Liputan6.com, Jakarta Indonesia di berbagai cabang olahraga seperti tak pernah kehabisan talenta muda berbakat. Begitu juga di cabor bela diri. Ada 29 atlet Indonesia yang tergabung di ONE Championship, organisasi beladiri terbesar di dunia.
Priscilla “Thathie” Hertati Lumban Gaol dan Rudy “The Golden Boy” Agustian adalah dua dari atlet Indonesia yang telah membanggakan negeri ini lewat kiprah mereka di “The Home of Martial Arts”.
Advertisement
Baca Juga
Menurut Rudy, atlet asal Tangerang, Banten yang bernaung dibawah Golden Camp, selain wajib memiliki kemampuan mumpuni dari segi teknik maupun fisik, para atlet muda yang ingin terjun ke ajang internasional juga wajib memiliki jaringan dan manajemen yang baik.
“Channel, link dan manajer yang mumpuni sudah pasti wajib. Selain itu, jika bakat tidak diasah, tidak akan ada orang yang tahu,” kata atlet yang juga menjalani profesi sebagai pelatih ini.
“Bakat perlu diasah juga oleh pelatih yang kompeten. Tim pelatih dan manajemen berperan penting terhadap kemajuan atlet.”
Menurutnya, para atlet muda harus terlebih dahulu mengikuti pertandingan dalam skala kecil atau amatir untuk membiasakan diri terhadap kompetisi yang keras.
Ini juga akan mencegah atlet tersebut dari kejutan-kejutan yang tidak diinginkan dalam skala internasional, seperti kekalahan pada ajang debutnya, atau kemungkinan lainnya.
“Apabila sudah bersinar di ajang lokal, pasti akan dilirik ONE Championship,” tutur atlet yang berupaya memenuhi mimpinya meraih sabuk juara di kelas flyweight.
Kegembiraan Tersendiri
Menurut Rudy, ada tantangan tersendiri untuk menghadapi wakil dari negara lain. Bagi dirinya, ada kegembiraan tersendiri ketika berhasil mengangkat bendera negaranya di dalam ring.
“Saya lebih senang melawan atlet luar negeri, karena saya tidak suka melawan anak bangsa sendiri. Mewakili Indonesia merupakan suatu kebanggaan yang sangat besar,” ujarnya.
Selain meningkatkan kemampuan diri, adalah wajib untuk memperkaya referensi dengan lebih mempelajari gaya bertanding lawan serta latar belakang negara dari lawan yang dia hadapi.
“Sangat penting bagi kita untuk mempelajari kultur lawan, karena kita dapat belajar banyak – mulai dari gerakan, opening dan finishing, ataupun jurus-jurus lainnya,” tutupnya.
Priscilla Hertati Lumban Gaol, yang kini meretas jalan menuju perebutan gelar di kelas atomweight, menganggap bahwa keberadaan dirinya di dalam ring melawan atlet asing adalah sebuah misi yang besar.
“Merupakan sebuah kebanggaan dapat mewakili Indonesia,” ujar Priscilla, yang telah mengemas enam kemenangan dari delapan pertandingan terakhirnya sejak tahun lalu.
Advertisement
Penuh Tantangan
Tetapi, jalan yang ia tempuh tidaklah mulus. Untuk berada pada posisinya saat ini, Priscilla harus terlebih dahulu meyakinkan keluarga tentang jalan hidup yang ia pilih sebagai atlet beladiri.
“Tantangan pertama adalah meyakinkan orang tua bahwa beladiri ini tidak sekeras yang mereka pikir,” ujarnya.
Sejak ia terjun ke dunia beladiri 13 tahun lalu, ajang ONE: FOR HONOR di Jakarta awal bulan ini menjadi gelaran bersejarah bagi Priscilla. Untuk pertama kalinya, orang tuanya menonton petarung wanita ini bertanding.
Priscilla pun mengenang masa remajanya yang harus ia korbankan demi cita-citanya saat ini.
“Saya fokus latihan, latihan dan latihan. Untuk dapat menarik perhatian di panggung global, saya harus berlatih maksimal dan menampilkan yang terbaik di arena pertandingan,” jelasnya.
Beban
Priscilla menyadari bahwa ada beban tersendiri untuk memberikan yang terbaik bagi nama bangsa, terutama dalam menghadapi lawan asing dalam sebuah pertandingan.
“Membawa nama bangsa memiliki tanggung jawab yang besar, dan pastinya, lawan saya pun adalah yang terbaik di negaranya,” sebutnya.
Ia menganggap bahwa tiap lawan yang berhadapan dengan dirinya telah berlatih semaksimal mungkin, sebuah kenyataan yang membuat dirinya pun terus meningkatkan kemampuannya.
Priscilla mengatakan bahwa disiplin baik dalam latihan maupun kehidupan sehari-hari merupakan hal yang utama untuk tetap bersaing di level atas. Selain itu, sangat penting untuk mengetahui karakter lawan dalam bertanding.
“Sangat penting untuk mengetahui kultur lawan. Selain untuk pembelajaran, karena tiap atlet memiliki gaya bermain yang berbeda, setidaknya kita bisa menambah pengetahuan dengan banyak menonton [rekaman pertandingan lawan],” tutupnya.
Advertisement