Liputan6.com, Jakarta - Miliarder batu bara di Indonesia, Low Tuck Kwong memberikan 22 persen kepemilikan sahamnya di PT Bayan Resources Tbk (BYAN) kepada putri bungsunya, Elaine Low.
"Dato' Low Tuck Kwong (ayah) sebagai pihak yang mengalihkan saham miliknya sebanyak 7.333.333.700 saham atau sebesar 22% kepada anak, Elaine Low,"Â kata Sekretaris Perusahaan Bayan Resources, Jenny Quantero dikutip dari keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Jumat (30/8/2024).
"dengan tujuan perencanaan suksesi jangka panjang keluarga," kata Sekretaris Perusahaan Bayan Resources, Jenny Quantero dikutip dari keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Jumat (30/8/2024).
Advertisement
Elaine Low kini mengantongi saham BYAN senilai Rp 123,75 triliun.
"Dengan adanya pengalihan saham tersebut, maka jumlah kepemilikan saham Dato' Low Tuck Kwong berubah dari sebesar 20.716.816.570 saham menjadi 13.383.482.870 saham atau dari 62,15045% menjadi 40,15045%, namun demikian Dato' Low Tuck Kwong tetap menjadi pemegang saham utama dan pengendali Perseroan karena Elaine Low akan menggunakan semua hak suaranya atas seluruh saham yang dimilikinya sesuai dengan keinginan Dato' Low Tuck Kwong," ungkap Jenny Quantero.
Ia menjelaskan, transaksi ini dilatarbelakangi hubungan keluarga antara orang tua dengan anak, dimana pemegang saham utama dan pengendali Perseroan yaitu Dato' Low Tuck Kwong sebagai Ayah berkeinginan untuk mengalihkan (menghibahkan) sebagian saham-sahamnya kepada anaknya yang bernama Elaine Low dengan tujuan perencanaan suksesi jangka panjang keluarga.
Lantas bagaimana sosok putri bungsu Low Tuck Kwong, Elaine Low dikenal?
Melansir laman website The Farrer Company, Elaine Low merupakan salah satu dari dewan direksi perusahaan kesehatan dan rumah sakit yang berbasis di Singapura, The Farrer Park Company.
Elaine Low sendiri merupakan seorang akuntan terlatih dan baru saja menyelesaikan program Magister Kebijakan Publik di perguruan tinggi Lee Kuan Yew.Â
Â
Prajogo Pangestu Jadi Orang Terkaya Indonesia, Geser Low Tuck Kwong
Prajogo Pangestu menduduki peringkat pertama sebagai orang terkaya di Indonesia. Hal ini berdasarkan data dari Forbes Real Time Billionaires.
Posisi Prajogo Pangestu ini menggeser Low Tuck Kwong dan keluarga Hartono. Harta Prajogo Pangestu mencapai USD 38,7 miliar atau kurang lebih Rp 607 triliun (estimasi kurs rupiah 15.700 per dolar AS).
Sedangkan harga Low Tuck Kwong yang merupakan pemilik Bayan Resources tercatat USD 26,5 miliar. Kakak beradik R. Budi Hartono dan Michael Hartono yang merupakan pemilik Grup Djarum ini sebeesar USD 24,3 miliar dan USD 23,3 miliar.
Prajogo Pangestu diketahui memiliki beberapa perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan-perusahaan tersebut antara lain, PT Barito Pacific Tbk (BRPT), PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), dan PT Gozco Plantation Tbk (GZCO), dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) yang baru saja debut pada Maret lalu.
PT Barito Pacific Tbk (BRPT) didirikan Prajogo Pangestu pada 1979. Perusahaan ini bergerak di industri kehutanan, petrokimia dan properti, perkebunan. Selain itu, Barito Pacific juga akan mengembangkan sejumlah lini usaha di antaranya tambang dan energi ke dalam sebuah perusahaan sumber daya yang terdiversifikasi.
Barito Pacific mencatatkan saham di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya (sekarang Bursa Efek Indonesia) dengan nama PT Barito Pacific Timber Tbk pada 1993.
Namun, perusahaan tidak menggunakan nama "Timber" lagi pada 2007 dan menjadi PT Barito Pacific Tbk. Hal itu dilakukan untuk merefleksikan diversifikasi lini usaha Barito saat ini dan juga pertumbuhannya di masa mendatang.
Sebagaimana diketahui, Barito Pacific hanya memiliki lima pabrik pengolahan yang bersama-sama memproduksi plywood, blockboard, particle board, dan wood working product yang diekspor ke Asia, Eropa dan Amerika pada 1993.
Akan tetapi, dengan adanya hambatan iklim Indonesia pada 1990-an dan krisis keuangan di Asia membuat perusaahan berhenti memproduksi plywood.
Kemudian, perusahaan memperkecil fokusnya dengan hanya memproduksi particle board di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, dan pada saat itu juga melakukan diversifikasi usaha ke bidang industri sumber daya lainnya.
Advertisement