Bahlil Belum Akan Perbanyak Impor BBM dan LNG dari Amerika Serikat

Kementerian ESDM tengah menghitung berapa angka impor minyak dan LPG yang bisa lebih diperbanyak dari Amerika Serikat (AS).

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana Diperbarui 09 Apr 2025, 15:14 WIB
Diterbitkan 09 Apr 2025, 15:14 WIB
Bahlil Belum Akan Perbanyak Impor BBM dan LNG dari Amerika Serikat
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia. (Foto: Liputan6.com/Maulandy R)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Prabowo Subianto bakal bernegosiasi dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, untuk pengenaan tarif resiprokal sebesar 32 persen. Termasuk untuk komoditas energi yang angka impornya bakal diperbesar, guna mengecilkan surplus perdagangan RI terhadap Amerika Serikat. 

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan, pihaknya tengah menghitung berapa angka impor minyak dan LPG yang bisa lebih diperbanyak dari Negeri Paman Sam. 

Kendati begitu, ia membantah pemerintah juga akan menggenjot porsi impor komoditas energi lain semisal produk bahan bakar minyak (BBM) dan gas alam cair (LNG). 

"Sampai hari ini yang kami hitung adalah LPG dan minyak. Sementara komoditas lainnya di sektor BBM kami belum menghitung, karena belum ada kebutuhan juga," ujar Bahlil di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (9/4/2025).

Adapun Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto sebelumnya menyatakan, pemerintah menimbang untuk realokasi pembelian LNG dari Amerika. 

"Nah, kemudian juga pembelian daripada engineering product, dan juga dengan pembicaraan dengan Menteri ESDM, juga kita arahan Pak Presiden, kita juga disiapkan untuk membeli LPG dan LNG, peningkatan dari Amerika, tetapi ini tidak menambah, tetapi realokasi pembelian, switch, jadi tidak mengganggu APBN," beber Airlangga. 

Namun, Bahlil mengaku belum tahu realokasi impor LNG dari Amerika Serikat jadi salah satu opsi nego dengan pemerintahan Trump. 

"Enggak tahu ya, tanya Menko kalau begitu. Yang saya mau tanggapi statemen dari Kementerian ESDM. Saya enggak mau menanggapi yang saya tidak tahu," kata Bahlil.

Konfirmasi senada dilontarkan oleh Pelaksana Harian (Plh) Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM, Tri Winarno. Menurutnya, pemerintah belum akan menggenjot angka impor LNG dari Amerika. 

"Enggak, kita enggak kok untuk LNG. Memang ada transaksi antara Pertamina dengan, lupa saya. Tapi kan dijualnya di luar, bukan di kita," ujar Tri Winarno kepada Liputan6.com.

 

Genjot Impor Minyak dan LPG

Beli LPG Pakai KTP
Pekerja menata tabung liquefied petroleum gas (LPG) 3 Kg di sebuah agen di kawasan Jakarta, Rabu (27/12/2023). Pemerintah mendorong penyaluran LPG 3 Kg lebih tepat sasaran dengan menggunakan Kartu Tanda Penduduk (KTP) mulai 1 Januari 2024. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Di sisi lain, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengatakan, ia telah mendapat perintah langsung dari Prabowo, untuk melihat potensi barang apa saja yang bisa dibeli lebih banyak dari Amerika Serikat. Khususnya di sektor ESDM, di mana 54 persen daripada impor LPG berasal dari Amerika Serikat. 

"Kita tahu bahwa impor minyak kita cukup besar. Ini yang kami lagi meng-exercise untuk kemudian dijadikan salah satu komoditas yang bisa kita beli di Amerika," ujar Bahlil di tempat yang sama. 

Menurut perhitungannya, porsi impor minyak Indonesia dari Amerika Serikat baru sekitar 4 persen. Sejauh ini, impor minyak untuk konsumsi dalam negeri masih lebih banyak dari Singapura, Timur Tengah, Afrika, hingga Amerika Latin. 

"Kita akan meng-excercise (lebih banyak impor dari Amerika Serikat), sehingga bisa mengurangi defisit neraca perdagangan kita," imbuh Bahlil. 

Namun, bukan berarti impor minyak dari negara-negara tersebut bakal dihentikan. "Ya tidak disetop juga. Volumenya yang mungkin dikurangi," tegas Bahlil.

 

Hitung Nilai Keekonomian

Sementara untuk memperbesar porsi impor LPG, Bahlil mengaku telah menghitung nilai keekonomiannya. Ia pun yakin ongkos mendatangkan LPG dari Negeri Paman Sam tidak akan membebani belanja. 

"Logikanya harusnya lebih mahal karena transportasinya. Tapi buktinya harga LPG dari Amerika sama dengan dari Middle East," kata Bahlil. 

"Jadi saya pikir semua ada cara untuk kita menghitung. Dalam bisnis yang penting adalah produk yang diterima di negara kita adalah dengan harga yang kompetitif," tuturnya.

 

Infografis Rencana Migrasi Kompor Gas LPG 3 Kg ke Kompor Listrik Induksi. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Rencana Migrasi Kompor Gas LPG 3 Kg ke Kompor Listrik Induksi. (Liputan6.com/Trieyasni)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya