Rupiah Melemah, Utang Luar Negeri Indonesia Naik Jadi USD 407,3 Miliar

Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada Februari 2024 tetap terkendali. Posisi ULN Indonesia pada Februari 2024 tercatat sebesar 407,3 miliar dolar AS.

oleh Arthur Gideon diperbarui 19 Apr 2024, 12:29 WIB
Diterbitkan 19 Apr 2024, 12:29 WIB
Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia Gratis, Ini Syaratnya
Posisi Utang Luar Negeri pemerintah relatif aman dan terkendali mengingat hampir seluruh Utang Luar Negeri memiliki tenor jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,98% dari total Utang Luar Negeri pemerintah. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) mengumumkan Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada periode Februari 2024 sebesar USD 407,3 miliar. Jumlah tersebut  tumbuh 1,4% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Asisten Gubernur Bank Indonesia Erwin Haryono menjelaskan, kenaikan Utang Luar Negeri ini terutama bersumber dari sektor publik, baik pemerintah maupun bank sentral.

"Perkembangan posisi Utang Luar Negeri juga dipengaruhi oleh faktor pelemahan mata uang dolar AS terhadap beberapa mata uang global, termasuk rupiah," jelas dia dalam keterangan tertulis, Jumat (19/4/2024).

Utang Luar Negeri pemerintah tetap terkendali dan dikelola secara terukur, efisien, dan akuntabel. Posisi Utang Luar Negeri pemerintah pada Februari 2024 tercatat sebesar USD 194,8 miliar, atau tumbuh 1,3% (yoy).

"Perkembangan Utang Luar Negeri tersebut terutama disebabkan oleh penarikan pinjaman luar negeri, khususnya pinjaman multilateral, untuk mendukung pembiayaan beberapa program dan proyek pemerintah," tambah Erwin.

Sebagai salah satu komponen dalam instrumen pembiayaan APBN dan dalam rangka melanjutkan momentum pertumbuhan ekonomi, pemanfaatan Utang Luar Negeri terus diarahkan untuk mendukung upaya Pemerintah dalam pembiayaan sektor produktif serta belanja prioritas.

Utang Luar Negeri pemerintah tetap dikelola secara hati-hati, kredibel, dan akuntabel untuk mendukung belanja, antara lain pada sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial (21,1% dari total ULN pemerintah); Administrasi Pemerintah, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib (18,1%); Jasa Pendidikan (16,9%); Konstruksi (13,7%); serta Jasa Keuangan dan Asuransi (9,7%).

Posisi Utang Luar Negeri pemerintah relatif aman dan terkendali mengingat hampir seluruh Utang Luar Negeri memiliki tenor jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,98% dari total Utang Luar Negeri pemerintah.

 

Utang Luar Negeri Swasta

Ilustrasi Bank Indonesia
Ilustrasi Bank Indonesia

Utang Luar Negeri swasta melanjutkan kontraksi pertumbuhan. Posisi Utang Luar Negeri swasta pada Februari 2024 tercatat stabil pada kisaran USD 197,4 miliar. Secara tahunan, Utang Luar Negeri  swasta mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 1,3% (yoy), melanjutkan kontraksi pada bulan sebelumnya sebesar 2,3% (yoy).

Kontraksi pertumbuhan Utang Luar Negeri tersebut bersumber dari lembaga keuangan (financial corporations) dan perusahaan bukan lembaga keuangan (nonfinancial corporations), masing-masing sebesar 1,3% (yoy).

Berdasarkan sektor ekonomi, Utang Luar Negeri swasta terbesar berasal dari sektor Industri Pengolahan; Jasa Keuangan dan Asuransi; Pengadaan Listrik, Gas, Uap/Air Panas, dan Udara Dingin; serta Pertambangan dan Penggalian, dengan pangsa mencapai 78,3% dari total ULN swasta.

Utang Luar Negeri swasta juga tetap didominasi oleh ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 76,3% terhadap total ULN swasta.

 

Masih Sehat

Struktur Utang Luar Negeri Indonesia tetap sehat, didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya. Hal ini tecermin dari rasio Utang Luar Negeri Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 29,5%, serta didominasi oleh Utang Luar Negeri jangka panjang dengan pangsa mencapai 86,9% dari total Utang Luar Negeri.

Dalam rangka menjaga agar struktur Utang Luar Negeri tetap sehat, Bank Indonesia dan Pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam pemantauan perkembangan Utang Luar Negeri, didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya.

Peran Utang Luar Negeri juga akan terus dioptimalkan dalam menopang pembiayaan pembangunan dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan, dengan meminimalisasi risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya