Liputan6.com, Jakarta - Kurniawan Dwi Yulianto menjadi satu-satunya calon Ketua Umum PSSI 2016-2020 yang berstatus sebagai mantan pemain. Meski menjadi minoritas, Kurniawan tak ragu bersaing dengan delapan pesaing utama dalam bursa kandidat pemilihan PSSI.
Visi dan misi Kurniawan pun disampaikan dalam acara Debat Calon Ketua Umum PSSI yang digagas Liputan6.com dan PSSI Pers di SCTV Tower, Selasa (10/4/2016). Dalam pemaparannya, ia berulang kali menegaskan pentingnya pembinaan sepak bola usia dini.
Baca Juga
"Menurut saya, pembinaan usia dini saat ini masih liar. Artinya, siapa pun bisa mengaku membina usia dini. Okelah niat mereka benar. Namun, yang menjalankan itu tidak benar. Tak sedikit yang justru mematikan usia anak-anak tersebut. Harus ada standarisasi SSB untuk semua komponen. Mulai dari kurikulum yang berbeda untuk setiap usia," tutur Kurniawan.
Kurniawan juga mengajak Indonesia untuk tak malu mencontoh sistem pembinaan sepak bola usia muda negara tetangga seperti Thailand. Menurutnya, program yang disusun Thailand untuk pembinaan usia muda sudah begitu terencana.
"Tim usia muda mereka memiliki gaya bermain yang sama dengan tim senior. Itu karena mereka memiliki program yang sangat jelas," ucap Kurniawan menegaskan.
Meski begitu, Kurniawan juga tak terlalu ngotot menjadi pemenang dalam Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI 17 Oktober 2016. Ia akan bersikap legowo pada siapa pun yang terpilih voters di KLB PSSI nanti. Namun, ia juga menitipkan pesan untuk dijalankan Ketua Umum yang baru.
"Siapa pun yang terpilih, harapan saya adalah mereka menjalankan visi dan misinya tanpa rekayasa. Apa yang mereka sampaikan harus dijalani dengan benar-benar. Segala sesuatu tidak bisa diakal-akalin. Jadi, saya mau benar-benar berjalan dengan alami," kata Kurniawan.
"Proses pembinaan usia dini harus dilakukan secara serius. Sebab, mereka adalah pilar timnas di masa depan."
Advertisement