Liputan6.com, Jakarta - IBL Pertamax 2018-2019 akan segera rampung. Partai final menghadirkan laga klasik antara dua rival abadi, Stapac melawan juara bertahan Satria Muda. Gim pertama berlangsung 21 Maret 2019 di kandang Satria Muda, Britama Arena Jakarta.
Final IBL akan kembali memakai format best of three. Tim yang memenangi dua laga akan menjadi juara. Gim kedua dan ketiga digelar di markas Stapac yang bermarkas di C'Tra Arena Bandung.
Advertisement
Baca Juga
"Laga final gim dua dan tiga akan dimainkan di Bandung. Karena di Jakarta banyak tempat yang sudah di booking terlebih dahulu. Begitu juga di Yogyakarta, sudah penuh," kata bos Stapac, Irawan Haryono.
Duel Stapac melawan Satria Muda di final IBL bakal menjadi penentuan siapa terhebat diantara kedua klub. Satria Muda dan Stapac sudah pernah bertemu di final sejak era Kobatama sebanyak 10 kali. Rekor pertemuan di final imbang 5-5.
"Laga melawan Stapac selalu seru. Ada pertarungan harga diri. Ini laga klasik antar dua tim besar," ujar pelatih Satria Muda Youbel Sondakh, yang juga sempat merasakan melawan Stapac saat masih aktif sebagai pemain.
Terakhir kali Stapac bertemu dengan Satria Muda di final terjadi pada 2014 saat kompetisi basket Indonesia masih bernama NBL Indonesia. Saat itu Stapac berhasil menang meski tak diunggulkan.
Stapac Diunggulkan
Berbeda dengan 2014, Stapac lebih diunggulkan di final IBL 2019. Mereka sangat perkasa musim ini dengan cuma kalah sekali di musim reguler dari Bogor Siliwangi.
Stapac juga diuntungkan dengan absennya pemain naturalisasi Satria Muda Jamarr Andre Johnson. Praktis di final, Satria Muda akan main dengan satu pemain asing saja yakni Dior Lowhorn.
"Saya mengharapkan final yang bagus dan pertandingan yang menarik. Ini final tak bisa lagi kita lihat rekor sebelumnya di musim reguler. Sekarang bakal dimulai dari kosong-kosong," turut pelatih Stapac asal Lithuania, Giedrius Zibenas.
Advertisement