Penggunaan internet di kalangan pebisnis kini sudah menjadi kebutuhan prioritas agar perusahaan bisa bersaing dengan kompetitornya. Berbagai cara termasuk dana besar-besaran rela dirogoh dari kas perusahaan agar bisa memudahkan operasional melalui penggunaan internet.
Bahkan kini, perusahaan telekomunikasi semakin memberikan kemudahan bagi pebisnis untuk berlangganan internet sesuai kemampuan keuangannya.
Meski berbagai kemudahan sudah disediakan, masih saja ada kalangan pebisnis yang memandang remeh dampak internet pada pengembangan bisnis perusahaan.
Hasil penelitian Asosiasi Peneyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) dan Badan Pusat Statistik (BPS) bertajuk Penggunaan dan Penyerapan Sarana Komunikasi dan Teknologi Informasi (P2SKTI) menunjukan pengusaha restoran atau rumah makan selama ini merupakan pebisnis paling irit dalam hal penyediaan akses internet untuk menunjang usahanya.
Tercatat hanya 8,19% pengusaha makanan yang rela membayar tarif internet di atas Rp 1 juta per bulan. Para pengusaha ini memilih untuk berlangganan internet dengan tarif lebih murah. Hasil survei APJII dan BPS menemukan, lebih dari 54% pengusaha restoran cenderung berlangganan internet bertarif di bawah Rp 500 ribu per bulan.
Pola bisnis yang dilakukan pengusaha makanan ini justru berbanding terbalik dengan tiga industri lainnya yaitu sektor manufaktur, hotel dan bisnis. Ketiga sektor usaha ini rela berlangganan internet dengan tarif termahal dengan persentase pembayaran masing-masing di atas 30% tarif langganan.
Meski diakui, jumlah persentase langganan internet bertarif di bawah Rp 500 ribu di ketiga sektor tersebut masih terbilang tinggi yaitu mencapai di bawah 40%.
Sebagai informasi, dalam penelitiannya kali ini, APJII dan BPSÂ menggolongan tarif berlanggaran internet kalangan dunia usaha ke dalam tiga kategori yaitu, di bawah Rp 500 ribu, di kisaran Rp 500 ribu - Rp 1 juta, dan di atas Rp 1 juta per bulan.
"Untuk biaya berlangganan, kami membaginya ke dalam tiga kategori tarif untuk empat sektor industri berbeda," ungkap Ketua Umum APJII Semuel A. Pangerapan di Jakarta, Rabu (15/1/2014).
Selain data pelanggan internet, survei kali ini juga menemukan loyalitas pebisnis sektor perhotelan merupakan yang tertinggi dibandingkan sektor lainnya. Sebanyak 40,06% pengusaha hotel di Indonesia menyediakan akses internet dengan tarif di atas Rp 1 juta per bulan.
Industri perhotelan juga terhitung paling jarang berlangganan koneksi internet bertarif di bawah Rp 500 ribu per bulan dengan persentase sejumlah 25,5%.
Sementara pengusaha di sektor manufaktur dan bisnis tercatat memiliki persentase rata-rata tarif berlangganan internet yang hampir setara untuk setiap kategori dalam penelitian tersebut.(Sis/Shd)
Bahkan kini, perusahaan telekomunikasi semakin memberikan kemudahan bagi pebisnis untuk berlangganan internet sesuai kemampuan keuangannya.
Meski berbagai kemudahan sudah disediakan, masih saja ada kalangan pebisnis yang memandang remeh dampak internet pada pengembangan bisnis perusahaan.
Hasil penelitian Asosiasi Peneyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) dan Badan Pusat Statistik (BPS) bertajuk Penggunaan dan Penyerapan Sarana Komunikasi dan Teknologi Informasi (P2SKTI) menunjukan pengusaha restoran atau rumah makan selama ini merupakan pebisnis paling irit dalam hal penyediaan akses internet untuk menunjang usahanya.
Tercatat hanya 8,19% pengusaha makanan yang rela membayar tarif internet di atas Rp 1 juta per bulan. Para pengusaha ini memilih untuk berlangganan internet dengan tarif lebih murah. Hasil survei APJII dan BPS menemukan, lebih dari 54% pengusaha restoran cenderung berlangganan internet bertarif di bawah Rp 500 ribu per bulan.
Pola bisnis yang dilakukan pengusaha makanan ini justru berbanding terbalik dengan tiga industri lainnya yaitu sektor manufaktur, hotel dan bisnis. Ketiga sektor usaha ini rela berlangganan internet dengan tarif termahal dengan persentase pembayaran masing-masing di atas 30% tarif langganan.
Meski diakui, jumlah persentase langganan internet bertarif di bawah Rp 500 ribu di ketiga sektor tersebut masih terbilang tinggi yaitu mencapai di bawah 40%.
Sebagai informasi, dalam penelitiannya kali ini, APJII dan BPSÂ menggolongan tarif berlanggaran internet kalangan dunia usaha ke dalam tiga kategori yaitu, di bawah Rp 500 ribu, di kisaran Rp 500 ribu - Rp 1 juta, dan di atas Rp 1 juta per bulan.
"Untuk biaya berlangganan, kami membaginya ke dalam tiga kategori tarif untuk empat sektor industri berbeda," ungkap Ketua Umum APJII Semuel A. Pangerapan di Jakarta, Rabu (15/1/2014).
Selain data pelanggan internet, survei kali ini juga menemukan loyalitas pebisnis sektor perhotelan merupakan yang tertinggi dibandingkan sektor lainnya. Sebanyak 40,06% pengusaha hotel di Indonesia menyediakan akses internet dengan tarif di atas Rp 1 juta per bulan.
Industri perhotelan juga terhitung paling jarang berlangganan koneksi internet bertarif di bawah Rp 500 ribu per bulan dengan persentase sejumlah 25,5%.
Sementara pengusaha di sektor manufaktur dan bisnis tercatat memiliki persentase rata-rata tarif berlangganan internet yang hampir setara untuk setiap kategori dalam penelitian tersebut.(Sis/Shd)