Memori Manis Persija, Juara 2001 dan 2018 di Tengah Minim Prestasi

Persija Jakarta harus menunggu belasan hingga puluhan tahun sebelum merengkuh gelar Liga Indonesia 2001 dan 2018.

oleh Muhammad Adi Yaksa diperbarui 11 Apr 2020, 13:50 WIB
Diterbitkan 11 Apr 2020, 13:50 WIB
Persija Jakarta - Juara 2001 dan 2018
Persija Jakarta - Juara 2001 dan 2018 (Bola.com/Adreanus Titus)

Jakarta - Trofi Liga Indonesia ke-10 dan ke-11 sangat bermakna bagi Persija Jakarta. Sempat minim prestasi selama 22 tahun, tim berjuluk Macan Kemayoran itu kembali menjadi yang terbaik di kompetisi paling elite Tanah Air pada 2001.

Gelar Liga Indonesia tidak lagi mampir ke lemari trofi Persija hingga 17 tahun berselang. Kemarau 18 tahun trofi Macan Kemayoran berakhir pada 2018 lalu setelah piala Liga 1 berhasil direngkuh.

Minggu Malam, 7 Oktober 2001, jadi momen yang tidak bisa dilupakan bagi pendukung Persija, The Jakmania. Warna oranye mendominasi Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta. Kala itu, Macan Kemayoran akan berlaga melawan PSM Makassar pada final Liga Indonesia 2001.

Laporan pertandingan PSSI menyebut angka penonton laga ini menembus 60 ribu orang. Dukungan The Jakmania membakar semangat Bambang Pamungkas dkk. di lapangan.

Persija menang 3-2 atas PSM melalui dua gol Bambang dan sebiji gol dari Imran Nahumarury. Gol kedua Bambang terbilang indah. Playmaker Persija kala itu, Luciano Leandro berperan besar dalam proses terjadinya gol tersebut.

Pemain asal Brasil itu menyodorkan umpan lambung ke Bambang yang dalam posisi bebas di sisi luar pertahanan PSM. Bek tim lawan, Joseph Lewono, kelimpungan mengejar lari Bambang. Tendangan keras sang striker mengoyak gawang PSM yang dikawal Hendro Kartiko.

"Saya sudah menduga kiper akan mempersempit ruang tembak, tapi dengan kaki kiri saya arahkan bola ke kanan atas yang tak terjangkau olehnya," ujar Bambang, yang keluar sebagai pemain terbaik Liga Indonesia 2001.

"Gol yang brilian. Bambang cerdik sekaligus licin bisa melepaskan diri dari pemain belakang kami. Saya sudah mencoba mempersempit ruang tembak, tapi ia masih bisa melihat celah kosong," komentar Hendro Kartiko.

Pelatih PSM, Syamsuddin Umar mengakui Persija pantas menjadi kampiun. "Mereka unggul materi pemain. Kualitas tim inti dan pengganti sama bagus. Sementara di tim kami hal itu menjadi masalah," tuturnya.

Skuat Persija pada musim itu tergolong mentereng. Selain Bambang dan Luciano, Macan Kemayoran diperkuat pemain-pemain berkelas semodel Gendut Doni, Anang Ma'ruf, Nuralim, Antonio Claudio hingga Imran Nahumarury.

The Jakmania berpesta setelah Persija mengangkat piala. Bambang dkk. diarak keliling jalan besar ibu kota. Suporter sempat merayakan kesuksesan tim kesayangannya di Bundaran Hotel Indonesia.

Gelar juara Liga Indonesia 2001 begitu membekas di ingatan Widodo C. Putro, penyerang Persija. "Sebuah kebanggaan bagi saya menjadi bagian dari klub saat itu. Momen final Liga Indonesia 2001 jadi salah satu kenangan indah yang tidak bisa saya lupakan sebagai seorang pemain," ujar Widodo.

Persija Juara 2018: Dugaan Sudah Diatur dan Diuntungkan Hukuman Persib

Tiga Pemain Pemberi Assist, Persija Jakarta
Lewat kreasi Riko Simanjuntak Persija Jakarta mendapat hadiah Penalti saat melawan JDT pada laga Piala AFC 2018 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Selasa (10/4/2018). Persija Jakarta menang 4-0. (Bola.com/Nick Hanoatubun)

Sempat menanti sangat lama usai sukses tahun 2001, penantian panjang The Jakmania berakhir pada 2018. Persija Jakarta akhirnya berhasil kembali menjadi juara. Trofi Liga Indonesia ke-11 ini sekaligus mempertegas predikat Macan Kemayoran sebagai klub tersukses di Tanah Air.

Tidak banyak yang meyakini Persija bisa merengkuh gelar Liga 1, label Liga Indonesia sejak 2017, pada dua tahun lalu. Paling banter, Macan Kemayoran hanya difavoritkan finis di lingkaran empat besar.

Namun, situasi mendadak berubah ketika Komisi Disiplin (Komdis) PSSI menghukum Persib Bandung akibat perbuatan suporternya yang mengeroyok pendukung Persija hingga tewas ketika kedua tim bertemu.

Persib yang saat itu memimpin klasemen, perlahan turun dari tahtanya setelah harus bermain di luar Pulau Jawa plus tanpa penonton hingga kompetisi tuntas. Posisi tim berjulukan Pangeran Biru itu dikudeta oleh PSM Makassar dengan Persija menguntit di belakangnya.

Kedua tim bertarung hingga pengujung musim sebelum PSM terpeleset pada dua pertandingan terakhir kompetisi. Persija dengan sigap mengambil alih puncak klasemen hingga menjadi juara.

Banyak pihak waktu itu menuduh gelar juara Persija telah diatur. Asumsinya pemilik saham mayoritas Macan Kemayoran adalah Joko Driyono, Pelaksana Tugas (Plt) Ketua PSSI saat itu. Namun, tudingan tersebut tidak pernah terbuktikan.

"Sebetulnya jangan berbicara saja. Tolong dibuktikan. Segala sesuatu kan harus pakai bukti. Orang bisa saja membuat pernyataan, tapi butuh bukti," ujar bek Persija, Ismed Sofyan.

Pembina Persija kala itu, Syafruddin, juga membantah bahwa timnya sengaja diatur untuk menjadi juara. Mantan Wakapolri ini bilang gelar juara Macan Kemayoran tidak perlu diragukan.

"Tidak ada yang perlu dicurigai, jangan bikin hoaks dan macam-macam, saya ingatkan. Tidak ada yang perlu diragukan. Persija hanya seimbang Persib. Itu penilaian di persepakbolaan. Sekarang ini kesebelasan Persija paling tinggi. Kelasnya bukan di bawah, tapi tertinggi," kata Syafruddin, yang saat itu menjabat Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menteri PAN-RB).

Skuat Persija pada musim itu cenderung tidak mewah. Malah relatif sederhana. Macan Kemayoran masih ditangani oleh Stefano Cugurra Teco, pelatih muda yang kenyang pengalaman namun masih seret gelar.

Arsitek asal Brasil itu berhasil mengombinasikan wajah gaek semodel Ismed Sofyan dan Maman Abdurrahman dengan pemain berpengalaman seperti Andritany Ardhiyasa, Ramdani Lestaluhu, dan Riko Simanjuntak.

Belum lagi kontribusi empat pemain asing yang terdiri dari Jaimerson Xavier, Rohit Chand, Renan Silva, dan Marko Simic yang begitu besar. Teco sukses menyulap Macan Kemayoran sebagai tim terminim kebobolan; 36 gol dari 34 pertandingan.

Persija pada 2018 bukti penggambaran dari sebuah ungkapan "Bermain menyerang bisa memenangkan pertandingan, sementara bermain bertahan bisa merebut gelar juara. " Rasanya trofi Liga 1 2018 Macan Kemayoran memang tidak perlu dipertanyakan.

Skuat Persija 2001 dan 2018

Persija di Liga Indonesia 2001
Persija saat juara Liga Indonesia 2001. (Bola.com/Dok. Persija)

Persija 2001

Kiper: Mbeng Jean, M. Halim

Belakang: Nuralim, Joko Puspito, Antonio Claudio, Warsidi, Aris Indarto, Hari Saputra, Anang Maruf, Budiman, Washiatul Akmal

Tengah: Agus Suprianto, Luciano Leandro, Imran Nahumarury, Dedi Umarella, Wahyu Teguh, Khair Rifo, Ebanda Timothe

Depan: Gendut Dony, Widodo C. Putro, Budi Sudarsono, Bambang Pamungkas

Pelatih: Sofyan Hadi

 

Persija 2018

Kiper: Andritany Ardhiyasa, Rizky Darmawan, Daryono, Shahar Ginanjar, Gianluca Pagliuca Rossy

Belakang: Dany Saputra, Jaimerson da Silva, Maman Abdurahman, Gunawan Dwi cahyo, Ismed Sofyan, Rezaldi Hehanusa, Vava Mario Yagalo, Michael Orah, Anan Lestaluhu

Tengah: Ramdani Lestaluu, Novri Setiawan, Asri Akbar, Nugroho Fatchurahman, Yan Pieter Nasadit, Riko Simanjuntak, Fitra Ridwan, Sandi Sute, Rohit Chand, Renan Silva

Depan: Marko Simic, Rudi Widodo, Bambang Pamungkas, Ahmad Syaifullah, Osas Saha, Frengky Kogoya

Pelatih: Stefano Cugurra Teco

Disadur dari Bola.com (Penulis Muhammad Adiyaksa / Editor Hendry Wibowo, Published 11/4/2020)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya