Liputan6.com, Jakarta Kematian Diego Maradona tidak hanya meninggalkan duka bagi dunia sepak bola saja. Kepergian si pemilik gol 'Tangan Tuhan' itu juga menyisakan teka-teki yang belum terkuak hingga saat ini.
Maradona seperti diketahui meninggal dunia pada 25 November 2020. Mantan pemain Boca Juniors itu tewas setelah mengalami serangan jantung saat tidur di rumahnya di Tigre, Buenos Aires, Argentina.
Sebelum meninggal, Maradona sempat dirawat di rumah sakit La Plata pada 2 November 2020. Sehari kemudian, mantan pemain timnas Argentina itu menjalani operasi akibat penyumbatan darah di otak.
Advertisement
Kepergian Maradona tidak hanya meninggalkan duka bagi Argentina. Seluruh insan sepak bola di dunia juga merasa kehilangan. Meski sudah lama digerogoti berbagai penyakit akibat kecanduannya terhadap narkotika dan alkohol, kepergian Maradona di usia 60 tetap dianggap terlalu cepat dan tragis.
Jenazah Maradona kini sudah terbaring tenang di pemakaman Bella Vista, Argentina. Hanya saja, teka-teki mengenai penyebab kematian pemain legendaris itu masih terus digali oleh pejabat berwenang.
Saksikan juga video menarik di bawah ini
Dokumen Baru
Seperti dilansir dari Marca, investigasi telah dilakukan atas desakan pihak keluarga yang menemukan kejanggalan dalam penanganan masa kritis Maradona. Dan sebuah dokumen yang baru ditemukan mengarahkan penyelidikan kepada para dokter dan tenaga medis yang selama ini merawat El Diego.
Dokumen tersebut berisi rincian pembicaraan pada 5 November 2020 antara putri Maradona dengan dokter Leopoldo Luque, pskiater Dra Cosachov, direktur klinik Dr. Pablo Dimitroff, dan penanggung jawab unit perawatan intensif, Fernando Villarejo. Dokumen ini dianggap penting bagi penyilidikan karena berisi tentang penjelasan mengenai rangkaian perawatan Maradona.
Advertisement
Pengobatan Beresiko
"Dokumen ini memberi tahu dengan jelas soal resiko yang dihadapi Maradona," kata salah seorang penyidik kepada Infobae seperti dilansir dari Marca, Selasa (5/1/2021) waktu setempat.
"Agar lebih jelas: klinik ini memberi tahu dokter pribadinya bahwa pengobatan tersebut dapat berbahaya bahkan dengan dosis yang terkontrol, bantuan alat pernapasan, dan nutrisi. Dan kami menemukan tidak ada alat-akat seperti itu di rumahnya (Maradona) di Tigre," bebernya.
Cari Barang Bukti
Penyelidikan terhadap penyebab kematian Maradona telah berlangsung sebulan terakhir. Kepolisian mengumpulkan bukti dari berbagai tempat, termasuk rumah dan klinik dokter pribadi Maradona.
Polisi sebelumnya juga sudah memeriksa dokter saraf yang menangani Maradona, Leopoldo Luque. Petugas juga menggeledah rumah dan klinik Luque dan menyita komputer serta telepon genggamnya.
Dalam kesaksiannya, Luque mengaku tidak melakukan kesalahan apapun dalam kematian Maradona. Dia juga mengatakan telah berupaya melakukan yang terbaik untuk menyelamatkan hidup Maradona.
Selain Luque, kepolisian juga menggeledah rumah psikiater yang menangani kejiwaan si pemilik Gol Tangan Tuhan, Agustina Cosachov. Seperti dilansir tvnz, kejaksaan San Isidro juga meminta polisi menggeledah praktek milik Cosachov yang berada di Buenos Aires, pada Selasa (1/12/2020).
Advertisement