Liputan6.com, Jakarta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ingin mendorong literasi keuangan agar masuk ke dalam kurikulum sekolah. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk membekali anak-anak dengan pemahaman keuangan yang baik, sekaligus melindungi mereka dari risiko keuangan yang semakin kompleks di era digital.
"Kita ingin mendorong supaya literasi keuangan itu bisa masuk ke sekolah, kurikulum sekolah," kata Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen OJK, Friderica Widyasari Dewi, saat ditemui di kantor OJK, ditulis Rabu (26/3/2025).
Baca Juga
Saat ini, literasi keuangan belum menjadi bagian integral dari kurikulum sekolah di Indonesia. Padahal, banyak negara maju telah menerapkan pendidikan keuangan sejak dini sebagai bagian dari kurikulum mereka.
Advertisement
Sekolah di luar negeri telah memasukkan mata pelajaran keuangan ke dalam sistem pendidikan mereka untuk membekali siswa dengan keterampilan dasar dalam mengelola uang, memahami investasi, dan menghindari praktik keuangan yang berisiko.
Di Indonesia, inisiatif untuk memasukkan literasi keuangan ke dalam kurikulum sekolah membutuhkan kerja sama dengan berbagai pihak. OJK telah menjalin sinergi dengan Kementerian Agama untuk memastikan bahwa pendidikan keuangan juga dapat diterapkan di sekolah-sekolah yang berada di bawah naungan kementerian tersebut.
"Jadi hubungan yang baik, erat, sinergi dan kolaborasi rasanya sangat penting. Dan kita sekalian tunjukkan bahwa kita perlu membekali anak-anak kita. Mungkin zaman dulu anak-anak kita gak terlalu harus banget ngerti keuangan, tapi beda sama sekarang," ujarnya.
Friderica menyoroti bahwa banyak sekolah yang berada di bawah Kementerian Agama, terutama sekolah berbasis keagamaan, memiliki peran strategis dalam menyebarkan literasi keuangan.
Oleh karena itu, kerja sama erat antara OJK dan Kementerian Agama menjadi langkah penting dalam mewujudkan pendidikan keuangan yang merata bagi semua siswa.
"Karena ternyata sekolah-sekolah yang di luar negeri itu adanya di bawah Kementerian Agama. Jadi kayak sekolah-sekolah yang pokoknya di luar negeri lah, itu tidak di Kementrian Dikdasmen ya, tapi di bawah Kementerian Agama," ujarnya.
Ancaman Keuangan di Era Digital
Lebih lanjut, Friderica mengatakan, perkembangan teknologi membawa perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam cara masyarakat mengelola keuangan.
Saat ini, hampir semua transaksi dapat dilakukan secara digital melalui ponsel pintar, mulai dari pembayaran, investasi, hingga pinjaman online. Kemudahan ini memang memberikan banyak manfaat, tetapi juga menghadirkan risiko, terutama bagi anak-anak dan remaja yang belum memiliki pemahaman yang cukup mengenai dunia keuangan.
Salah satu ancaman terbesar adalah maraknya pinjaman online ilegal. Banyak anak muda yang tergiur dengan kemudahan pinjaman instan tanpa memahami konsekuensinya. Mereka sering kali terjebak dalam skema pinjaman dengan bunga tinggi dan praktik penagihan yang tidak etis.
Selain itu, investasi ilegal juga menjadi ancaman serius. Banyak kasus di mana anak-anak muda terjebak dalam skema investasi bodong karena kurangnya pemahaman mengenai prinsip investasi yang sehat.
"Sekarang dengan era digital sekarang, kalau orang gak ngerti dia salah-salah ngejuain pinjol ilegal, kena investasi ilegal. Jadi yang tadinya masa depannya harapannya cerah, orang tuanya nyekolahin bisa jadi berantakan karena ketidaktahuan. Jadi anak-anak itu harus kita dampingin, harus kita didik gitu loh," ujarnya.
Menurut Friderica, situasi ini sangat berbeda dibandingkan dengan masa lalu. Dulu, anak-anak tidak perlu terlalu memahami keuangan karena transaksi keuangan masih sangat terbatas dan dilakukan oleh orang dewasa.
Namun, di era digital ini, anak-anak sudah memiliki akses luas ke berbagai layanan keuangan hanya dengan menggunakan gadget mereka. Oleh karena itu, mendidik mereka sejak dini menjadi kebutuhan yang mendesak agar mereka tidak salah langkah dalam mengelola keuangan.
"Mungkin zaman dulu anak-anak kita gak terlalu harus banget ngerti keuangan, tapi beda sama sekarang," ujarnya.
Advertisement
Pendidikan Keuangan Sebagai Bentuk Perlindungan bagi Anak-anak
Menurutnya, dengan membekali anak-anak dengan literasi keuangan bukan hanya soal meningkatkan pemahaman mereka tentang uang, tetapi juga sebagai bentuk perlindungan dari berbagai risiko keuangan yang ada di era digital.
"Gak cuma supaya mereka terinklusi, tetapi juga sebenarnya untuk menghindarkan mereka, melindungi mereka dari berbagai kejahatan-kejahatan yang mengintai anak-anak sekarang," ujar Friderica.
Pendidikan keuangan dapat membantu anak-anak memahami bagaimana cara mengelola uang dengan bijak, mengenali potensi risiko, serta membuat keputusan keuangan yang tepat.
"Sekarang kan semua digital gitu loh, dengan jempol lah, dengan gadget kita, kita bisa terhubung kepada berbagai risiko-risiko yang mengintai anak-anak kita," pungkasnya.
