Liputan6.com, Jakarta - PT Freeport Indonesia mengungkapkan bahwa pihaknya optimis Indonesia memiliki peluang menjadi produsen katoda tembaga di dunia. Hal ini karena sumber daya alam yang dimiliki Indonesia melimpah.
VP Government Relations Freeport, Harry Pancasakti menyebutkan, perusahaan berencana menjajaki peleburan dan pemurnian konsentrat tembaga menjadi katoda tembaga melalui Smelter di Gresik, Jawa Timur.
Baca Juga
Jika produksi tersebut berjalan lancar, maka Indonesia dapat memproduksi katoda tembaga hingga 1,5 juta ton. Produksi itu merupakan gabungan dari produksi Freeport dengan Amman Mineral.
Advertisement
"Secara dimensi mungkin Indonesia akan menjadi 1,5 juta ton katoda tembaga per tahun yang dapat diproduksi atau dihasilkan. Ini akan menempatkan Indonesia dalam big five produsen katoda di dunia," ungkap Harry dalam paparan di St. Regis Jakarta, Selasa (17/9/2024).
Freeport sendiri menargetkan produksi katoda tembaga mencapai 1 juta ton ditambah dengan Amman Mineral sebesar 500 ribu ton. Perusahaan tambang itu juga telah menginvestasikan Rp 61 triliun untuk pembangunan smelter di Gresik, Jawa Timur.
"Memproses dan memurnikan produk dari hasil penambangan dan pengolahan dari konsentrat tembaga menjadi tembaga murni nilai tambahnya hanya 3,5% sampai 5%. Sementara investasi yang diperlukan seperti smelter di Gresik itu hampir Rp 60 triliun,” beber Harry.
“Jadi margin sangat kecil apabila dibandingkan nilai tambah yang akan didapatkan," tambah dia.
Harry mengakui, nilai tambah tersebut menjadi tantangan bagi Indonesia. Hal itu karena katoda tembaga juga harus diproduksi hingga menghasilkan nilai tambah yang lebih besar lagi.
"Sejauh ini, produk smelter baru komitmen dari salah satu industri di kawasan khusus Gresik 100 ribu ton per tahun, sisa 500 ribu ton. Maka kalau memang tidak ada konsumen dalam negeri, terpaksa kita ekspor dan ekspornya nggak jauh-jauh Asia Tenggara, Vietnam, Thailand, Malaysia,” kata Harry.
Justru negara tetangga yang akan menikmati nilai tambah yang lebih besar dari produksi katoda," imbuhnya.
Freeport Indonesia Bidik Setor Rp 90 Triliun ke Negara Tahun Ini
Sebelumnya, PT Freeport Indonesia (PTFI) membidik bisa menyetorkan USD 5,6 miliar atau setara Rp 90 triliun ke kas negara. Itu bisa dicatatkan dengan proyeksi pertumbuhan kinerja yang semakin baik.
Setoran ke negara itu, didapat dari sejumlah pos, baik dalam bentuk pajak, dividen, hingga royalti. Angka itu meningkat dari setoran PTFI ke negara pada 2023 lalu senilai Rp 41 triliun.
"Di tahun 2024, proyeksi manfaat langsung terhadap penerimaan negara adalah sebesar USD 5.6 miliar atau hampir Rp 90 triliun," kata Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Tony Wenas, Sabtu (17/8/2024).
Setoran negara itu termasuk adanya manfaat langsung di kawasan sekitar operasional PT Freeport Indonesia. Utamanya di titik-titik di Papua. Jika dihitung secara persentase, lebih dari 10 persen dikucurkan ke wilayah tersebut.
"Termasuk di dalamnya sejumlah Rp 10 Triliun akan diterima oleh Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah serta Kabupaten lainnya di Papua Tengah," seperti dikutip.
Dengan asumsi setoran ke negara senilai Rp 90 triliun tadi, berarti sama dengan setiap karyawan keluarga besar Freeport Indonesia memberikan kontribusi kepada negara sebesar Rp 3 Miliar.
"Hal ini dapat kita lakukan karena kerja sama harmonis antara seluruh elemen yang ada di dalam PTFI dengan Sincere sebagai core value. 'Terus Berkarya untuk Indonesia', sesuai dengan tema yang kita tetapkan pada ulang tahun PTFI yang ke 57 tahun ini," tulis perusahaan.
Advertisement
Sumbang Rp 41 Triliun ke Negara di 2023
Jika dilihat pada kontribusi PTFI, perusahaan telah menyetorkan USD 2,7 miliar atau setara Rp 41 triliun ke negara pada 2023 lalu. Itu dihitung dalam bentuk pajak, royalti, dividen, serta pembayaran lainnya, dimana Rp 9,1 triliun diantaranya berupa manfaat langsung yang diterima Papua.
Sementara, angka manfaat tidak langsung PTFI untuk Indonesia di tahun 2023 mencapai USD 4,7 miliar atau sekitar Rp 70 triliun.
Baik dalam bentuk pembayaran gaji karyawan, pembelian dalam negeri, pengembangan masyarakat, pembangunan daerah, dan investasi dalam negeri.