Liputan6.com, Jakarta - Pepatah ‘tak ada yang baru di kolong langit’ sepertinya tidak berlaku bagi turnamen Piala Presiden. Pasalnya, di setiap gelarannya, Piala Presiden selalu menghadirkan sesuatu yang baru.
Baca Juga
Advertisement
Pertama kali digelar pada 2015, Piala Presiden sudah mengentak lewat desain trofi yang terbuat dari kayu. Padahal biasanya, trofi terbuat dari tembaga atau emas.
Meski berbahan dasar kayu, trofi Piala Presiden tidak bisa dipandang sebelah mata. Kayu yang menjadi bahan pembuatan trofi merupakan trofi kayu jati yang berumur puluhan tahun dan berharga jutaan rupiah.
Pembuatan trofi yang dibuat oleh seniman Bali, Ida Bagus Ketut Lasem ini pun membutuhkan kesabaran dan ketelitian ini juga melambangkan filosofi yang ingin diangkat dalam pembinaan sepak bola di Indonesia.
Namun yang menjadi sorotan dari edisi pertama bukan hanya soal trofi, melainkan keberhasilan menggelar final di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta antara Persib Bandung vs Sriwijaya FC.
Seperti diketahui, suporter Persib (bobotoh) merupakan rival suporter Persija, Jakmania, yang notabene ‘tuan rumah’ partai final. Sempat muncul resistensi agar partai final tak digelar di Jakarta. Namun pada akhirnya, final berhasil digelar dengan damai dan bobotoh bisa datang ke Ibukota untuk melihat Persib juara Piala Presiden edisi pertama.
Usaha agar Bobotoh tetap datang ke Jakarta tidaklah mudah. Pengawalan ketat mulai dari Bandung hingga Jakarta diterapkan pihak keamanan. Bukan hanya mereka yang datang dengan bus, pihak kepolisian juga mengawal Bobotoh yang datang menggunakan kereta api.
Kerja keras panitia dan pihak keamanan pada akhirnya membuat final Piala Presiden 2015 berjalan aman. Persib keluar sebagai pemenang dengan skor 2-0 atas Sriwijaya FC, dan Bobotoh pun bisa pulang ke Bandung dengan aman.
Kesuksesan mendatangkan Bobotoh ke Jakarta pun menjadi sesuatu yang baru setelah rivalitas antara Bobotoh dan Jakmania mengemuka.
Piala Presiden 2017
Piala Presiden 2017 pun tak mau kalah. Kali ini, giliran peraturan yang dikutak-katik PSSI, salah satunya adalah kewajiban memainkan pemain U-23 selama 45 menit. Tujuan dari peraturan ini tak lain adalah untuk pembinaan usia muda. Bhayangkara FC tercatat sebagai peserta dengan komposisi pemain U-23 terbanyak yakni 16 pemain.
Hasil dari peraturan ini tak sia-sia. Beberapa nama pemain U-23 yang mentas di Piala Presiden 2017 sukses muncul sebagai bintang baru di persepak bolaan nasional. Sebut saja nama Febri Haryadi (Persib Bandung), yang menjelma menjadi andalan tim nasional Indonesia. Di Piala Presiden 2017, Febri masih berusia 21 tahun.
Di Piala Presiden 2017, Febri pun mendapat penghargaan sebagai pemain muda terbaik. Febri menyingkirkan empat kandidat lain, yakni dua pemain Arema FC, Hanif Abdurrauf Sjahbandi dan Bagas Adi Nugroho, kemudian Terens Priska Owang Puhiri (Pusamania Borneo FC), dan rekan Febri di Persib, Gian Zola Nasrulloh.
Piala Presiden 2017 pun menjelma pintu bagi mereka untuk masuk ke pentas sepak bola nasional. Terbukti, lima pemain yang masuk nominasi kemudian berhasil mendapatkan tempat di kancah sepak bola Indonesia.
Advertisement
Piala Presiden 2018
Sektor ekonomi kerakyatan tak luput dari sentuhan Piala Presiden. Pada edisi 2018, sebuah terobosan baru dibuat yakni pengumuman terkait jumlah penonton dan pedagang di sekitar stadion. Tujuan dari pengumuman ini tak lain adalah untuk menggairahkan perekonomian terutama sektor menengah ke bawah.
"Visi keenam itu ada ekonomi kerakyatan, bagaimana pedagang di sekitar stadion bisa ikut merasakan hasil dari perhelatan Piala Presiden," ujar anggota Organizing Comittee Piala Presiden 2018, Risha Adi Wijaya.
Adapun enam visi Piala Presiden 2018 selengkapnya: 1. Setiap peserta wajib menjunjung fair play. 2. Adanya transparasi keuangan. 3. Prestasi dan juga regenerasi pemain. 4. Industri yang akan menjadi tontonan dan tuntunan bagi masyarakat. 5. Menjadi hiburan bagi masyarakat. 6. Bisa menggerakkan ekonomi kerakyatan.
Selain ekonomi kerakyatan, panitia Piala Presiden 2018 juga membuat terobosan di sektor transparansi keuangan. Pada menit ke-75, pihak panitia mengumumkan pendapatan yang diperoleh sebagai bentuk transparansi pengelolaan turnamen.
Piala Presiden 2019
Di edisi pertama, trofi menjadi titik mula terobosan Piala Presiden dengan menggunakan bahan dasar kayu. Pada edisi 2019, Piala Presiden seolah ingin kembali ke titik mula itu dengan memperbarui desain trofi kayu tersebut.
Kali ini, giliran seniman Surya Aditya yang mendapat kepercayaan mengutak-atik desain trofi Piala Presiden. "Dari pihak PSSI minta kita untuk memberi sentuhan perak supaya piala itu punya nilai prestise dan futuristik," kata Surya.
Desain trofi Piala Presiden sejatinya tak berubah banyak. Surya ornamen perak plus batu-batuan khusus yang memberi kesan modern kepada trofi Piala Presiden. Belum cukup sampai di situ, Surya juga menambahkan motif bunga mandalika yang merupakan bunga khas Nusantara.
“Ukiran ornamen bungan mandalika, itu adalah bungan khas nusantara yang juga merepresantikan 'bhineka tunggal ika'. Visual bunga itu kelopaknya kan berpisah-pisah tapi menyatu di pangkal atas," ujarnya.
Selain trofi, Piala Presiden 2019 juga memperbarui format partai final menjadi dua leg. Di edisi kali ini, dua tim Jawa Timur, Persebaya Surabaya dan Arema FC akan berduel dengan di final dengan format baru ini. Pada leg pertama di Surabaya, laga berakhir imbang dengan skor 2-2. Leg kedua bakal berlangsung Jumat (12/4/2019) di markas Arema, Stadion Kanjuruhan.
Sudah empat edisi, Piala Presiden tak pernah berhenti menghasilkan sesuatu yang baru. Bukan hanya soal teknis, pembaruan pun dilakukan di berbagai sektor lainnya. Patut ditunggu, pada gelaran tahun depan, seperti apakah pembaruan yang bakal dilakukan? Mendatangkan tim asing untuk ikut serta mungkin. Mari nantikan!
Advertisement