Inilah Tantangan Dihadapi Industri Migas Capai Net Zero Emisi 2060

White paper ini mengeksplorasi transformasi industri minyak dan gas Indonesia, menghadapi tantangan dari permintaan yang terus meningkat dan emisi saat beralih menuju energi terbarukan.

oleh Arief Rahman Hakim diperbarui 27 Jul 2024, 21:34 WIB
Diterbitkan 27 Jul 2024, 21:34 WIB
Blok Migas
Ilustasi migas. Perusahaan konsultan YCP Group, mengungkapkan, industri minyak dan gas Indonesia menghadapi tantangan dari permintaan yang terus meningkat dan emisi saat beralih menuju energi terbarukan.

Liputan6.com, Jakarta Perusahaan konsultan YCP Group, mengungkapkan, industri minyak dan gas Indonesia menghadapi tantangan dari permintaan yang terus meningkat dan emisi saat beralih menuju energi terbarukan.

Ini tertuang dalam white paper yang dirilis YCP Group berjudul Indonesia’s Net Zero Emissions Journey: The Impact of Clean Energy Targets on the Oil & Gas Industry. Adapun white paper dirilis di acara Leaders’ Breakfast di Jakarta, 25 Juli 2024. 

White paper ini mengeksplorasi transformasi industri minyak dan gas Indonesia, menghadapi tantangan dari permintaan yang terus meningkat dan emisi saat beralih menuju energi terbarukan.

 “Meskipun ada kebutuhan yang semakin besar untuk lebih banyak inisiatif Net Zero Emissions (NZE), pemain minyak dan gas kami menghadapi tantangan yang signifikan," ujar Partner YCP & Country Manager Indonesia Septian Waluyan.

Dia menyebutkan tantangan dimaksud seperti biaya investasi yang tinggi dan kurangnya pendidikan mengenai perubahan penting ini.

"Kami mendorong semua pemangku kepentingan untuk menjadi bagian dari gerakan perintis ini di Indonesia dan membantu membentuk masa depan energi,” tambah dia.

Selama dekade terakhir, sektor minyak dan gas Indonesia telah menjadi pemasok energi terbesar di negara ini, menyumbang 33,4% dari total pasokan energi. Meskipun demikian, kontribusi sektor ini terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia menurun sebesar 2,6%, sementara sektor lain tumbuh sebesar 4,2%.

Permintaan untuk energi terbarukan telah tumbuh pada CAGR 4,5% selama dekade terakhir, terutama untuk energi angin dan surya.

Para ahli memprediksi energi terbarukan akan melampaui minyak dan gas sebagai sumber energi utama. Meskipun ada penekanan yang semakin besar pada strategi transisi energi, industri minyak dan gas Indonesia tetap menjadi kontributor signifikan terhadap emisi CO2.

Perusahaan minyak dan gas Indonesia memproduksi 658.540 barel minyak per hari (BOPD), yang menyebabkan peningkatan emisi sebesar 13,2%, totalnya hampir 330,5 juta metrik ton.

Angka-angka yang mencengangkan ini menyoroti kebutuhan negara untuk lebih banyak inisiatif Net Zero Emissions (NZE) untuk mengurangi emisi karbon dari kegiatan hulu, tengah, dan hilir.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

YCP Group merilis white paper  berjudul Indonesia’s Net Zero Emissions Journey: The Impact of Clean Energy Targets on the Oil & Gas Industry.
YCP Group merilis white paper berjudul Indonesia’s Net Zero Emissions Journey: The Impact of Clean Energy Targets on the Oil & Gas Industry.

Transisi energi bersih negara ini juga menghadirkan peluang pertumbuhan yang signifikan bagi pemangku kepentingan energi dan bisnis lainnya.

Pemain sektor publik dan swasta diharapkan mempercepat upaya mereka melalui kolaborasi publik-swasta untuk mencapai tujuan NZE.

Pada momen ini mempertemukan profesional industri dan pakar terkemuka di industri minyak dan gas Indonesia, menyediakan tempat untuk diskusi bermakna tentang bagaimana transisi energi bersih dan ambisi NZE Indonesia diharapkan mempengaruhi industri secara keseluruhan.


Target Ambisius

Ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Turut hadir di acara tersebut adalah Pilar Dieter, Managing Partner dan CEO Management Services YCP. Dia menjelaskan bahwa pemerintah di seluruh dunia telah menetapkan target Net Zero Emissions (NZE) yang ambisius, yang kemudian mendorong sektor swasta dan komunitas bisnis untuk membuat komitmen kuat dalam mencapai tujuan tersebut.

“Namun, banyak rencana bisnis yang baik dapat menghadapi hambatan, mulai dari resistensi politik dan sosial hingga degradasi ekonomi yang mempengaruhi kinerja keuangan mereka, yang menyebabkan penundaan dan revisi komitmen mereka. Untuk mencapai target NZE yang kritis, diperlukan perpaduan antara komitmen, kemitraan kolaboratif, dan inovasi teknologi,” kata Pilar.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya