Israel-Lebanon Memanas, Penerbangan Internasional ke Beirut Ditunda

Maskapai penerbangan internasional telah menangguhkan penerbangan mereka ke Lebanon, menyusul serangan oleh Israel yang menewaskan sekitar 560 korban jiwa di negara itu.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 25 Sep 2024, 16:00 WIB
Diterbitkan 25 Sep 2024, 16:00 WIB
Serangan Israel di Lebanon Picu Gelombang Pengungsi
Di sisi lain, juru bicara militer Israel, Daniel Hagari dalam sebuah pernyataan video mendesak warga sipil Lebanon untuk pergi “dengan segera” dari pos-pos Hizbullah. (Fadel ITANI/AFP)

Liputan6.com, Jakarta Maskapai penerbangan internasional telah menangguhkan penerbangan mereka ke Lebanon, menyusul serangan oleh Israel yang menewaskan sekitar 560 korban jiwa di negara itu.

Mengutip The Guardian, Rabu (25/9/2024) maskapai penerbangan yang berbasis di Uni Emirat Arab, Emirates mengumumkan penangguhan sementara penerbangannya ke Beirut, Lebanon pada hari Selasa (25/9) dan Rabu (26/9).

Maskapai flydubai juga melakukan langkah serupa untuk penerbangan ke Beirut pada hari Selasa dan Rabu.

“Keselamatan awak dan pelanggan kami adalah yang terpenting dan tidak akan dikompromikan,” demikian pernyataan Emirates terkait penangguhan penerbangannya ke Beirut.

Qatar Airways, yang mengoperasikan dua penerbangan sehari ke ibu kota Lebanon juga membatalkan layanan penerbangannya selama dua hari.

“Karena situasi yang sedang berlangsung di Lebanon, Qatar Airways telah menangguhkan sementara penerbangan ke dan dari bandara internasional Beirut Rafic Hariri hingga 25 September," jelas Qatar Airways.

Seperti diketahui, militer Israel melakukan serangan udara terhadap milisi Hizbullah Lebanon pada hari Senin (23/9) dalam apa yang digambarkan oleh otoritas Lebanon sebagai serangan paling mematikan di negara itu dalam beberapa dekade.

Air France pada hari Selasa juga memperpanjang penangguhan penerbangannya ke Beirut hingga 1 Oktober mendatang. Seorang juru bicara menyebutkan bahwa penangguhan itu dilakukan karena risiko situasi keamanan.

Sementara itu, penerbangan ke dan dari kota Tel Aviv di Israel, yang ditangguhkan oleh Air France pekan lalu kimi beroperasi secara normal setelah dilanjutkan pada akhir pekan, juru bicara itu menambahkan.

 

 

Penerbangan ke Beirut

Potret Sekolah Al-Razi di Nuseirat Gaza yang Luluh Lantak Dibombardir Israel
Selain kerusakan pada bangunan, serangan Israel di sekolah tersebut menewaskan sejumlah orang. (Eyad BABA/AFP)

Lufthansa Jerman telah menangguhkan penerbangan ke Beirut hingga 26 Oktober dan pada hari Selasa memperpanjang penangguhan penerbangan ke dan dari Tel Aviv dan ibu kota Iran, Teheran, hingga dan termasuk 14 Oktober sebagai tanggapan atas ketegangan tersebut.

Dikatakan bahwa pihaknya terus "memantau situasi dengan saksama dan akan meninjau lebih lanjut dalam beberapa hari mendatang".

Adapun maskapai asal Mesir, Egyptair yang juga menangguhkan semua penerbangannya ke Beirut hingga situasi di Lebanon stabil.

Komisi Regulasi Penerbangan Sipil Yordania mengatakan pada hari Senin bahwa penerbangan Royal Jordanian Airlines ke Beirut telah ditangguhkan hingga pemberitahuan lebih lanjut.

Menlu Retno: Indonesia Mengutuk Keras Serangan Israel ke Lebanon

Menlu RI Retno Marsudi saat menghadiri Pertemuan Tingkat Menteri Gerakan Non-Blok (GNB) di New York pada Senin (23/9/2024).
Menlu RI Retno Marsudi saat menghadiri Pertemuan Tingkat Menteri Gerakan Non-Blok (GNB) di New York pada Senin (23/9/2024). (Dok. Kemlu RI)

Sebelumnya, Indonesia mengutuk keras serangan Israel ke Lebanon yang akibatkan korban ratusan nyawa warga sipil, termasuk 50 orang anak-anak. Hal tersebut ditegaskan oleh Menteri Luar Negeri Republik Indonesia (Menlu RI) Retno Marsudi di sela-sela Sidang ke-79 Majelis Umum PBB di New York, Amerika Serikat (AS).

"⁠Serangan ini semakin mengeskalasi situasi Timur Tengah yang masih menghadapi krisis kemanusiaan dari agresi Israel di Gaza. Kekerasan dan agresi ini tidak boleh menjadi 'a new normal'," tegas Menlu Retno dalam pernyataan tertulis seperti dikutip Rabu (25/9/2024).

Lebih lanjut, Menlu Retno menyatakan bahwa Dewan Keamanan (DK) PBB dan masyarakat internasional harus mengambil langkah tegas untuk mendorong de-eskalasi dan menghentikan kekerasan yang terus berlanjut.

"Indonesia juga mendesak penghormatan terhadap keselamatan para peacekeeper UNIFIL di Lebanon. Saat ini Indonesia memiliki 1.232 personil di UNIFIL," tutur Menlu Retno.

Pemerintah RI melalui KBRI Beirut juga terus memantau kondisi Warga Negara Indonesia (WNI) di Lebanon, sebut Menlu Retno, dan telah menyiapkan langkah kontingensi dalam mengantisipasi kondisi gawat darurat.

"Penindasan rakyat Palestina adalah akar permasalahan konflik dan perdamaian di Timur Tengah tidak akan pernah dicapai tanpa keadilan untuk Palestina," ujar Menlu Retno.

Mengutip kantor berita AP, Kementerian Kesehatan Lebanon mengatakan sedikitnya 564 orang tewas dalam serangan Israel sejak Senin (23/9), termasuk 50 anak-anak dan 94 perempuan. Lebih dari 1.800 lainnya terluka.

Pekan lalu, Lebanon juga diguncang ledakan pager dan walkie talkie tepatnya pada Selasa (17/9) dan Rabu (18/9), yang menewaskan sedikitnya 37 orang dan melukai lebih dari 3.400 orang. Pemerintah Lebanon dan Hizbullah menyalahkan Israel atas tragedi tersebut, sementara Israel tidak membantah ataupun mengonfirmasi mendalangi serangan.

Berapa Jumlah WNI di Lebanon?

Perang Israel - Lebanon
Sementara dari pihak Israel, enam tentara dan tiga warga sipil tewas selama bentrokan dengan Hizbullah terjadi. (AP Photo/Hussein Malla)

Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia (WNI) dan Badan Hukum Indonesia (BHI) Kemlu RI Judha Nugraha melalui pesan tertulisnya pada Selasa (24/9), mengatakan, "Sejak bulan Agustus 2024, KBRI Beirut telah meningkatkan status menjadi Siaga 1 untuk seluruh Lebanon. Sebelumnya, Siaga 1 ditetapkan KBRI untuk wilayah Lebanon selatan sejak Oktober 2023." 

Jumlah WNI di Lebanon saat ini berjumlah 159 orang.

"Sejak penetapan Siaga 1, Kemlu dan KBRI Beirut telah memfasilitasi evakuasi WNI dari Lebanon sebanyak 25 orang. Sedangkan mayoritas lainnya memilih utk tetap tinggal di Lebanon karena alasan pribadi. Mereka mayoritas adalah mahasiswa dan WNI yang menikah dengan warga setempat," tutur Judha.

"Kemlu dan KBRI kembali menyampaikan imbauan agar WNI meningkatkan kewaspadaan, menjauhi lokasi-lokasi rawan, dan membatasi bepergian non-esensial. Bagi WNI yang memiliki rencana bepergian ke Lebanon, Iran, Israel, dan Palestina agar menunda perjalanan hingga situasi aman."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya