Liputan6.com, Jakarta - Penandatanganan kesepakatan awal (head of agreement/HoA) terkait divestasi saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) sebesar 14 persen saham telah dilakukan di sela-sela Forum Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di San Francisco, Amerika Serikat (AS).
Hal itu disampaikan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif di Gedung Kementerian ESDM, Jumat (17/11/2023) seperti dikutip dari Antara.
Baca Juga
"Iya head of agreement-nya di San Francisco. Harusnya minggu ini selesai urusan yang di APEC, jadi dalam momen APEC ini ditandatangani,” tutur Arifin.
Advertisement
Meski demikian, ia belum konfirmasikan lebih lanjut mengenai besaran saham yang dilepas oleh masing-masing pemegang saham Vale Indonesia. Adapun pemegang saham terbesar Vale Indonesia adalah Vale Canada dengan kepemilikan saham 43,79 persen. Selanjutnya MIND ID dengan kepemilikan 20 persen dan Sumitomo Metal Mining sebesar 15,03 persen. Sedangkan kepemilikan public pada Vale sebesar 21,18 persen.
“Vale-nya ada, Sumitomo-nya ada. Totalnya 14 persen, tidak 7 persen, 7 persen maunya begitunya, mana yang lebih banyak, mana yang lebih rela,” tutur Arifin.
Sedangkan soal kesepakatan harga divestasi antara Vale Indonesia dan MIND ID, ia juga belum ingin mengungkapkannya.
“Nanti harganya belum, buru-buru saja tetapi yang penting harus lebih murah dari harga pasar,” tutur dia.
Sebelumnya diberitakan, Arifin menuturkan, Vale Indonesia telah divestasi saham 14 persen kepada Holding Industri Pertambangan MIND ID. “Sudah diputuskan, jadi yang dilepas oleh Vale adalah 14 persen, grup ya. Jadi, dengan itu, MIND ID bisa 34 persen, dan itu mayoritas di antara yang lain,” tutur Arifin, 10 November 2023.
Kepemilikan Saham Vale Indonesia
Sebelumnya, MIND ID memegang kepemilikan saham di Vale Indonesia sebesar 20 persen. Ia menuturkan, pada dasarnya Vale Indonesia hanya perlu divestasi 11 persen saham untuk memenuhi syarat peralihan status kontrak karya (KK) menjadi izin usaha pertambangan khusus (IUPK) yakni minimal 51 persen saham kepada investor nasional atau pemerintah.
“Saham yang sudah didivestasi Vale sudah 40 persen, 20 persen diambil BUMN, 20 persen publik. Ke publik karena dulu ditawarkan Vale untuk diambil BUMN tetapi waktu itu BUMN tidak respons dan waktu itu belum ada MIND ID. Untuk itu, pemerintah resmi menyampaikan ke Vale sebagai pengalihannya harus di-go public-kan dalam negeri, sekarang masih ada sisa 11 persen,” tutur dia.
Advertisement
Menelisik Prospek Saham Vale Indonesia Usai Divestasi Diputuskan
Sebelumnya diberitakan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif memastikan, proses divestasi saham 14 persen PT Vale Indonesia Tbk (INCO) telah selesai diputuskan. Alhasil, kini pemerintah RI menjadi pemegang saham mayoritas Vale Indonesia.
Dengan demikian, negara memiliki porsi 34 persen saham yang dipegang MIND ID dan 20 persen dari publik. Lantas, bagaimana prospek saham Vale Indonesia?
Pengamat Pasar Modal Lanjar Nafi mencermati proses divestasi 14 persen saham Vale Indonesia dapat dianggap sebagai katalis positif, terutama jika ini diinterpretasikan sebagai tindakan yang mendukung keberlanjutan operasional Perseroan.
"Pemberian perpanjangan izin usaha hingga 20 tahun dapat memberikan kepastian jangka panjang untuk operasional perusahaan," kata Lanjar Nafi kepada Liputan6.com, Senin (13/11/2023).
Menurut ia, keterlibatan MIND ID sebagai pemegang saham mayoritas dapat membawa perubahan dalam manajemen direksi dan pengambilan keputusan strategis.
Di sisi lain, ia menilai harga saham INCO dapat mengalami kenaikan dalam beberapa waktu mendatang.
"Keterlibatan MIND ID sebagai pemegang saham mayoritas dan peran mereka dalam manajemen direksi dapat memiliki dampak pada kebijakan dan strategi perusahaan, yang mungkin juga akan mempengaruhi harga saham," kata dia.
Sejalan dengan itu, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta mengatakan, tujuan dari divestasi saham Vale Indonesia kepada MIND ID ini salah satunya untuk meningkatkan nilai tambah lewat hilirisasi yang dicanangkan Pemerintah.
"Investor menunggu realisasi dari hilirisasi, sebab divestasi saham ini untuk mempercepat hilirisasi yang dicanangkan Pemerintah, ini bisa jadi added value," kata Nafan.
Sah, Saham Vale Indonesia Mayoritas Milik Pemerintah Indonesia
Sebelumnya diberitakan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif memastikan, proses divestasi saham 14 persen PT Vale Indonesia Tbk (INCO) telah selesai diputuskan. Alhasil, kini negara menjadi pemegang saham mayoritas Vale Indonesia.
Menteri ESDM menceritakan, INCO pada 1988 telah menawarkan saham kepada pemerintah sebesar 20 persen sahamnya guna memenuhi kewajiban divestasi kepada publik. Sehingga, negara memiliki porsi 34 persen saham yang dipegang MIND ID dan 20 persen dari publik.
"Udah diputusin. Jadi yang dilepas oleh Vale adalah 14 persen, grup ya. Jadi dengan itu, MIND ID bisa 34 persen, dan itu mayoritas di antara yang lain," kata Arifin di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (10/11/2023).
Selain menjadi pemegang saham mayoritas, MIND ID pun disebutnya akan turut menjadi saham pengendali. Sehingga jajaran direksi utama hingga komisaris akan ditentukan oleh MIND ID.
"Nanti ada board management. Prinsipnya nanti dirut dan komisaris utamanya dari pemegang yang terbesar," ungkap Arifin.
Beda dengan FreeportIni berbeda dengan akuisisi saham PT Freeport Indonesia beberapa waktu lalu. Meskipun pemerintah telah menjadi pemegang mayoritas dengan 51 persen saham, namun PT Freeport McMoran Inc masih jadi pemegang saham pengendali dengan menempatkan jajarannya di kursi direksi.
"Waktu itu kan (PT Freeport Indonesia) operational, sekarang kan ada kemajuan. Manajemennya itu bersama, tapi keputusan akhir, keputusan itu bisa oleh komisaris yang dipegang MIND ID," ujar Arifin.
Kendati begitu, Arifin belum merinci lebih jauh proporsi saham 14 persen yang dilepas Vale Indonesia, berapa besar yang berasal dari Vale Canada Limited atau Sumitomo Metal Mining. Begitu pun soal harga saham, ia belum membeberkannya lebih detil.
"Yang penting tuh harganya harus ada special price buat kita," pungkas Arifin Tasrif.
Advertisement