Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengungkapkan ada sejumlah negara yang meminta Indonesia untuk berinvestasi Salah satu negara-negara ini yakni Filipina, India, dan Amerika Serikat.
"Beberapa negara sebetulnya meminta kita untuk investasi di negaranya masing-masing. Seperti Filipina minta begitu, India minta begitu. Semua konsepnya sebetulnya belajar dari Indonesia," kata Airlangga dalam pembukaan pembukaan Trade Expo Indonesia (TEI) 2025, dikutip Jumat (21/2/2025).
Baca Juga
Airlangga menjelaskan, permintaan investasi datang karena produk dari Indonesia kerap terkena anti dumping.
Advertisement
Karena itu, untuk menghindari kondisi tersebut, banyak negara yang meminta Indonesia berinvestasi di negaranya.
"Ini pengalaman kita di berbagai negara ASEAN. Jadi kalau ada satu misalnya yang diketemukan tidak memenuhi standar, dikembalikan semuanya katanya," cerita Airlangga.
Lebih lanjut, Airlangga menyampaikan bahwa dengan adanya kebijakan tarif dagang baru Presiden AS Donald Trump, Indonesia harus memanfaatkan peluang perdagangan dari negara mitra dagang lainnya.
"Nah tentu dengan perdagangan ini, dengan adanya kebijakan Trump 2.0, kita harus melihat perdagangan ke seluruh dunia. Kita harus menjalin kerjasama dengan 83% dunia," imbuhnya.
Indonesia sendiri tengah menjajaki pasar baru di Afrika, Timur Tengah, hingga Amerika Latin untuk memperluas jaringan perdagangan globalnya.
Upaya ini dilakukan menyusul keanggotaan Indonesia dalam kelompok negara BRICS dan Perjanjian Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pasifik (CPTPP).
"Beberapa kerja sama akan segera diselesaikan. Diversifikasi pasar, seperti ke Afrika, Timur Tengah, dan Amerika Latin, diharapkan bisa tercapai dengan BRICS maupun CPTPP," jelas Airlangga.
Airlangga: Perdagangan RI Aman dari Dampak Perang Dagang AS-China
Selain itu, Airlangga juga memastikan bahwa perdagangan Indonesia masih lancar di tengah perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China, yang terjadi menyusul kebijakan tarif impor baru.
Dia menyebut, pemerintah terus memantau perkembangan dan kondisi perdagangan dunia saat ini.
"Kalau melihat perkembangan yang ada, dari tren ini relatif belum terjadi disrupsi sampai dengan saat ini," terang Airlangga.
Dia juga menegaskan pemberlakuan tarif dagang sebesar 100 persen terhadap negara-negara anggota BRICS oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump belum berlaku untuk Indonesia.
Indonesia sendiri saat ini masih dikenakan tarif dagang 10-20 persen lantaran belum memiliki perjanjian dagang dengan Amerika Serikat.
“Jadi apa yang disampaikan Amerika, baik itu terhadap Kanada maupun Meksiko kan di track. Kemudian terhadap China dinaikkan 10 persen, dan juga terkait dengan baja,” katanya.
Advertisement
Neraca Perdagangan RI Surplus Selama 57 Bulan Berturut-turut
"Tetapi Indonesia sekarang dengan Eropa maupun dengan Amerika kan tidak mendapatkan prevalensi tarif. Jadi kita tetap kena 10-20 persen karena kita belum ada perjanjian dagang sehingga dengan demikian diharapkan kita optimistis dengan perdagangan kita," lanjut Airlangga.
Airlangga juga mencatat, neraca perdagangan Indonesia telah mencapai surplus selama 57 bulan berturut-turut.
“Neraca perdagangan kita sudah surplus selama 57 bulan sejak 2024,” jelasnya.
