Liputan6.com, Jakarta Ekonom Konstitusi, Defiyan Cori menilai bahwa program Electrifying Agriculture (EA) atau elektrifikasi pertanian sebagai inovasi nyata untuk mewujudkan transisi energi yang berkeadilan di tanah air.
Menurutnya, program yang konsisten dijalankan oleh PT PLN (Persero) ini tidak hanya berdampak positif bagi lingkungan, melainkan juga pada perekonomian.
"Kita apresiasi inovasi ini karena telah memberikan multiplier effect yang sangat nyata sekaligus berkeadilan," ujarnya dikutip dari Antara, Selasa (31/1/2024).
Operasional petani yang tadinya hanya bergantung pada Bahan Bakar Minyak (BBM), atau solar, tambahnya, kini punya opsi lain yaitu listrik.
Advertisement
Menurut dia secara bertahap energi listrik akan dihasilkan oleh pembangkit yang bersumber dari Energi Baru dan Terbarukan (EBT) sehingga akan lebih ramah lingkungan ketimbang BBM yang bersumber dari energi fosil.
Dari sini, lanjutnya, petani pun bisa berkontribusi langsung dalam mewujudkan transisi energi melalui program ini. Dengan hanya beralih dari menggunakan BBM menjadi menggunakan listrik.
Defiyan menyatakan, penggunaan listrik pada sektor pertanian akan berdampak positif terhadap perekonomian.
"Secara mikro, operasional petani akan jadi lebih hemat karena biaya listrik jelas lebih murah dari BBM," katanya.
Secara makro, produktivitas pertanian bakal meningkat karena ketersediaan listrik lebih mudah diakses dan pasokannya sangat memadai.
Tak ayal, lanjutnya, inovasi ini disambut positif oleh masyarakat dan jumlahnya terus meningkat tiap tahunnya.
Program EA
Defiyan merinci, hingga akhir 2023, Program EA telah digeluti oleh lebih dari 240.000 masyarakat yang tersebar di seluruh tanah air. Angka tersebut meningkat sekitar 25 persen jika dibandingkan 2022, yakni sekitar 193.000 orang.
Dia menambahkan, produktivitas masyarakat yang menggeluti EA juga tercermin melalui peningkatan penggunaan listriknya.
Pada akhir 2023, penggunaan listrik khusus untuk EA mencapai lebih dari 5 TerraWatt hour (TWh) atau meningkat sekitar 9% jika dibandingkan dengan akhir periode 2022 yang sebesar 4,66 TWh.
PLTGU Priok, Pembangkit Ramah Lingkungan 2.723 MW di Jantung Ibu Kota Jakarta
Keberadaan Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Priok sangat vital. Ini merupakan pembangkit yang dikelola oleh PLN Indonesia Power yang bertempat di pantai utara Kota Jakarta.
Pembangkit listrik yang ramah lingkungan ini memiliki kapasitas sebesar 2.723 MW dengan menggunakan gas alam atau lebih tepatnya Natural Gas Combined Cycle (NGCC) dan LNG sebagai bahan bakar.
“PLTGU Priok memiliki peranan penting dimana kebutuhan listrik di Istana Wakil Presiden, Bandara Halim, dan pangkalan TNI Halim disuplai dari PLTGU Priok, disamping itu kami juga berperan mendukung 65% kebutuhan beban di subsistem Priok-Cawang-Bekasi,” ujar General Manager Priok Power Generation Unit, IGAN Subawa Putra.
Pembangkit listrik ramah lingkungan terbesar di Asia Tenggara ini didukung dengan sistem pembakaran Dry Low Nitrogen Oksida (Nox) tipe Combuster di PLTGU sehingga menghasilkan emisi gas buang pembangkit Nox ramah lingkungan.
Hal ini merupakan komitmen PLN dalam mendukung program Pemerintah untuk mencapai Net Zero Emission pada tahun 2060.
Advertisement
Sangat Vital
Di samping itu, keberadaan dan keandalan Pembangkit Listrik yang telah meraih Penghargaan Proper Emas dua kali kali berturut-turut pada tahun 2021 dan 2022 ini sangatlah vital, dimana PLTGU Priok ini menyuplai kebutuhan listrik di Istana Wapres dan lokasi vital lainnya.
PLN Indonesia Power Priok PGU juga mempunyai sub unit PLTD senayan yang memiliki peran penting dalam program anti blackout yaitu, sebagai backup power MRT dan inisiasi line charging untuk Blackstart PLTGU priok dan muara karang.
Saat ini pembangkit kami mendukung keAandalan kelistrikan di system jawa-madura-bali dengan program anti blackout dan fast respon system.