Liputan6.com, Jakarta - Bank Dunia pada Kamis, 26 Desember 2024 menaikkan perkiraan untuk pertumbuhan ekonomi China pada 2024 dan 2025. Akan tetapi, Bank Dunia memperingatkan kepercayaan rumah tangga dan bisnis yang lesu bersama dengan hambatan di sektor properti bakal terus bebani ekonomi China pada 2025.
Mengutip CNBC, ditulis Jumat (27/12/2024), China telah berjuang pada 2024 terutama karena krisis properti dan permintaan domestik yang lesu. Kenaikan tarif Amerika Serikat (AS) yang diharapkan atas barang-barangnya ketika Presiden Terpilih AS Donald Trump menjabat pada Januari juga dapat pengaruhi pertumbuhan.
Baca Juga
“Mengatasi tantangan di sektor properti, memperkuat jarring pengaman sosial dan meningkatkan keuangan pemerintah daerah akan menjadi penting untuk membuka pemulihan yang berkelanjutan,” ujar Direktur Bank Dunia untuk China Mara Warwick seperti dikutip dari CNBC.
Advertisement
Ia menambahkan, penting untuk menyeimbangkan dukungan jangka pendek terhadap pertumbuhan dengan reformasi struktural jangka panjang.
Berkat efek pelonggaran kebijakan terkini dan kekuatan ekspor jangka pendek, Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) China sebesar 4,9% tahun ini, naik dari perkiraannya pada Juni sebesar 4,8%.
China menetapkan target pertumbuhan "sekitar 5%" pada 2024, sebuah tujuan yang dapat dicapai.
Meskipun pertumbuhan untuk 2025 juga diperkirakan turun menjadi 4,5%, angka tersebut masih lebih tinggi dari perkiraan Bank Dunia sebelumnya sebesar 4,1%.
Bank Dunia menilai, pertumbuhan pendapatan rumah tangga yang lebih lambat dan efek kekayaan negatif dari harga rumah yang lebih rendah diperkirakan akan membebani konsumsi hingga 2025.
Bakal Terbitkan Obligasi Khusus
Untuk menghidupkan kembali pertumbuhan, otoritas China telah sepakat untuk menerbitkan obligasi pemerintah khusus senilai 3 triliun yuan (atau USD 411 miliar) tahun depan, Reuters melaporkan minggu ini.
Angka-angka tersebut tidak akan diumumkan secara resmi hingga pertemuan tahunan parlemen China, Kongres Rakyat Nasional, pada Maret 2025, dan masih dapat berubah sebelum itu.
Sementara regulator perumahan akan terus berupaya untuk membendung penurunan lebih lanjut di pasar real estat China tahun depan, Bank Dunia mengatakan pemulihan sektor tersebut tidak diantisipasi hingga akhir 2025.
Kelas menengah China telah berkembang secara signifikan sejak tahun 2010-an, mencakup 32% dari populasi pada 2021, tetapi perkiraan Bank Dunia menunjukkan sekitar 55% masih "tidak aman secara ekonomi", yang menggarisbawahi perlunya menciptakan peluang.
Advertisement
China Bakal Tambah Utang dan Pangkas Suku Bunga Buntut Tarif Impor Donald Trump
Sebelumnya, China akan meningkatkan defisit anggaran, menambah utang, dan melonggarkan kebijakan moneter untuk mempertahankan pertumbuhan ekonominya.
Keputusan ini diumumkan dalam keterangan pemerintah China mengenai pertemuan tahunan para pemimpin utama negara itu, yang dikenal sebagai Konferensi Kerja Ekonomi Pusat (CEWC) yang diadakan pada 11-12 Desember 2024.
Langkah itu dilakukan untuk bersiap menghadapi dampak ketegangan perdagangan dengan Amerika Serikat, di mana Presiden Terpilih Donald Trump berencana menaikkan tarif impor pada barang impor dari China.
China akan meningkatkan defisit anggaran, menambah utang, dan melonggarkan kebijakan moneter untuk mempertahankan pertumbuhan ekonominya.
Keputusan ini diumumkan dalam keterangan pemerintah China mengenai pertemuan tahunan para pemimpin utama negara itu, yang dikenal sebagai Konferensi Kerja Ekonomi Pusat (CEWC) yang diadakan pada 11-12 Desember 2024.
Langkah itu dilakukan untuk bersiap menghadapi dampak ketegangan perdagangan dengan Amerika Serikat, di mana Presiden Terpilih Donald Trump berencana menaikkan tarif impor pada barang impor dari China.