Liputan6.com, Jakarta Donald Trump resmi menjadi presiden ke-47 Amerika Serikat usai membacakan sumpah jabatan pada Senin (20/1/2025) di US Capitol, Washington D.C.
"Saya bersumpah dengan sungguh-sungguh bahwa saya akan menjalankan jabatan Presiden Amerika Serikat dengan setia, dan dengan kemampuan terbaik saya, menjaga, melindungi dan membela Konstitusi Amerika Serikat. Semoga Tuhan menolong saya," kata Donald Trump saat menyampaikan sumpahnya, seperti yang disiarkan langsung di akun Joint Congressional Committee on Inaugural Ceremonies, Senin (20/1/2025).
Advertisement
Baca Juga
Usai dilantik sebagai Presiden AS, Donald Trump pun siap melakukan gebrakan besar dengan sederet kebijakannya. Lantas apa saja gerakan yang akan dilakukan Donald Trump? Ini daftarnya:
Advertisement
1. Tandatangani 100 Perintah Eksekutif di Hari Pertama Menjabat
Dikutip dari kanal Global Liputan6.com, Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump akan segera menerapkan tindakan eksekutif terkait imigrasi, kebijakan energi, dan operasi pemerintah federal untuk menyelesaikan sejumlah prioritas kebijakan kampanyenya.
Trump berjanji akan mengeluarkan "hampir 100" perintah eksekutif pada hari pertamanya menjabat, dikutip dari laman CNN, Senin (20/1/2025).
Banyak dari perintah ini akan dirancang untuk membatalkan atau menghapus perintah yang telah diterapkan oleh pemerintahan Joe Biden.
Stephen Miller, wakil kepala staf Trump yang baru untuk urusan kebijakan, meninjau beberapa tindakan tersebut pada Minggu (19/1) sore dalam panggilan telepon dengan anggota senior Partai Republik di Kongres.
Dua sumber yang diberi pengarahan tentang panggilan telepon tersebut menggambarkannya sebagai ikhtisar tentang apa yang seharusnya diharapkan oleh anggota parlemen, bukan pengarahan kebijakan yang mendalam.
Operasi kebijakan Trump diharapkan akan memberikan lebih banyak rincian kepada sekutunya di Capitol Hill pada Minggu malam, kata sumber tersebut.
2. Rebut Kembali Terusan Panama
Donald Trump menegaskan bahwa ia serius untuk mengembalikan kontrol Amerika Serikat atas Terusan Panama, sebuah jalur perdagangan vital yang kini dikelola oleh Panama.
Dalam pidato perdana usai pelantikan Donald Trump pada Senin (20/1/2025), presiden ke-47 AS itu menuduh negara tersebut telah salah kelola kanal tersebut dan mengancam untuk merebut kembali kendali atasnya, menyatakan, "Kami akan mengambilnya kembali."
Trump mengingatkan tentang peran penting Presiden William McKinley dalam mengembangkan negara dengan kebijakan tarif dan kewirausahaan, serta kontribusinya terhadap proyek besar seperti Terusan Panama.
Dalam pidato yang disiarkan langsung di akun YouTube Joint Congressional Committee on Inaugural Ceremonies, Trump mengatakan, "Presiden McKinley membuat negara kita sangat kaya melalui tarif dan bakat. Dia adalah seorang pebisnis alami, dan memberikan Teddy Roosevelt uang untuk banyak hal besar yang dia lakukan, termasuk Terusan Panama, yang dengan bodohnya diberikan kepada negara Panama setelah Amerika Serikat, pikirkan ini, menghabiskan lebih banyak uang daripada proyek lain sebelumnya dan kehilangan 38.000 nyawa dalam pembangunan Terusan Panama."
Trump mengkritik keputusan Amerika untuk menyerahkan kanal tersebut kepada Panama, menyebutnya sebagai "hadiah bodoh" yang seharusnya tidak pernah terjadi. "Kami diperlakukan sangat buruk oleh hadiah bodoh ini yang seharusnya tidak pernah diberikan, dan janji Panama kepada kami telah dilanggar. Tujuan perjanjian kami dan semangat traktat telah sepenuhnya dilanggar," katanya.
Advertisement
3. Akan Ganti Nama Teluk Meksiko jadi Teluk Amerika
Dikutip dari Antara, Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa dia akan mengganti nama Teluk Meksiko menjadi Teluk Amerika dalam pidato pelantikannya di Capitol Rotunda, Washington DC.
Dalam pidatonya yang dipantau secara daring pada Selasa dini hari, Trump mengatakan bahwa dia juga akan mengembalikan nama presiden yang hebat, William McKinley, ke Gunung McKinley, di tempat yang seharusnya berada.
Sebelumnya pada 2016, nama puncak tertinggi di Amerika Utara diubah dari “Gunung McKinley” menjadi “Denali”.
4. Kenakan Tarif Impor 25% Kanada dan Meksiko Mulai 1 Februari
Donald Trump sudah memberikan tanda-tanda bahwa kenaikan tarif impor tersebut tetap akan dijalankan. Presiden Donald Trump mengatakan pada hari Senin bahwa tarif dapat dikenakan terhadap Meksiko dan Kanada paling cepat pada awal Februari.
"Kami berpikir dalam hal (pungutan) 25% pada Meksiko dan Kanada, karena mereka mengizinkan sejumlah orang melintasi perbatasan," kata Trump, dikutip dari CNBC, Selasa (21/1/2025).
Ia menyebut Kanada sebagai "pelaku yang sangat buruk." Presiden Trump pun memastikan bahwa tanggal target untuk tarif adalah sekitar 1 Februari 2025.
Advertisement
5. Hanya Akui Kelamin Pria dan Wanita
Donald Trump, menegaskan dalam pidato pelantikannya bahwa Amerika Serikat hanya akan mengakui dua jenis kelamin yakni pria dan wanita.
"Pada hari ini, ini akan menjadi kebijakan resmi Amerika Serikat, bahwa hanya ada dua jenis kelamin; pria dan wanita," kata Trump di Capitol Rotunda,Washington DC, diikuti secara daring pada Selasa dini hari.
Trump berencana menghentikan kebijakan pemerintah yang mencoba merekayasa ras dan jenis kelamin secara sosial dalam sejumlah aspek, baik kehidupan umum maupun pribadi.
"Kami akan membentuk masyarakat yang tidak memandang warna kulit dan sesuai prestasi," tegas Trump.
Selain itu, Trump akan mencabut sensor yang dilakukan pemerintah melalui peraturan khusus.
6. Keluar dari Perjanjian Iklim Paris
Donald Trump menyatakan bahwa Amerika Serikat akan menarik diri dari Perjanjian Iklim Paris 2016 karena menganggap perjanjian tersebut tidak adil dan berat sebelah.
"Saya segera menarik diri dari Perjanjian Iklim Paris yang tidak adil dan berat sebelah ini," kata Trump saat parade pelantikan di Capital One Arena di Washington, Senin (20/1).
Kemudian pada hari yang sama, Trump menandatangani perintah eksekutif untuk secara resmi menarik diri dari perjanjian tersebut.
"Langkah berikutnya adalah penarikan dari Perjanjian Iklim Paris. Kita akan menghemat lebih dari satu triliun dolar dengan menarik diri dari perjanjian itu," kata seorang pembawa acara selama upacara.
Perjanjian Paris tentang perubahan iklim diadopsi pada tahun 2015 oleh 195 anggota Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim.
Tujuannya adalah untuk membatasi peningkatan suhu rata-rata global hingga jauh di bawah 2 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri, dan sebaiknya mendekati 1,5 derajat Celcius.
Advertisement