Digandrungi Anak Muda, Waspada Penipuan Jastip

Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda melihat risiko bisnis jasa titip (jastip).

oleh Arief Rahman H diperbarui 11 Feb 2025, 19:18 WIB
Diterbitkan 11 Feb 2025, 19:15 WIB
Digandrungi Anak Muda, Waspada Penipuan Jastip
Tren jasa titip (jastip) semakin banyak di kalangan anak muda. Mulai dari jastip barang hingga tiket konser. Tren ini bukan tanpa risiko, salah satunya penipuan. ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Tren jasa titip (jastip) semakin banyak di kalangan anak muda. Mulai dari jastip barang hingga tiket konser. Tren ini bukan tanpa risiko, salah satunya penipuan.

Tak jarang laporan penipuan jastip tiket konser melenggang di linimasa media sosial Twitter alias X. Warganet yang tertipu biasanya membuat sebuah utas yang memperlihatkan kronologinya. 

Modus penipuan-nya, sejumlah uang yang sudah dibayarkan dibawa kabur oleh orang yang membuka jastip. Tiket konser yang awalnya dijanjikan bisa jadi tidak didapatkan. Lebih parah lagi, tiket yang diberikan terkadang dipalsukan.

Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda melihat risiko tersebut. Dia mengatakan, bisnis jastip tiket konser dan jastip lainnya berbasis komunitas. Bentuk bisnis yang informal ini menimbulkan risiko. Lantaran, tidak ada aturan pasti yang membatasinya.

"Maka memang masyarakat yang harus berperan aktif dalam menghindari penipuan jastip ini," kata Huda kepada Liputan6.com, Selasa (11/2/2025).

Dia mengatakan, biasanya para penyedia jastip ini beradu pada harga yang ditawarkannya. Pada harga tiket konser misalnya, ada biaya tambahan untuk sang penyedia jasa yang lebih murah dari penyedia lain.

"Jika ada yang menawarkan harga yang jauh lebih murah, biasanya terindikasi penipuan," ucapnya.

Huda mengatakan, tren jastip ini berkembang pesat di tengah maraknya konser di Tanah Air. Selain itu, jastip juga banyak ditemukan untuk produk gadget, seperti iPhone.

"Biasanya jastip-jastip konser ataupun barang yang lagi hype seperti iPhone dan sebagainya," tuturnya.

 

 

Marak Situs Jastip Ilegal Barang Murah China, Pemerintah Bakal Investigasi

Sebelumnya, penutupan cross border dan larangan importasi barang pemesanan sistem online e-commerce di bawah USD 100 telah membuka celah bagi oknum-oknum lainnya mendatangkan barang impor ilegal dari luar negeri, khususnya China.

Akun media sosial hingga situs jasa titip (jastip) pembelian barang impor China dengan harga murah banyak bermunculan. Mereka menawarkan jasa impor barang dari China dengan harga miring.

Temuan ini dibenarkan oleh Plt Deputi Bidang UKM Kemenkop UKM, Temmy Satya Permana. Dia menyatakan barang-barang tersebut tidak masuk dalam jalur resmi dan tidak dikenakan pajak. Sehingga harga yang dihasilkan jauh lebih murah di bawah rata-rata harga jual, dan berpotensi merusak pasar dalam negeri.

Temmy menjelaskan, akses ke platform jasa titip ini bisa ditemukan sangat mudah, hanya dengan mencari link terkait dan akan langsung meluncur ke sebuah aplikasi. Kemudian barang yang dipesan akan langsung dibeli, dan dikirimkan dengan ongkir relatif murah.

"Mereka yang akan belikan. Dikirim dari Singapur misalnya. Biaya kirimnya murah banget gitu loh," kata Temmy dalam sesi bincang media di Kantor Kemenkop UKM, Jakarta, Kamis (3/10/2024).

 

Bukan Kebutuhan Primer

Kendati begitu, ia menemukan bahwa barang-barang yang biasa dicari di platform tersebut tidak bersifat kebutuhan primer, semisal kaos band yang dibanderol kurang dari USD 100.

"Begitu kemarin cross border ketutup, mereka enggak bisa beli ini gitu loh. Makanya kita enggak terlalu khawatir karena barang-barang hobbies yang dicari," ungkap dia.

Namun, ia menganggap keberadaan situs-situs itu belum terlalu mengkhawatirkan. Lantaran angka trafik dan transaksi di sana masih terbatas. Jika ada lonjakan trafik, pihaknya akan segera melakukan investigasi khusus.

"Tapi selama ini masih belum mengkhawatirkan, saya rasa masih barang-barang hobbies. Contohnya saya bisa beli kaosnya Iron Man, atau kaosnya Gundam. Kan kita kalau di bawah USD 100 di cross border udah enggak boleh nih," terang dia.

"Makanya kita enggak terlalu khawatir karena barang-barang hobbies yang dicari. Belum banyak kok, trafiknya enggak terlalu mengkhawatirkan. Yang pasti, apabila mengkhawatirkan, kita pasti akan melakukan investigasi khusus kalau untuk ini," pungkasnya.

 

Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global
Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global. (Liputan6.com/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya