Liputan6.com, Jakarta Direktur Utama BRI, Sunarso membeberkan bagaimana langkah strategis BRI untuk menunjukkan kemampuan sekaligus mempertahankan kinerja yang solid di tengah ketidakpastian global. Ia mengatakan, BRI berstrategi ‘wait and see' merespons dinamika pasar sekaligus mengembangkan pendekatan yang fleksibel dan terukur.
“Jika tantangannya tidak lebih buruk dari sekarang, kita masih bisa bertahan. Namun, jika tantangannya memburuk, kita harus punya plan B. Apa yang harus kita perketat, mana yang harus kita jaga, kita sudah menyiapkan langkah-langkah antisipasi untuk menghadapi kondisi yang lebih buruk,” bebernya.
Advertisement
Baca Juga
Sunarso menuturkan, berbagai langkah strategis disiapkan BRI menjaga stabilitas dan kinerja bisnis, termasuk rencana cadangan untuk mengantisipasi potensi krisis. Ia pun menggambarkan pendekatan BRI dengan analogi kompetisi sepak bola.
Advertisement
"Misal, dalam keadaan normal BRI dapat menang 3-0 yang berarti likuiditas, kualitas, dan profitabilitas berada dalam kondisi baik dan sebaliknya, dalam situasi penuh ketidakpastian, BRI cukup menang 2-1, yakni dengan tetap menjaga likuiditas dan kualitas untuk memastikan keberlanjutan," tuturnya.
"Meskipun profitabilitas bisa sedikit menurun, yang penting adalah kita tetap bertahan," imbuh Sunarso.
Berbekal prinsip tersebut, ia yakin BRI dapat menjaga momentum pertumbuhan BRI di tengah dinamika global dan domestik, serta tetap konsisten memberikan nilai tambah yang signifikan bagi pemegang saham.
"Daya tahan BRI yang kuat dalam menghadapi tantangan eksternal maupun internal telah membuktikan bahwa Perseroan mampu tumbuh secara berkelanjutan," ujar Sunarso.
CAR Jadi Penting
Sunarso mengungkapkan, sebagai bagian dari strategi untuk menjaga keberlanjutan operasional, kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) menjadi penting.
"Rasio CAR BRI yang tinggi menunjukkan fondasi kuat untuk ekspansi bisnis dan mitigasi risiko dan saat ini, CAR BRI tercatat lebih dari 26 persen jauh di atas threshold Basel III, sementara BRI sebenarnya hanya membutuhkan CAR sebesar 17,5 persen untuk meng-cover risiko sesuai ketentuan," ungkapnya.
“Dengan CAR 26 persen, itu berarti kami memiliki ruang lebih dari 7 persen untuk penggunaan modal," imbuh Sunarso.
Dirinya pun mengatakan hal itu menunjukkan bahwa selama lima tahun ke depan, berapa pun laba yang dihasilkan, BRI tidak perlu menahan laba untuk memperkuat modal dan berapa pun laba BRI memang harus dibagi.
(*)
Advertisement
