Liputan6.com, Jakarta - Lengkap sudah komposisi semifinalis Liga Champions musim ini. Rabu (19/04/2017) WIB, dua klub asal Kota Madrid, Real dan Atletico, memastikan tampil di 4-besar. Keesokan harinya, Juventus dan AS Monaco menyusul keduanya.
Bila diperhatikan, hasil babak perempat final sungguhlah menarik. Semua tim yang lolos ke semifinal memiliki kostum utama dengan unsur putih. Mereka pun sama-sama menyingkirkan klub dengan kostum utama tanpa unsur putih.
Tengok saja, Madrid (putih) mengalahkan Bayern Munchen (merah). Atletico (merah-putih) menaklukkan Leicester City (biru). Juventus (hitam-putih) menggugurkan Barcelona (merah-biru), dan Monaco (merah-putih) menghentikan langkah Borussia Dortmund (kuning-hitam). Sepanjang era Liga Champions, ini kali pertama keempat semifinalis memiliki kostum utama dengan unsur warna putih. Kalau semua finalis tanpa unsur putih di kostum utama sih sudah sering tersaji.
Baca Juga
Advertisement
Pekan ini, putih yang biasanya diasosiasikan dengan kemurnian, kesucian, dan kebersihan, memang tiba-tiba saja menjadi simbol kemenangan. Di pemilihan gubernur DKI Jakarta saja, berdasarkan hasil hitung cepat beberapa lembaga survei pada Rabu lalu, pasangan kemeja putih polos mengalahkan pasangan kemeja kotak-kotak dengan dominasi warna merah dan hitam.
Dari keempat klub semifinalis Liga Champions kali ini, Monaco adalah warna berbeda. Klub asuhan Leonardo Jardim tersebut terbilang muka baru karena sudah sangat lama tak menembus semifinal. Kali terakhir pada 2003-04 ketika Monaco hanya finis sebagai runner-up.
Ini berbeda dengan tiga semifinalis lain yang dalam beberapa musim terakhir tergolong kekuatan utama di Liga Champions. Madrid adalah sang petahana yang juga juara pada 2013-14. Atletico dua kali menjadi runner-up pada 2013-14 dan 2015-16. Adapun Juventus merupakan runner-up musim 2014-15.
Hal lain yang membedakan Les Rouges et Blanc adalah skuatnya yang dijejali pemain-pemain muda. Di antara empat semifinalis, Monaco adalah klub dengan rerata umur termuda, 25,31 tahun. Berdasarkan data CIES Football Observatory, di lima liga teratas Eropa, Monaco menempati urutan ke-8 di daftar klub dengan skuat termuda. Hanya Toulouse, RB Leipzig, Bayer Leverkusen, OGC Nice, Granada CF, FC Nantes, dan AC Milan yang memiliki skuat lebih muda.
Jalan Baru
Monaco juga semifinalis dengan nilai skuat terendah. Menurut Transfermarkt, valuasi total seluruh pemain di skuat asuhan Jardim hanya 197,8 juta euro. Itu terpaut sangat jauh dari skuat termurah kedua, Juventus, yang senilai 450,8 juta euro. Apalagi dengan Madrid yang mencapai 764,8 juta euro.
Toh, meskipun murah, Kylian Mbappe cs. mampu menunjukkan permainan apik dan terbilang subur. Sepanjang fase gugur, mereka selalu mencetak tiga gol di setiap pertandingan. Total 12 gol dalam empat laga itu sama dengan yang ditorehkan Madrid. Namun, tiga dari 12 gol Los Blancos dibuat pada perpanjangan waktu.
Soal skuat muda tanpa bintang besar memang jalan baru Monaco yang sempat menggebrak dunia dengan membelanjakan uang 150 juta euro hanya untuk tiga pemain saat kembali promosi ke Ligue 1 pada 2013-14. Ketiga pemain bintang yang saat itu diboyong ke Stade Louis II adalah Radamel Falcao, James Rodriguez, dan Joao Moutinho. Gebrakan tersebut membuat mereka disebut-sebut sebagai pesaing utama Paris Saint-Germain yang juga jorjoran berkat kedatangan pemilik anyar.
Akan tetapi, Monaco tak bisa melanjutkan kebijakan tersebut. Hukuman dari UEFA karena pelanggaran terhadap aturan Financial Fair Play memaksa Monaco mencari jalan lain. Demi mengurangi beban finansial, James dilepas ke Madrid, sedangkan Falcao dipinjamkan ke Manchester United.
Keadaan makin buruk karena perceraian sang pemegang saham mayoritas, Dmitry Rybolovlev. Oleh pengadilan, pria asal Rusia itu diharuskan menyerahkan hartanya sebesar 4,5 miliar dolar AS kepada mantan istrinya. Itu jumlah terbesar dalam sejarah. Rybolovlev memang akhirnya mampu menegosiasikan hal tersebut. Namun, jumlah yang harus diserahkannya tetaplah besar. Meskipun ini masalah pribadi, tetap saja Monaco terkena imbas karena kantong sang pemilik menjadi lebih kempis.
Demi memenuhi tuntutan berprestasi tanpa melanggar aturan lagi, Monaco lantas mengubah kebijakan transfer. Mereka mengalihkan fokus pada pencarian pemain-pemain muda berkualitas namun tidak berbanderol mahal. Bernardo Silva, Tiemoue Bakayako, Thomas Lemar, Djibril Sidibe, dan Benjamin Mendy yang jadi pilar saat ini adalah hasilnya. Harga mereka tak ada yang melebihi 16 juta euro.
Di samping itu, Les Rouge et Blanc juga makin rajin mengorbitkan pemain-pemain dari sektor junior. Sosok tersuksesnya tentu saja Mbappe yang dipromosikan dari tim U-19 pada musim lalu. Kini, banyak klub besar yang mulai mengarahkan pandangan kepada striker yang diyakini bakal meneruskan jejak Thierry Henry dan David Trezeguet tersebut.
Advertisement
Meniru Porto
Soal transfer, Monaco terlihat meniru langkah FC Porto. Mereka membeli pemain dengan harga murah, mengorbitkannya, lalu menjualnya dengan harga berlipat-lipat tanpa menunggu waktu lama. Contohnya Anthony Martial. Monaco mengeluarkan 5 juta euro saja pada 2013 untuk mendapatkan pemain ini dari Olympique Lyon B. Hanya dua tahun berselang, Monaco mendapatkan 50 juta euro dari Man. United.
Skema yang sama juga berlaku pada para pemain lain macam Geoffrey Kondogbia dan Layvin Kurzawa. Kedua pemain itu sama-sama mendatangkan keuntungan sekitar 20 juta euro. Langkah ini penting mengingat neraca keuangan Monaco harus betul-betul sehat pada 2017 ini.
Kebijakan ini pun secara otomatis membuka pintu lebar-lebar bagi klub mana pun yang menginginkan bintang Monaco. Asalkan sang peminat sanggup memenuhi banderol yang ditempelkan, manajemen Monaco tak akan berkeras menahan sang pemain.
Menilik kiprah ciamik musim ini, Les Rouges et Blanc sepertinya akan mengalami eksodus lumayan besar pada akhir musim nanti. Selain Mbappe, nama-nama lain yang juga diperkirakan bakal hengkang adalah Bernardo Silva, Fabinho, Mendy, Bakayoko, dan Lemar. Monaco pun sudah bersiap diri. Indikasinya, beberapa pemain pelapis mulai diorbitkan. Sebut saja Almamy Toure dan Gabriel Boschilia.
Rencana eksodus besar-besaran ini, di satu sisi, jelas merugikan bagi Monaco. Terutama pada masa datang. Pasalnya, itu sama saja dengan kembali ke titik nol pada musim depan. Bagaimanapun, para pemain yang diproyeksi jadi pengganti belum tentu bisa langsung bersinar dan hampir mustahil langsung mencapai level permainan para bintang yang hengkang.
Akan tetapi, untuk jangka pendek, rencana ini menguntungkan. Selain menyangkut finansial klub, kemungkinan eksodus akan mendongkrak motivasi para pemain untuk mencapai prestasi tinggi musim ini. Apalagi, Monaco masih berpeluang merebut treble winners. Mereka masih memimpin klasemen Ligue 1 serta sudah menjejakkan kaki di semifinal Liga Champions dan Coupe de France.
Faktor terakhir inilah yang harua diperhatikan oleh siapa pun yang jadi lawan pasukan Jardim di semifinal Liga Champions nanti. Tak terkecuali Madrid dan Juventus yang sangat berpengalaman dan tangguh. Mereka patut menengok nasib Manchester City dan Dortmund yang dijejali setengah lusin gol di babak 16-besar dan perempat final.
Kiper Danijel Subasic memang mengatakan, Liga Champions hanyalah bonus. Menurut dia, target utama Monaco saat ini tetaplah Ligue 1. Namun begitu, kiper Kroasia itu tentu tak akan menolak untuk lebih serakah andai momentum memang ada. Seperti ditegaskan Jardim, DNA timnya adalah memanfaatkan setiap momentum yang datang.
Tengah pekan nanti, semangat memanfaatkan momentum itu harus kembali ditunjukkan saat melawat ke kandang PSG untuk menjalani babak semifinal Coupe de France. Selain akan mendekatkan pada kado perpisahan terindah berupa treble winners, itu juga akan jadi penuntasan dendam. Maklum saja, 1 April lalu, mereka dipermak 1-4 oleh Les Parisiens pada final Coupe de la Ligue.
*Komentator adalah pengamat sepak bola dan komentator. Tanggapi kolom ini @seppginz.