Liputan6.com, Jakarta- Sukses yang digapai Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir di Olimpiade Rio de Janeiro 2016 membuat Taufik Hidayat teringat momen Olimpiade 2004 Athena. Ia yakin beban yang diemban Tontowi/Liliyana begitu besar.
Taufik adalah salah satu penyambung tradisi emas Indonesia di Olimpiade yang selalu didapat dari cabang bulu tangkis. Sukses Taufik direngkuh pada Olimpiade 2004. Kala itu, Taufik sukses menyumbang emas setelah menaklukkan Shon Seung-mo 15-8, 15-7.
Punya pengalaman hebat seperti itu, Taufik pun ikut mengapresiasi perjuangan Tontowi/Liliyana di Olimpiade 2016. Itu yang membuat Taufik ikut menghadiri acara penyambutan Tontowi/Liliyana.
Baca Juga
"Ini adalah pencapaian yang sama, hanya tahunnya yang berbeda. Tekanan bermain di Olimpiade begitu besar. Ini adalah momen empat tahun sekali, jadi wajib dimaksimalkan atau kita harus menunggu empat tahun lagi," tutur Taufik, Selasa (23/8/2016).
Sejatinya, tradisi emas bulu tangkis Indonesia di Olimpiade sempat terputus di Olimpiade 2012 London. Bahkan, tak ada satu pun wakil bulu tangkis Indonesia yang mampu menyumbang medali saat itu. Bisa dibilang, itu adalah titik terendah dalam sejarah bulu tangkis Indonesia.
Itu yang membuat masyarakat Indonesia begitu bangga ketika Tontowi/Liliyana memastikan kemenangan 21-14, 21-12 atas Chang Peng Soon/Goh Liu Ying (Malaysia) di final ganda campuran. Kebanggaan besar juga dirasakan Taufik.
Sukses Tontowi/Liliyana itu membuat Taufik semakin yakin bulu tangkis Indonesia bisa melanjutkan kejayaan di Olimpiade Tokyo 2020. Namun, ada satu masalah yang disoroti menantu Agum Gumelar tersebut.
"Mudah-mudahan ini berlanjut pada Olimpiade 2020. Kami masih memiliki pemain-pemain muda hebat. Tapi, memang harus diakui stok tunggal putri kami minim. Kalau bisa saya ingin minta Susi Susanti main lagi," kata Taufik.
"Mudah-mudahan dukungan pemerintah membuat anak-anak Indonesia mulai tertarik menjadi atlet. Bonus dan fasilitas yang diberikan pemerintah kepada atlet-atlet Indonesia kini sudah memuaskan."
Advertisement