Adama Traore, Pemain Buangan Barcelona yang Jadi Maestro Dribel Premier League

Adama Traore pernah ditawari 'murtad' jadi atlet rugby, dianggap tak akan bisa menjadi pesepak bola karena otot besarnya, bahkan dua kali membawa tim Premier League terdegradasi.

oleh Gregah Nurikhsani diperbarui 08 Jan 2020, 19:10 WIB
Diterbitkan 08 Jan 2020, 19:10 WIB
Manchester City Vs Wolverhampton
Pemain Wolverhampton Wanderers, Adama Traore, menggiring bola saat melawan Manchester City pada laga Premier League di Stadion Etihad, Manchester, Senin (14/1). Manchester City menang 3-0 atas Wolverhampton Wanderers. (AP/Dave Thompson)

Wolverhampton - Winger atau pemain sayap identik dengan tubuh relatif kecil. Namun, rumus itu tak berlaku buat Adama Traore. 'Pemain buangan' Barcelona itu memiliki badan kekar, tapi tetap lincah dan punya dribel maut.

Adama Traore kini menjadi pemain idola buat suporter Wolverhampton Wanderers. Bisa jadi ada dua sebab, yakni karena otot kekar nan maskulin, dan juga performa impresifnya musim ini.

Penampilan The Wolves musim ini memang memukau. Bahkan sebenarnya, sejak dua musim belakangan tim asuhan Nuno Espirito Santo itu sudah moncer dan membuat tim besar Premier League kesusahan.

Konsistensi dalam dua musim terakhir merupakan berkat performa sejumlah pemain, satu di antaranya peran Adama Traore. Penikmat sepak bola Inggris boleh menyebut Joao Moutinho dan Raul Jimenez sebagai pemain kunci Wolves, namun Traore memiliki pengaruh tersendiri.

Winger yang pernah bermain untuk Aston Villa dan Middlesbrough ini telah melesakkan empat gol di pentas Premier League. Empat assist juga menunjukkan bahwa Traore tak pelit di kotak penalti.

Dari 20 penampilannya sejauh ini di Premier League, ia lima kali didaulat sebagai pemain terbaik. Catatan statistik itu menunjukkan betapa Adama Traore memiliki peran penting buat Wolves, dan lebih dari itu, pemain berusia 23 tahun tersebut memiliki keunikan dan jalan yang berliku sepanjang karier sepak bolanya.

Video

Pasang Surut Karier: Terbuang di Barcelona dan Dua Kali Terdegradasi

Adama Traore
(AVFC)

Adama Traore menghabiskan 10 tahun di skuat muda Barcelona. Ia merupakan jebolan akademi La Masia. Sayang, nasibnya tak sebaik alumnus lainnya macam Lionel Messi atau Sergi Roberto.

Barcelona tak melihat Adama Traore memiliki potensi yang cukup untuk bermain di skuat utama dan cuma bermain satu kali saja. Pada musim 2015-2016, Aston Villa merekrutnya dengan biaya 10 juta euro, cukup mahal untuk hitungan pemain muda.

Ekspektasi manajemen The Villans terhadap Traore ketika itu tak sanggup dibayar. Semusim kemudian, setelah bermain hanya 12 kali dan mencetak satu gol serta dua assist, ditambah gagal menyelamatkan timnya dari degradasi, Middlesbrough memboyongnya.

Ketika The Boro merekrutnya dengan harga 8,5 juta euro, Adama Traore mampu bermain secara reguler. Tercatat, 27 kali ia tampil, namun ia urung mencetak gol dan cuma membuat satu assist saja. Sedihnya, Middlesbrough terdegradasi pada akhir musim.

Traore tetap bertahan. Ia berhasil membawa Middlesbrough ke babak play-off Divisi Championship musim 2017-2018. Sayang, mereka gagal lolos ke Premier League.

Keputusan Wolverhampton membeli Adama Traore dengan dana mencapai 20 juta euro sempat membuat suporter kecewa. Maklum, buat apa membeli pemuda 21 tahun yang berstatus pemain buangan dan membawa dua tim terdegradasi dengan harga mahal?

Sisanya, sejarah yang berbicara.

Menyimpan Luka di Barcelona

Adama Traore
Adama Traore

Adama Traore menyimpan masa lalu yang tak begitu manis di Barcelona. Ia juga mengutarakan keinginannya bergabung dengan Real Madrid.

"Kalau saya punya kesempatan ke Real Madrid, saya akan ke sana," kata Traore dilansir dari AS.

Usut punya usut, Barcelona meninggalkan kesan yang kurang bagus buat Traore. Ia tidak menjelaskan alasannya secara detail, akan tetapi, ia merasa kepindahannya menyisakan luka.

"Ada kesalahpahaman antara saya dengan Barcelona. Kepindahan saya bukan memori indah, saya simpan cerita itu buat saya sendiri," tambah Traore.

Otot Kekar dan Rayuan NFL

Winger Wolverhampton Wanderers, Adama Traore.
(AFP/Lindsey Parnaby)

Satu hal yang mencolok dari Adama Traore adalah penampilan fisiknya. Untuk seorang pesepak bola, tubuhnya sangatlah kekar. Bahkan, buat pemain sayap pun badannya dinilai tidak proporsional.

Namun demikian, Adama Traore menjelma menjadi satu di antara pesepak bola tercepat dunia. Mungkin, ia juga menjadi pemain terkuat juga.

Banyak yang menebak kalau Adama Traore melakukan latihan khusus seperti angkat beban untuk membentuk ototnya seperti sekarang. Dengan tegas, ia membantahnya.

"Saya tidak melakukan latihan khusus, tidak ada latihan angkat beban. Sulit untuk dipercaya, tapi saya benar-benar tidak melakukan apa-apa," akunya.

"Alami saja, kok. Saya latihan normal, tapi memang pertumbuhan otot saya sangat cepat," katanya lagi menimpali.

Pada saat masih di Barcelona, ototnya belum seperti sekarang. Memang sudah terlihat otot bisep di beberapa area seperti paha dan lengannya. Ternyata, dulu Traore pernah ditawari hijrah menjadi atlet rugby atau American Football.

Mantan rekannya, Roman Saiss mengungkapkan, ia pernah berkata kepada Traore, "Kamu berlari seperti atlet American Football".

Traore lalu mengaku bahwa sejumlah klub NFL (Liga Rugby Amerika Serikat) menawarinya pindah profesi. Namun demikian, pemain yang sempat ditawari kewarganegaraan Mali itu akhirnya tetap meneruskan mimpinya sebagai pesepak bola.

Sang Maestro Dribel

Pemain Tercepat di FIFA 20
(AFP/Glyn Kirk)

Laga Wolves kontra Watford meninggalkan rekor yang mungkin akan sulit terulang oleh pemain mana pun. Pada pertandingan tersebut, Adama Traore membuat 15 dribel. Itu merupakan jumlah terbanyak sepanjang sejarah Premier League, atau setidaknya saat jasa penyedia statistik, Opta, mulai melakukan pendataan tahun 2000-an silam.

Fakta lainnya, laga itu menjadi yang keempat musim ini di mana Traore melakukan lebih dari 10 kali dribel sukses. Berbicara konteks Premier League dan sepak bola modern, di mana kolektivitas sebuah tim lebih diutamakan, Traore jelas berada di dunianya sendiri, dia memainkan sepak bolanya sendiri.

  • 15 – Traore – Watford vs WOLVES
  • 12 – Zaha – PALACE vs West Ham
  • 11 – Traore – WOLVES vs Aston Villa
  • 11 – Traore – Brighton vs WOLVES
  • 10 – Boufal – Sheff Utd vs SOUTHAMPTON
  • 10 – Saint-Maximim – NEWCASTLE vs Southampton
  • 10 – Traore – WOLVES vs Man City

Musim 2017-2018, saat masih berseragam Middlesbrough, ia rata-rata mencatatkan 10 dribel per pertandingan. Dari 22 tim Divisi Championship, 14 di antaranya menjadi saksi di mana ia melakukan lebih dari 10 kali dribel dalam satu laga.

Sebelum memasuki 2020, tepatnya akhir Desember, Zaha memimpin daftar total dribel terbanyak di Premier League. Akan tetapi, bicara persentase kesuksesan, Traore unggul (68.1%) dibanding Zaha (57%).

Gelandang Chelsea, Mateo Kovacic, punya dribel sukses tertinggi. Namun, menurut data dari Dream Team FC, jumlah dribelnya 45 lebih sedikit ketimbang Traore. Jumlah itu sangat signifikan.

Sky Sports mencatat, musim ini dribel komplet (dari total percobaan dribel) yang dilakukan Traore menyentuh angka 6. Secara persentase, ia meraih 70% dribel sukses.

Selain dribel, Traore juga memiliki kecepatan di atas rata-rata. Pada laga melawan Norwich 22 Desember silam, ia mendapatkan penjagaan 3-4 pemain setiap kali memegang bola. Itu dilakukan agar Traore tak bisa melakukan akselerasi.

Jurgen Klopp pernah mengatakan kalau menjaga Traore lebih sulit ketimbang Jamie Vardy. Pep Guardiola juga mengklaim bahwa mustahil melakukan man-marking. Conor Coady punya komentar yang lebih dahsyat lagi.

"Sangat tidak mungkin menjaganya. Menjaganya membuat Anda terlihat bodoh, bukan Anda yang menjaga atau mengejar dia, tapi dia berlari menuju Anda, melewati Anda, memutari Anda. Anda akan terlihat bodoh," kata Coady.

Musim ini, Traore merasakan tiga posisi berbeda di bawah arahan Nuno Espirito Santo. Dia pernah bermain sebagai bek sayap, penyerang tengah, bahkan melawan Manchester City, di mana Wolvers menang 3-2, ia memainkan dua peran tersebut, pertama menjadi penyerang, lalu kemudian diplot sebagai bek sayap.

Menariknya, Traore sadar betul bahwa ia akan terus menjadi sasaran bek lawan di sisi lapangan. Berkenaan dengan hal ini, ia punya jawabannya.

"Kalau saya dijaga dua sampai tiga pemain lawan, artinya rekan saya pasti lepas dari penjagaan. Dengan begini, saya menguntungkan Wolves. Saya bisa menciptakan ruang buat pemain lain dan memberikan peluang buat mereka," katanya sederhana.

 

 

Diolah dari berbagai sumber

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya