Penjelasan PLN soal Mati Lampu Parah di Sumut

PLN mengakui pemadaman bergilir yang terjadi di Sumatera bagian Utara (Sumbagut) disebabkan defisit pasokan listrik di wilayah itu.

oleh Nurseffi Dwi Wahyuni diperbarui 20 Sep 2013, 07:25 WIB
Diterbitkan 20 Sep 2013, 07:25 WIB
mati-lampu130118c.jpg

PT PLN (Persero) mengakui pemadaman bergilir yang terjadi di Sumatera bagian Utara (Sumbagut) disebabkan defisit pasokan listrik di wilayah itu.

"Jumlah pasokan lebih rendah dibanding permintaan. Karena itu diperlukan pengurangan beban atau pemadaman bergilir sejak beberapa waktu lalu. Dua hari terakhir ini kondisinya paling buruk," jelas Direktur Utama PLN Nur Pamudji seperti ditulis Jumat (20/9/2013).

Nur Pamudji menuturkan kejadian ini adalah kondisi force majeur karena adanya pemeliharaan pembangkit untuk mengamankan kondisi pembangkit yang sudah lama tidak dilakukan pemeliharaan.

"Lebih baik pembangkit itu dipadamkan untuk dipelihara selama 65 hari dan nanti dihidupkan kembali," terang dia.

Untuk itu, PLN memohon maaf atas terjadinya pemadaman yang  menimbulkan ketidaknyamanan ini.  PLN juga sangat menyesal pemadaman bergilir harus terjadi. Menurut dia, ini adalah jalan terbaik yang bisa ditempuh untuk mengamankan kondisi pembangkit dari kerusakan yang lebih parah. Dua pembangkit yang dilakukan pemeliharaan tersebut adalah PLTU Labuhan Angin dan PLTGU Belawan.

"Dua minggu yang lalu kedua pembangkit yang memang sudah waktunya dipelihara tersebut dibuka dan didapati kondisi yang tidak bisa dipertahankan lagi. Harus dilakukan pemeliharaan. Spare part sudah siap dan waktu pemeliharaan selama 65 hari," tutur dia.

Idealnya dalam suatu sistem memang ada cadangan pasokan yang cukup sehingga ketika diperlukan pemeliharaan pada pembangkit besar kekurangan pasokan bisa di-cover oleh cadangan tersebut. Namun memang kondisi normal di Sumbagut cadangan demikian terbatas.

Kondisi ini sudah diprediksi sejak beberapa waktu lalu dan PLN telah mendatangkan mesin-mesin pembangkit tambahan dari luar Medan dan Sumut. Namun memang pemadaman bergilir tidak bisa dihindari.

"Untuk obyek-obyek vital seperti rumah sakit, bandara dan lain-lain diprioritaskan dan dijaga supaya tidak mengalami pemadaman," jelas Nur Pamudji.

Dia berharap masyarakat Sumatera Utara tidak merespons hal ini dengan tindakan anarkis karena hal itu hanya akan merugikan semua pihak.

"Kami mohon dengan rendah hati kepada masyarakat Sumatera Utara untuk dapat menerima kondisi sementara ini. Inilah jalan terbaik karena kita berpikir jangka panjang," paparnya. (Ndw)


Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya