Menolong orang lain memang kerap mendatangkan berkah bagi si penolong. Inilah yang dialami Firmansyah, Pemilik Sancu Creative Indonesia, perusahaan manufaktur dengan produk sandal-sandal lucu atau disingkat Sancu.
Berawal dari ketidaksengajaan, bisnis kreatif ini sukses menjadi ladang pundi-pundi uang bagi Firman, begitu nama panggilannya. Padahal Pria yang masih menyandang status Pegawai Negeri Sipil (PNS) Kementerian Perdagangan di Ciracas, Jakarta Timur ini mengaku tak tertarik sebelumnya menjadi seorang wirausaha.
"Awalnya saya cuma menolong teman mengambilkan tas di atas lemari, tapi tiba-tiba yang jatuh malah sandal berbentuk lucu. Nah dari situ terbersit keinginan pokoknya saya harus menjadi distributor besar sandal unik di Jabodetabek," cerita dia sambil mengingat empat tahun silam kepada Liputan6.com di JIExpo Kemayoran, Jakarta, seperti ditulis Senin (21/10/2013).
Berbekal tekad tersebut, Firman akhirnya memutuskan untuk menggandeng para pengrajin di Sidoarjo dengan memulai produksi perdana sebanyak 1.800 pasang sandal selama sepekan.
"Kami punya ide dan desain, tapi pengrajin punya alat jadi kami bekerja sama. Dengan pemasaran dari mulut ke mulut dan teman, keuntungan yang diperoleh dari jualan sandal digunakan untuk tambahan modal demi meningkatkan produksi menjadi 300 ribu pasang per bulan," jelas Pria lulusan D3 Jurusan Elektro Industri dari Institut Teknologi Surabaya (ITS) itu.
Saat ini, dia mengaku, telah memiliki 30 jenis desain sandal, mulai dari karakter kartun sampai bergambar hewan-hewan lucu yang akan memikat mata siapapun yang melihat. Firman bilang, harga jual sandal lucu tersebut berkisar Rp 25 ribu hingga Rp 35 ribu per bulan. Harga itu adalah harga jual ke konsumen, sedangkan pihaknya akan menetapkan harga lebih murah kepada para agen.
"Bisnis kami berantai, jadi dari kami (di pusat) mendistribusikan sandal ke agen. Dari agen ke reseller, dan bahkan dari reseller ke reseller lagi baru sampai ke tangan pembeli. Sekarang sudah ada 127 agen di seluruh Indonesia, sedangkan jumlah reseller telah mencapai ribuan orang," ujar dia.
Jebolan Sarjana Teknik Industri Universitas Mercu Buana ini juga mengatakan, desain unik dan penampilan eye catching ternyata memikat banyak pembeli lokal maupun asing untuk memburu produk sancu.
"Pemasaran produk kami sudah tersebar ke seluruh Indonesia, mulai Jabodetabek, Jawa Barat hingg Indonesia Timur seperti Papua. Untuk ekspor masih menyasar ke Malaysia, sehingga kalau dihitung total omzet per bulan bisa mencapai Rp 4 miliar," bangganya.
Saking larisnya, Firman mengklaim bahwa Sancu merupakan pemimpin pasar di kelasnya selama empat tahun berturut-turut. Tak heran bila dia berambisi untuk memperbesar porsi ekspor sancu ke berbagai negara.
"Target tahun ini ingin ekspor sancu ke Brunei Darussalam, Aljazair, India, Libia. Mereka berencana memesan sancu sekitar 25 ribu pasang. Serta berharap masuk ke retail modern, seperti carrefour, dan sebagainya," tandas dia yang berhasil memberi kesempatan kerja kepada 500 pengrajin dan 70 karyawan itu. (Fik/Ndw)
Berawal dari ketidaksengajaan, bisnis kreatif ini sukses menjadi ladang pundi-pundi uang bagi Firman, begitu nama panggilannya. Padahal Pria yang masih menyandang status Pegawai Negeri Sipil (PNS) Kementerian Perdagangan di Ciracas, Jakarta Timur ini mengaku tak tertarik sebelumnya menjadi seorang wirausaha.
"Awalnya saya cuma menolong teman mengambilkan tas di atas lemari, tapi tiba-tiba yang jatuh malah sandal berbentuk lucu. Nah dari situ terbersit keinginan pokoknya saya harus menjadi distributor besar sandal unik di Jabodetabek," cerita dia sambil mengingat empat tahun silam kepada Liputan6.com di JIExpo Kemayoran, Jakarta, seperti ditulis Senin (21/10/2013).
Berbekal tekad tersebut, Firman akhirnya memutuskan untuk menggandeng para pengrajin di Sidoarjo dengan memulai produksi perdana sebanyak 1.800 pasang sandal selama sepekan.
"Kami punya ide dan desain, tapi pengrajin punya alat jadi kami bekerja sama. Dengan pemasaran dari mulut ke mulut dan teman, keuntungan yang diperoleh dari jualan sandal digunakan untuk tambahan modal demi meningkatkan produksi menjadi 300 ribu pasang per bulan," jelas Pria lulusan D3 Jurusan Elektro Industri dari Institut Teknologi Surabaya (ITS) itu.
Saat ini, dia mengaku, telah memiliki 30 jenis desain sandal, mulai dari karakter kartun sampai bergambar hewan-hewan lucu yang akan memikat mata siapapun yang melihat. Firman bilang, harga jual sandal lucu tersebut berkisar Rp 25 ribu hingga Rp 35 ribu per bulan. Harga itu adalah harga jual ke konsumen, sedangkan pihaknya akan menetapkan harga lebih murah kepada para agen.
"Bisnis kami berantai, jadi dari kami (di pusat) mendistribusikan sandal ke agen. Dari agen ke reseller, dan bahkan dari reseller ke reseller lagi baru sampai ke tangan pembeli. Sekarang sudah ada 127 agen di seluruh Indonesia, sedangkan jumlah reseller telah mencapai ribuan orang," ujar dia.
Jebolan Sarjana Teknik Industri Universitas Mercu Buana ini juga mengatakan, desain unik dan penampilan eye catching ternyata memikat banyak pembeli lokal maupun asing untuk memburu produk sancu.
"Pemasaran produk kami sudah tersebar ke seluruh Indonesia, mulai Jabodetabek, Jawa Barat hingg Indonesia Timur seperti Papua. Untuk ekspor masih menyasar ke Malaysia, sehingga kalau dihitung total omzet per bulan bisa mencapai Rp 4 miliar," bangganya.
Saking larisnya, Firman mengklaim bahwa Sancu merupakan pemimpin pasar di kelasnya selama empat tahun berturut-turut. Tak heran bila dia berambisi untuk memperbesar porsi ekspor sancu ke berbagai negara.
"Target tahun ini ingin ekspor sancu ke Brunei Darussalam, Aljazair, India, Libia. Mereka berencana memesan sancu sekitar 25 ribu pasang. Serta berharap masuk ke retail modern, seperti carrefour, dan sebagainya," tandas dia yang berhasil memberi kesempatan kerja kepada 500 pengrajin dan 70 karyawan itu. (Fik/Ndw)