Liputan6.com, Dua kakak adik di MotoGP, Aleix Espargaro dan Pol Espargaro harus mengakhiri musim 2017 dengan hasil mengecewakan. Jangankan podium, sekadar finis saja sudah menjadi pekerjaan berat bagi Aleix dan Pol.
Aleix yang membalap untuk Aprilia finis di urutan ke-15 klasemen MotoGP 2017. Dari 17 balapan yang diikuti, pembalap asal Spanyol itu sampai delapan kali gagal mencapai garis finis. Saat finis pun catatan terbaiknya hanya urutan keenam di Qatar dan Aragon.
Advertisement
Baca Juga
Pol memiliki nasib yang buruk. Membalap untuk KTM, ia pun hanya bisa mengakhiri musim dengan finis di posisi ke-17. Tak seperti Aleix, ia menghabiskan musim dengan menjalani 18 balapan dan hanya lima kali gagal finis.
Untuk musim depan, Aleix dan Pol sudah menyiapkan strategi dan cara demi menghindari nasib buruk. Keduanya ingin menyewa jasa seorang psikolog olahraga untuk membantu mereka mengatassi masalah.
"Saya tak ingin mengatakan bahwa kakak saya gila. Tapi ia pasti lebih gila dari saya. "Perbedaan terbesar di antara kami adalah gugup. Kami sering membicarakannya. Ketika tekanan terlalu tinggi, Aleix sulit mengendalikan situasi," kata Pol, dilansir Speedweek.
"Bukan karena ia lemah sebagai pembalap atau lemah secara mental. Ia hanya sangat gugup. Semakin banyak tekanan kepadanya, semakin banyak kegugupannya meningkat, jauh lebih tinggi dari saya," ia menambahkan.
Â
Lorenzo
Ini bukan hal baru dalam dunia MotoGP. Menyewa jasa seorang psikolog juga sempat dilakukan Jorge Lorenzo. Namun, pembalap Ducati itu menolak untuk kembali menggunakan bantuan psikolog usai terpuruk di musim 2017.
Pembalap Movistar Yamaha, Maverick Vinales juga mengaku menggunakan bantuan psikolog. Bahkan ia menyebut hal itu sebagai cara ampuh untuk bersaing.
"Dari sudut pandang ini, bantuan psikolog memberikan pertolongan luar biasa. Saya melihatnya sebagai latihan kedua, fundamental untuk bersaing di level ini."
Advertisement