Tanaman Kemiri Sunan Dikembangkan untuk Bisa Kurangi Impor BBM

Buah kemiri sunan ternyata bisa digunakan sebagai bahan bakar nabati (BBN) dan sumber biodiesel.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 09 Feb 2014, 11:00 WIB
Diterbitkan 09 Feb 2014, 11:00 WIB
kemiri-1-131214b.jpg
Buah kemiri sunan ternyata bisa digunakan sebagai bahan bakar nabati (BBN) dan sumber biodiesel. Pengembangan tanaman kemiri sunan menjadi upaya pemerintah untuk mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor bahan bakar minyak (BBM).

Salah satu tempat pengembangan kemiri sunan adalah di Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri yang terletak di Pakuwon, Sukabumi, Jawa Barat. Langkah ini mendapat perhatian dari pemerintah, terutama tiga Kementerian, yakni Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Kementerian Keuangan (Kemenkeu) serta Kementerian Pertanian (Kementan).

Dalam upaya pengembangan kemiri sunan sebagai BBN, beberapa pejabat melakukan kunjungan kerja ke Balai Tanaman Industri tersebut hari Minggu ini (9/2/2014) antara lain, Wamen ESDM Susilo Siswoutomo, dan Kepala Badan Litbang Kementerian Pertanian Haryono serta Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Rida Mulyana, Direktur Utama PT PLN Persero, Nur Pamudji.

Kemiri Sunan adalah tanaman yang berasal dari Filiphina yang saat ini banyak tumbuh di Indonesia. Tanaman dengan nama latin Reutealis trisperma (Blanco) Airy Shaw itu tersebar di daerah dataran rendah hingga sedang, baik di hutan maupun ditanam di sekitar perkotaan.

Tanaman kemiri sunan dapat berfungsi ganda. Yakni selain sebagai tanaman konservasi untuk merehabilitasi lahan-lahan kritis, biji kemiri sunan juga dapat menghasilkan minyak sebagai bahan baku biodiesel.

Dari sisi produktivitas minyak, kemiri sunan lebih baik dari tanaman penghasil minyak nabati lain, seperti sawit, jarak pagar atau nyamplung. Kemiri sunan sudah mulai berbuah sejak umur 4 tahun dan mulai mencapai puncak berbuah pada umur 8 tahun.

Produktivitas biji bisa berkisar 50-300 kilogram (kg) per ph per tahun dengan rendaman minyak kasar sekitar 52% dari kernel dan rendaman biodiesel mencapai 88% dari minyak kasar, sementara sisanya berupa gliserol.

Kemiri sunan dapat menjadi sumber pasokan diversifikasi bahan baku untuk menghasilkan minyak biodiesel yang ramah lingkungan (satu hektar lahan dengan 100-150 pohon kemiri sunan dapat menghasilkan 6-8 ton biodiesel per tahun). Ini sebagai pengganti dan mengurangi ketergantungan pada impor BBM.

Di tingkat pengusaha pengolahan minyak, dengan asumsi satu liter biodiesel diperoleh dari 2,5 kg biji kering. Harga biji kemiri sunan Rp 1.000 per kg dan biaya proses Rp 2.500 per liter, maka biaya produksi biodiesel diperkirkan sekitar Rp 4.500. Dengan perhitungan harga harga biosolar Rp 7.000 per liter diperoleh keuntungan Rp 2.500 per liter (bruto) tergantung infrastruktur.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), impor minyak dan gas (migas) sepanjang 2013 tercatat senilai US$ 45,27 miliar atau meningkat dari realisasi 2012 sebesar US$ 42,56 miliar.

Dari jumlah itu, impor minyak mentah sampai dengan akhir tahun lalu mengalami kenaikan signifikan sebesar 25,76% menjadi US$ 13,59 milar dari periode sebelumnya US$ 10,80 miliar.

Sedangkan impor minyak mentah dari US$ 28,68 miliar di 2012 turun 0,39% menjadi US$ 28,57 miliar di 2013. Impor gas juga terkerek naik 1,02% menjadi US$ 3,11 miliar dari US$ 3,08 miliar di 2012. (Fik/Igw)

Baca Juga:

Pemerintah Sulap Kemiri Jadi Bahan Bakar Nabati

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya