Menko Airlangga: Filipina hingga AS Minta RI Investasi

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengungkapkan ada sejumlah negara yang meminta Indonesia untuk berinvestasi Salah satu negara-negara ini yakni Filipina, India, dan Amerika serikat.

oleh Natasha Khairunisa Amani Diperbarui 21 Feb 2025, 13:11 WIB
Diterbitkan 21 Feb 2025, 12:15 WIB
Proyeksi Ekonomi Indonesia 2022
Suasana gedung bertingkat dan permukiman warga di kawasan Jakarta, Senin (17/1/2022). Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 mencapai 5,2 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengungkapkan ada sejumlah negara yang meminta Indonesia untuk berinvestasi Salah satu negara-negara ini yakni Filipina, India, dan Amerika Serikat.

"Beberapa negara sebetulnya meminta kita untuk investasi di negaranya masing-masing. Seperti Filipina minta begitu, India minta begitu. Semua konsepnya sebetulnya belajar dari Indonesia," kata Airlangga dalam pembukaan pembukaan Trade Expo Indonesia (TEI) 2025, dikutip Jumat (21/2/2025).

Airlangga menjelaskan, permintaan investasi datang karena produk dari Indonesia kerap terkena anti dumping.

Karena itu, untuk menghindari kondisi tersebut, banyak negara yang meminta Indonesia berinvestasi di negaranya.

"Ini pengalaman kita di berbagai negara ASEAN. Jadi kalau ada satu misalnya yang diketemukan tidak memenuhi standar, dikembalikan semuanya katanya," cerita Airlangga.

Lebih lanjut, Airlangga menyampaikan bahwa dengan adanya kebijakan tarif dagang baru Presiden AS Donald Trump, Indonesia harus memanfaatkan peluang perdagangan dari negara mitra dagang lainnya.

"Nah tentu dengan perdagangan ini, dengan adanya kebijakan Trump 2.0, kita harus melihat perdagangan ke seluruh dunia. Kita harus menjalin kerjasama dengan 83% dunia," imbuhnya.

Indonesia sendiri tengah menjajaki pasar baru di Afrika, Timur Tengah, hingga Amerika Latin untuk memperluas jaringan perdagangan globalnya.

Upaya ini dilakukan menyusul keanggotaan Indonesia dalam kelompok negara BRICS dan Perjanjian Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pasifik (CPTPP).

"Beberapa kerja sama akan segera diselesaikan. Diversifikasi pasar, seperti ke Afrika, Timur Tengah, dan Amerika Latin, diharapkan bisa tercapai dengan BRICS maupun CPTPP," jelas Airlangga.

 

Airlangga: Perdagangan RI Aman dari Dampak Perang Dagang AS-China

FOTO: Bank Dunia Turunkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Pemandangan gedung perkantoran dan pusat perbelanjaan di Jakarta, Selasa (5/4/2022). Bank Dunia menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 menjadi 5,1 persen pada April 2022, dari perkiraan sebelumnya 5,2 persen pada Oktober 2021. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)... Selengkapnya

Selain itu, Airlangga juga memastikan bahwa perdagangan Indonesia masih lancar di tengah perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China, yang terjadi menyusul kebijakan tarif impor baru.

Dia menyebut, pemerintah terus memantau perkembangan dan kondisi perdagangan dunia saat ini.

"Kalau melihat perkembangan yang ada, dari tren ini relatif belum terjadi disrupsi sampai dengan saat ini," terang Airlangga.

Dia juga menegaskan pemberlakuan tarif dagang sebesar 100 persen terhadap negara-negara anggota BRICS oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump belum berlaku untuk Indonesia.

Indonesia sendiri saat ini masih dikenakan tarif dagang 10-20 persen lantaran belum memiliki perjanjian dagang dengan Amerika Serikat.

“Jadi apa yang disampaikan Amerika, baik itu terhadap Kanada maupun Meksiko kan di track. Kemudian terhadap China dinaikkan 10 persen, dan juga terkait dengan baja,” katanya.

 

Neraca Perdagangan RI Surplus Selama 57 Bulan Berturut-turut

20161018-Ekspor Impor RI Melemah di Bulan September-Jakarta
Aktivitas bongkar muat peti kemas di JICT Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (18/10). Penurunan impor yang lebih dalam dibandingkan ekspor menyebabkan surplus neraca dagang pada September 2016 mencapai US$ 1,22 miliar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

"Tetapi Indonesia sekarang dengan Eropa maupun dengan Amerika kan tidak mendapatkan prevalensi tarif. Jadi kita tetap kena 10-20 persen karena kita belum ada perjanjian dagang sehingga dengan demikian diharapkan kita optimistis dengan perdagangan kita," lanjut Airlangga.

Airlangga juga mencatat, neraca perdagangan Indonesia telah mencapai surplus selama 57 bulan berturut-turut.

“Neraca perdagangan kita sudah surplus selama 57 bulan sejak 2024,” jelasnya.

Infografis Jurus Pemerintahan Prabowo - Gibran Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Jurus Pemerintahan Prabowo - Gibran Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen. (Liputan6.com/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya