Liputan6.com, Jakarta Kejujuran itu terkadang menyakitkan. Setidaknya pengalaman tersebut pernah dirasakan Rafael Van der Vaart saat Jose Mourinho menangani Real Madrid, pada 2010 lalu.
Dalam wawancara dengan Marca, Van der Vaart, mengatakan Mourinho memintanya pergi. Kehadiran Kaka membuat mantan pemain Belanda itu kehilangan tempat di Los Blancos.
Advertisement
Baca Juga
"Dia bilang kepadaku ,'Rafa, Anda harus pergi sebab kami sudah punya Kaka dan pemain lain. Yang terbaik bagimu adalah pergi sehingga bisa bermain lebih banyak.' Itulah kenapa saya akhirnya pindah ke Tottenham (Hotspur)," kata Van der Vaart kepada Marca.
Van der Vaart memperkuat Real Madrid sejak 2008. Sementara Kaka tiba, Juni 2009.
Posisinya semakin tergusur saat Mourinho tiba setahun kemudian sebab The Special One lebih tertarik menurunkan Kaka, Granero dan Mesut Ozil. Kondisi ini membuat tidak ada ruang kosong bagi Van der Vaart di skuat Los Blancos. Mourinho pun mendorongnya agar meninggalkan Santiago Bernabeu untuk menjaga jam terbangnya di lapangan hijau.
Van der Vaart kemudian Tottenham Hotspur, 2010 dan Mourinho mengizinkannya. Meski terdengar pahit, Van der Vaart stampak bersyukur atas kejujuran pelatih asal Portugal itu.
Membaik Bersama Tim Baru
Bersama Spurs, Van der Vaart mendapat lebih banyak jam terbang. Selama dua tahun dia dia tampil sebanyak 63 kali dan mencetak lebih 24 gol. Angka ini lebih tinggi ketimbang saat Van der Vaart masih memperkuat Real Madrid dengan 58 pertandingan dan 11 gol.
Setelah tiga kali berpindah klub, Van der Vaart bermain di Liga Super Denmark. Tahun lalu Van der Vaart menandatangani kontrak setahun dengan klub Esbjerg fB. Namun cedera yang terus-menerus membuat Van der Vaart ingin segera pensiun dari sepak bola.
Saksikan juga video menarik di bawah ini:
Advertisement