5 Pelatih Tak Terkenal yang Bakal Mengguncang Dunia

Siapa saja mereka? Simak ulasan tim Liputan6.com.

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Jan 2018, 10:00 WIB
Diterbitkan 09 Jan 2018, 10:00 WIB
Ilustrasi Sepak Bola
Ilustrasi sepak bola (Abdillah/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta- Menjadi pelatih dalam sepak bola memiliki sebuah proses yang panjang. Bahkan, kesalahan sekali saja dapat merusak reputasi yang sudah dibangun bertahun-tahun. 

Musim ini, pencinta sepak bola sudah disuguhi beberapa drama dari para pelatih kelas dunia. Carlo Ancelotti dipecat, sedang Johan Cruyff dapat kerjaan lagi. Kemudian Pep Guardiola yang tengah menggila bersama Manchester City.

Namun jangan salah, beberapa pelatih yang kurang dikenal juga sudah menunjukkan potensinya musim ini. Mereka punya pemikiran taktik brilian yang bisa menjadi buah bibir di masa depan.

Hal itu dilatari beberapa hal, salah satunya sukses mengantarkan klub yang notabene papan tengah, bahkan di klasemen bawah, disulap jadi istimewa. Jika diberi skuat istimewa, bukan tak mungkin si pelatih bakal mengguncang dunia.

Lantas, siapa saja pelatih tak terkenal yang bisa guncang dunia? Berikut daftarnya dikutip Sportskeeda:

 

 

 

5. Lucien Favre

5. Lucien Favre

Pelatih Swiss itu memiliki rekor memenangkan Liga dan Piala Swiss dua kali. Borussia Mönchengladbach kemudian merekrutnya dan sukses lolos ke Liga Champions bersama si pelatih.

Saat ini di Nice, Favre memimpin klub ke playoff Liga Champion meski kehilangan pemain bintang, Hatem Ben Arfa. Tidak mengherankan jika Dortmund mencoba merayunya untuk gantikan Thomas Tuchel.

Selain punya taktik jenius, Favre dikenal mampu menangani para anak asuhnya. Fakta bahwa Mario Balotelli benar-benar menyesuaikan diri dengan sistemnya dan gemilang adalah berkat tangan dingin sang manajer.

Sosok 60 tahun tersebut dianggap sebagai salah satu pelatih terbaik dalam hal mengembangkan talenta. Beberapa nama pernah bersinar bersamanya, semisal Max Kruse, Raffael dan Christoph Kramer, serta tentunya Balotelli.

4. Marco Silva

Marco Silva (AFP)4. Marco Silva

Seperti pelatih modern lainnya, obsesi Marco Silva terhadap detail dan rencana ambisius telah membuat beberapa klub papan atas merasakan prestasi. Tak heran, Watford kini merasakan sentuhan dinginnya.

Memang, saat ini Watford cuma berada di posisi kesepuluh klasemen sementara Liga INggris. Namun tengoklah musim lalu, mereka nyaris saja terdegradasi dengan finis di urutan ke-17.

Kariernya sebagai pelatih dimulai di Estoril saat mereka finis di urutan ke-10 di divisi dua liga Portugal musim itu. Hanya dalam satu tahun, dia membantu tim tersebut kembali ke papan atas setelah tujuh tahun yang panjang.

Saat kembali, Silva membawa tim itu bahkan raih 8 poin dalam empat pertandingan melawan kelas berat, Sporting dan Benfica untuk finis di tempat kelima. Itu berarti Estoril sukses lolos ke Liga Europa.

Silva lantas hijrah ke Sporting dan sukses membawa timnya itu finis di urutan keempat, dengan salah satunya kalahkan Porto di kandangnya sendiri. Itu adalah kemenangan pertama Sporting di markas Porto dalam enam tahun terakhir.

Bersama Sporting ia memenangkan Taca de Portugal, gelar pertama klub sejak tahun 2008. Setelah dipecat, ia berangkat ke Olympiacos dan membantu klub tersebut memenangkan gelar ke-43 dengan enam pertandingan tersisa. Ini hanya masalah waktu sebelum beberapa klub besar menggaet Marco Silva.

3. Giovanni van Bronckhorst

3. Giovanni van Bronckhorst

Mantan pemain Arsenal itu awalnya mendapat jabatan sebagai asisten pelatih di Feyenoord pada 2011 sebelum mengambil pekerjaan pelatih kepala pada akhir musim 2014-15. Musim itu Feyenoord berada di posisi ketiga di liga dan Piala KNVB.

Setahun kemudian, mantan kapten Oranje itu memimpin Feyenoord meraih gelar juara liga pertama sejak 1999.

Meski tidak banyak penggemar sepak bola yang peduli dengan catatan apiknya, dia mulai dilirik beberapa klub top. Arsenal kabarnya berminat dengan pelatih Belanda itu.

Wenger, yang kontraknya di Emirates habis pada akhir musim 2018-19 kabarnya sudah setuju Van Bronckhorst jadi suksesornya. Jadi, kita nantikan saja.

2. Domenico Tedesco

2. Domenico Tedesco

Musim lalu Sead Kolasinac, Klaas-Jan Huntelaar, Benedikt Howedes dan Pelatih Markus Weinzier meninggalkan Schalke yang tampaknya akan langsung mendapat dampaknya. Namun Domenico Tedesco menepis anggapan tersebut.

Sebagian besar personil tetap sama tapi klub tersebut jelas melemah setelah kepergian tiga nama besar tersebut. Namun kini bersama Tedesco, mereka malah sukses duduk di posisi kedua Bundesliga.

Bahkan, Schalke bersamanya sempat jadi buah bibir. Setelah tertinggal 0-4 dari Borussia Dortmund dalam laga bertajuk Derby Lembah Ruhr, Schalke sukses mengejar ketertinggalan dan menahan imbang 4-4.

Berbicara tentang kemampuannya, Ralf Fahrmann, kiper Schalke berkomentar: "Dia hadiah yang diberikan Tuhan. Terkadang Anda menemukan orang yang bisa meyakinkan Anda akan sesuatu lewat motivasinya. Tedesco bisa melakukan itu, makanya dia istimewa."

Tedesco dengan gaya permainannya yang kompleks telah berhasil membangun tim yang didasarkan pada gairah, ditenun dengan memperhatikan detail dan akurasi yang rumit. Resep untuk kesuksesannya sederhana, keterampilan, manajerial yang pintar, ditambah dengan pengetahuan taktis brilian.

 

1. Sean Dyche

1. Sean Dyche

Sean Dyche adalah pelatih spesialis tim papan bawah. Namun, belakangan tangan dnginnya mulai tercium Eropa.

Dia kini sukses membawa Burnley secara mengejutkan duduk di urutan ketujuh klasemen Liga Inggris sementara yang hanya berselisih tujuh angka dari Tottenham Hotspur pada zona Liga Europa. Kecermelangannya itu salah satunya dilalui dengan kalahkan Chelsea di Stamford Bridge.

Dyche memulai karier kepelatihannya di Watford dan sempat bawa tim finis di urutan ke-11, tertinggi sepanjang sejarah klub. Pada tahun 2012, ia berangkat ke Burnley untuk menggantikan Eddie Howe.

Setelah dua musim di bawah asuhannya, memiliki karier yang jatuh-bangun. Tim dibawanya terdegradasi dengan dua pertandingan tersisa pada 2015. Sean Dyche tak menyerah dan sukses membawa timnya kembali setahun setelahnya ke Liga Primer.

Meski mengandalkan formasi 4-4-2 yang dianggap ketinggalan jaman, Dyche telah mengantarkan pasukannya musim ini jadi sandungan tim-tim besar. Dyche bahkan sempat bikin Tottenham Hotspur dan Liverpool mati kutu di kandangnya masing-masing.

(Eka Setiawan)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya