Liputan6.com, Jakarta Presiden Prabowo Subianto menegaskan arah kebijakan ekonomi internasional Indonesia. Termasuk ikut tergabung dalam organisasi negara-nagara terkait ekonomi global, seperti BRICS.
Misalnya, bergabungnya Indonesia dengan aliansi beberapa negara yang disebut BRICS. Adapun, anggota aliansi itu diantaranya Brasil, Rusia, India, China, Afrika Selatan, Mesir, Ethiopia, Iran, dan Uni Emirat Arab.
Baca Juga
Dia menyebut, proses administrasi bergabungnya Indonesia ke BRICS terus berjalan usai resmi diterima.
Advertisement
"Tentunya juga ada kebijakan internasional kita yaitu bahwa Indonesia bergabung ke BRICS, sudah dinyatakan bahwa kita diterima di BRICS. Ya ini sedang prosesnya, transisinya sedang berjalan," ungkap Prabowo dalam konferensi pers di Istana Negara, Jakarta, Senin (17/2/2025).
Progres OECD
Dalam konteks ekonomi internasional, Prabowo juga menyatakan pemerintah terus memproses pendaftaran Indonesia ke Organization for Economic Co-operation and Development (OECD). Diketahui Indonesia telah menjalani beberapa tahapan untuk bisa bergabung menjadi anggota tetap OECD.
"Kita juga menjalankan terus pendaftaran kita ke OECD," tegasnya.
Tak lupa, pemerintah juga terus mengupayakan perjanjian perdagangan dengan negara-negara lain. Ini melalui berbagai perundingan Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA). Negosiasi yang masih terus berjalan yakni perjanjian ekonomi antara Indonesia dan Uni Eropa.
"Sekarang kita juga akan menyelesaikan perjanjian CEPA singkatan CEPA, Comprehensive Economic Partnership Agreement. Intinya adalah semacam free trade area saling menurunkan tarif bagi barang-barang kedua pihak," jelas Prabowo.
Komitmen Indonesia
Diberitakan sebelumnya, Indonesia berkomitmen kuat memerangi suap dan bergabung dengan anggota Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) untuk mencapai kebijakan yang lebih baik.
Pemerintah melakukan aksesi OECD sebagai transformasi strategis yang akan membawa Indonesia ke level yang lebih tinggi dalam tata kelola Pemerintahan, ekonomi, dan hubungan internasional.
"Kita berharap bahwa dengan masuk dalam OECD, kita bisa kembangkan better policy for better life. Jadi, policy yang kita ambil adalah global, dan ini untuk kepentingan masyarakat,” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto yang juga selaku Ketua Pelaksana Tim Nasional OECD dalam Workshop and Technical Discussion Supporting Indonesia in Fightong Foreign Bribery: Towards Accession to the OECD Anti-Bribery Convention di Jakarta, Senin (10/2/2025) seperti dikutip dari keterangan resmi.
Kegiatan tersebut secara virtual juga dihadiri oleh Director OECD Nicole Pino.Saat ini proses aksesi memasuki tahap penyusunan 32 bab dokumen initial memorandum yang merupakan asesmen kesesuaian regulasi Indonesia terhadap 239 instrumen hukum OECD.
Advertisement
Perangi Suap
Proses tersebut dilakukan oleh masing-masing bidang sesuai dengan Komite OECD, termasuk di antaranya Bidang Anti-Korupsi yang dikoordinasikan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri).
"Jadi, bagaimana me-realign regulasi terhadap dokumen-dokumen hukum yang ada di kita dan yang ada di OECD. Oleh karena itu, beberapa negara memakan waktu yang lebih lama. Namun, kita punya jurus yang kemarin sudah pernah kita lakukan yaitu Omnibus Law," kata Menko Airlangga.
Ia menambahkan, ada dua cara, satu ratifikasi, dua melakukan Omnibus Law terhadap hal-hal yang dirasa penting.
"Kita berharap submisi initial memorandum akan selesai di triwulan pertama dan bisa dibawa dalam pertemuan Dewan Menteri OECD di bulan Juni 2025,” tutur Menko Airlangga.
