai USD 1,31 Miliar

Neraca Perdagangan RI
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (29/10/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan neraca perdagangan Indonesia pada September 2021 mengalami surplus US$ 4,37 miliar karena ekspor lebih besar dari nilai impornya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, Indonesia sukses mengantongi surplus neraca perdagangan barang per Juli 2023 senilai USD 1,31 miliar. Capaian tersebut melanjutkan tren positif surplus neraca perdagangan sejak Mei 2020.

"Pada Juli 2023, neraca perdagangan barang kembali mencatatkan surplus sebesar USD 1,31 miliar. Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 39 bulan berturut turut sejak Mei 2020," ujar Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti, Selasa (15/8/2023).

Enam+34:33Sektor Internet: Kian Melaju Jelang Pemilu Secara angka, surplus senilai USD 1,31 miliar itu didapat meskipun volume ekspor pada Juli 2023 melemah 18,03 persen secara tahunan (YoY). Adapun nilai ekspor Juli 2023 tercatat sebesar USD 20,88 miliar.

Namun, angka tersebut masih lebih besar dibanding nilai impor Juli 2023 senilai USD 19,57 miliar.

Kendati begitu, Amalia mengatakan, capaian surplus neraca dagang Juli 2023 secara total masih lebih rendah baik secara bulanan maupun tahunan. "Surplus Juli 2023 ini lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya dan bulan yang sama pada tahun lalu," imbuhnya.

 

Perdagangan Non Migas

Neraca Perdagangan RI Alami Surplus
Suasana bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (29/10/2021). Surplus ini didapatkan dari ekspor September 2021 yang mencapai US$20,60 miliar dan impor September 2021 yang tercatat senilai US$16,23 miliar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Amalia menyampaikan, surplus neraca perdagangan pada Juli 2023 ini lebih ditopang pada surplus perdagangan non migas sebesar USD 3,22 miliar.

"Dengan komoditas penyumbang surplus utama adalah bahan bakar mineral terutama batu bara, juga lemak dan hewan nabati terutama CPO, serta barang besi dan baja," ungkapnya.

Sementara neraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit sebesar USD 1,91 miliar. Komoditas penyumbang defisit adalah minyak mentah dan hasil minyak.

"Defisit neraca perdagangan migas Juli 2023 ini lebih besar daripada bulan lalu, namun lebih rendah dibanding bulan yang sama pada tahun lalu," pungkas Amalia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya